Kisah Cerita Petualangan Anak Desa - Hidup di desa itu banyak serunya,
kita bisa menyatu dengan alam. Anak-anak desa bisa bebas bermain dan menikmati
keindahan alam, kesejukan bahkan petualangan yang seru. Misalnya di musim tanam
padi, banyak anak-anak yang bermain dan berpetualang seperti si bolang.
Sebelum masa panen padi, ada
petualangan seru ala si bolang yang sering kami lakukan. Bermain di areal
persawahan sambil mencari ikan, keong, belut atau lainnya. Sangat menyenangkan,
bahkan bisa lupa waktu.
Pernah, suatu hari saya dan ketiga teman saya sedang bermain, tiba
tiba salah satu temanku mengajak kami semua untuk menemaninya mencari keong
sawah untuk pakan ternak bebek miliknya.
Saya, Andi, Budi dan Eko menemani
Eko untuk mencari keong sawah untuk pakan ternak bebek miliknya. “Teman - teman
bantuin aku yok cari keong disawah” ajak eko untuk menemani dan membantunya.
“Ayo…!” jawab kami semua serentak.
Kami berjalan menuju sawah untuk
mencari keong sawah setelah tiba disawah kami semua berpencar untuk mencari
keong, setelah sibuk mencari tiba tiba salah satu teman ku eko menemukan ikan
yang cukup besar.
“Temen - temen aku menemukan ikan
nih” teriakan eko dari kejauhan.
Lalu kami semua menghampiri eko
untuk melihat ikan yang ditangkapnya.
“mana mana?” tanyaku.
“Ini” jawab eko sambil mengangkat
ikan yang baru ditangkapnya itu.
Lalu saya, budi dan andi segera
menghentikan pencarian keong sawah itu tapi kami mencari ikan untuk dibakar
nanti.
Disini cuman eko yang mencari
keong sawah itu. Setelah sekian lama kami mencari ikan ternyata ada yang
menemukan satu ekor belut yang lumayan besar juga sekitar sebesar kelingking
jari orang dewasa. Kami melanjutkan mencari dan menagkapnya apa yang
dilihatnya.
Setelah lumayan lama mencari dan
keong sawah yang didapatnya eko sudah cukup banyak dan kami menemukan beberapa
ikan dan belut kami lalu memutuskan untuk bermain, yaitu lempar lempar lumpur
dan berkotor kotoran setelah capek kami bermain .
Kami membersihkan badan kami
disungai terdekat, dan sambil berenang karena saya titak bisa berenang jadi
saya cuman membersihkan badan saya ditepi sungai setelah capek kami bermain lalu aku mengajak
teman teman untuk pulang.
“Temen temen ayo kta pulang sudah
sore” ajakanku kepada teman teman.
“Sebentar kata andi yang lagi asik
berenang” menjawab sambil menengelamkan badanya kedalam air.
Setelah menunggu cukup lama
akhirnya mereka menyerah juga dan mengajak untuk pulang. Sebelum pulang eko
mengajak untuk membakar ikan yang kami dapatkan tadi.
“teman teman, ini ikanya dibakar dilu
yok” ajak eko untuk membakar ikan yang baru dipapat kami itu. “Ayo” kata andi.
Akhirnya kami berhenti sejenak dan membakar ikan, belut dan beberapa keong
sawah itu.
Setelah membakar tangkapan kami
itu lalu kami menyantapnya dengan lahap dan senang. Tidak sadar waktu sudah
semakin sore. Akhirnya kami pulang dengan membawa keong sawah tangkapan kami sisa
yang dibakar dan disantap itu.
Di perjalanan pulang kami
mendengar teriakan seorang wanita yang ternyata ibunya eko. “eko …..!”
terdengar teriakan yang begitu jelas di telinga kami. “iya bu!” jawab eko
dengan teriak juga
Akhirnya kami semua mendekati
ibunya eko dan segera pulang karena waktu juga sudah semakin sore.
Dalam sekali musim tanam kami
bisa berkali-kali bermain di sawah seperti itu. Kadang kami sengaja hanya
bermain dan kadang juga sambil membantu orang tua di sawah.
Hal yang kadang membuat sedih
adalah ketika padi sudah tua dan dipanen. Kalau sawah sudah dipanen maka kami
sudah tidak bisa main si bolang, mencari ikan, belut dan lainnya.
Tapi tentu saja dibalik itu kami
senang karena bisa panen bagus, apalagi aku yang orang tuaku juga menanam padi.
Waktu terus bergulir, ada saja kesenangan yang kami lakukan, sampai akhirnya
masa menunggu padi yang menguning pun telah usai, menandakan akan segera panen
raya.
Tinggal berapa hari lagi panen raya
itu di tiba. Saya amat senang setelah menunggu cukup lama untuk panen padi ini.
Waktu yang begitu cepat tibalah saat yang ditunggu - tunggu itu tiba yaitu
panen padi.
Kami sekeluarga semuanya ikut
memanaen budidaya padi hasil melimpah tanpa terkecuali. Hanya kakak perempuan
saya yang tidak ikut harena harus menemani keponakan yang masih kecil.
Semua para wanita sibuk membuat
bekal untuk dibawa ke sawah, sedangkan kami kaum lelaki meyiapkan apa yang
dibawa untuk memanen padi.
Kebiasaan keluarga kami waktu
panen padi itu sangat ribet apa saja dibawa ke sawah kaya orang mau merantau
jauh dan lama. Semua dipersiapkan dengan matang dan terperinci tanpa adanya
yang ketinggalan satu pun.
Lalu beberapa keluargaku sudah
berangkat duluan kesawah sedangkan aku
menunggu ibu untuk berangkat naik motor bareng padaku. Setelah menunggu lumayan
lama waktu ibu menyiapkan apa yang dibawa akhirnya kami berangkat.
“ayo berangkat bu?” ujarku kepada
ibuku.
“sabar to” dengan santai
menyiapkan barang yang akan dibawa
“sudah siang to bu?” jawabku
lagi.
“iya ini sebentar lagi” jawab
ibuku
Akhirnya kami pun berangkat,
dengan hati yang gembira dan amat senang kami berangkat dengan motor warisan
keluarga secara turun temurun.
Setelah sampai disawah sudah
sebagian padi tertumpuk berjejeran rapi, kebiasaan lagi di keluargaku yaitu
pembagian tim atau kelompok untuk mengerjakan masing masing pekerjaanya agar
cepat selesai memanen padinya dan segera ditanami kembali.
Setelah cukup lama kami meanen
padi dan terik matahari yang semakin lama membakar kulit, kami semua memutuskan
untuk istirahat dulu.
Nah ini yang saya tunggu tunggu
dari tadi yaitu istirahat lalu membuka bekal yang dibawanya tadi dan makan.
Makan di sawah bersama sama ini yang saya suka rasanya berbeda dengan makan dirumah yaitu lebih enak makan sawah walaupun hanya dengan nasi, sayur dan sambel pun rasanya sangat nikmat sekali.
Makan di sawah bersama sama ini yang saya suka rasanya berbeda dengan makan dirumah yaitu lebih enak makan sawah walaupun hanya dengan nasi, sayur dan sambel pun rasanya sangat nikmat sekali.
Akhirnya matahari mulai redup
dengan malu malu tengelam itu lalu kami memutuskan untuk pulang dan dilanjutkan
besok lagi pekerjaan yangbelus selesai itu. Keesokan harinya kami seperti
biasa, lalu kami berangkat lagi.
Di hari kedua memanen padi badan
sudahku sudah capek dan pegal pegal jadi saya lebih banyak bermain air dan
mencari ikan, Cerita Kehidupan Petualangan Anak Desa, untuk dimakan nanti sore setelah selesai panen ini
Semua keluarga dengan semangat
memanen padi kecuali saya, akhirnya setelah cukup lama akhirnya panen padi pun
selesai juga lalu kami pulang dengan perasaan lega karena sudah selesai memanen
padinya.
---oOo---
Tag :
Kisah Nyata,
Pengalaman