Kisah Cerita Pengalaman Belajar Wirausaha - Pengalaman pertama kali saya
merintis usaha adalah ketika saya masih duduk dibangku SMA, tepatnya waktu itu
saya masih kelas 2 SMA. Saya adalah seorang pria yang bisa dibilang cukup
cerdas di kelas.
Hal ini terbukti ketika
pembagian rapor, saya selalu berada di posisi lima besar. Bahkan, pernah sekali
waktu itu saya mendapatkan peringkat satu di kelas, dan juara tiga untuk
kategori juara umum.
Pengalaman pertama saya belajar
usaha ini bermula ketika saya baru naik kelas 11 SMA. Saya melihat teman-teman
perempuan saya menawarkan jilbabnya kepada guru dan juga teman-teman kelas.
Selain itu, teman-teman saya
yang lain juga mulai berjualan kecil-kecilan seperti jualan pulsa, makanan
ringan, jualan like, dll.
Pada saat itu lah saya mulai berfikir kalau saya juga harus mulai berjualan juga seperti teman-teman saya yang lainnya.
Pada saat itu lah saya mulai berfikir kalau saya juga harus mulai berjualan juga seperti teman-teman saya yang lainnya.
Namun, yang menjadi kendala pada
saat itu adalah apa yang akan saya jual, dan bagaimana mendapatkan barang yang
bisa saya jual.
Sepulang sekolah saya tak
henti-henti nya berfikir bagaimana saya bisa berjualan. Saya harus bisa
berjualan sesuatu yang berguna, dan saya juga harus punya modal awal untuk
berjualan sesuatu.
Saya berfikir selama kurang
lebih satu minggu. Sempat tersirat dibenak saya untuk mengubur harapan bisa
berjualan seperti teman-teman saya yang lainnya. Namun harapan kembali muncul
ketika saya berkunjung kerumah kakak saya.
Kakak saya adalah istri seorang
pengusaha butik yang namanya sudah mulai terkenal didaerahnya. Awalnya saya
hanya bersilaturahmi kerumahh kakak saya, namun inspirasi itu muncul ketika ada
seorang reseller datang ke butik dan mengambil banyak barang.
Saya pun menanyakan bagaimana
reseller itu mengambil barang dan bagaimana dia membayarnya. Kakak saya
kemudian menceritakannya secara panjang lebar dan saya pun mulai tertarik.
Akhirnya saya meminta izin
kepada kakak saya untuk menjadi seorang reseller seperti orang tadi. Dia pun
mengizinkannya dengan syarat tidak boleh mengesampingka masalah sekolah dan
harus tetap masuk lima besar. Saya pun
mengiyakannya dengan mantap.
Akhirnya saya memilih dan
membawa pulang beberapa buah jilbab dan besoknya saya berencana untuk
memasarkannya di sekolah.
Awal perjalanan usaha saya
berjualan jilbab saya mulai dari kelas. Memang agak aneh ketika ada seorang
pria yang berjualan jilbab. Namun dengan niat dan tekad yang mantap, saya tidak
menghiraukan apa kata orang-orang.
Saya terus berjualan dengan menjajakan
barang dagangan saya ke teman-teman satu kelas, kemudian beranjak ke kelas
sebelah, dan seterusnya sampai satu angkatan sudah mengetahui kalau saya
berjualan jilbab.
Ada beberapa anak yang merasa
senang ketika melihat saya berjualan jilbab dan kemudian membelinya. Namun ada
juga beberapa anak yang tidak membeli dan justru malah menertawakan saya.
Karena saya anggap itu hanya gaya bercanda dia saja, saya pun malah ikut tertawa
bersamanya.
Hari pertama saya berjualan
disekolah sangat melelahkan. Namun hasilnya tidaklah terlalu buruk bagi seorang
permula seperti saya. Dan waktu itu kebetulan saya berhasil menjual 8 buah
jilbab.
Dan untuk satu jilbabnya saya
mengambil laba 10 rb. Bayangkian saja 8 X 10 rb = 80rb. Dalam sehari saya bisa
mendapatkan 80rb dan ini adalah nyata. Saya benar-benar merasa senang kala itu.
Belum pernah sebelumnya saya
mendapatkan uang sebanyak itu dengan tangan saya sendiri. Meskipun beberapa dari
pembeli saya ada yang menyicil, tapi itu tidak masalah bagi saya.
Karena menurut saya salah satu
hal yang penting ketika kiita memulai usaha adalah sebuah kepercayaan. Dan saya
ingin mendapatkan juga menjaga kepercayaan dari para pelanggan.
Keesokan harinya saya sengaja
tidak membawa jilbab ke sekolah. Karena saya ingin melihat reaksi para warga
sekolah.
Selain karena harga jilbab saya yang lebih murah dibanding jilbab lain yang banyak ditawarkan dibutik-butik, adanya metode pencicilan tanpa bunga sepertinya membuat banyak gadis-gadis SMA tertarik dengan dagangan saya.
Selain karena harga jilbab saya yang lebih murah dibanding jilbab lain yang banyak ditawarkan dibutik-butik, adanya metode pencicilan tanpa bunga sepertinya membuat banyak gadis-gadis SMA tertarik dengan dagangan saya.
Banyak gadis-gadis yang mulai
mencari saya dan menanyakan jilbab dagangan saya. Ada yang mencari saya secara
terang-terangan, dan ada juga yang mencari saya dengan sembunyi-sembunyi.
Wajar saja karena gengsi di mata
anak-anak SMA ku sangatlah tinggi. Tapi iu tidak masalah yang penting barang
daganganku tetap laku dan saya tidak perlu merisaukannya.
Merasa banyak yang suka dengan
dagangan saya, akhirnya saya mulai melebarkan sayap kea rah yang lebih bagus.
Saya mulai mengincar adik kelas dan juga kakak kelas sebagai target pasar saya.
Untuk adik kelas, usaha saya
lumayan mulus. Banyak adik kelas yang mulai mengenal saya dan mulai membeli
jilbab ke saya. Namun untuk kakak kelas semuanya berbanding terbalik.
Gadis-gadis kakak kelas sudah
mulai sibuk untuk persiapan UN dan tampaknya mereka sudah mulai tidak tertarik
dengan jilbab. Alhasil hanya beberapa saja kakak kelas yang membeli jilbab ke
saya.
Usaha ini saya jalankan sekitar
kurang lebih selama 1,5 tahun. Ada banyak hal sedih dan juga menyenangkan
ketika berdagang.
Mulai dari lelahnya keliling kelas saat istirahat, uang dagangan ilang, sampai barang dagangan saya pun pernah ada yang hilang.
Mulai dari lelahnya keliling kelas saat istirahat, uang dagangan ilang, sampai barang dagangan saya pun pernah ada yang hilang.
Saya sadar setiap usaha pasti
ada cobaannya masing-masing. Tapi, jika kita menjalankanya dengan ikhlas, pasti
masalah akan terasa ringan dan dapat segera teratasi.
Sebenarnya banyak teman-teman
saya yang menyesalkan ketika saya sudah tidak berjualan jilbab lagi. Tapi
apalah daya, sebentar lagi saya harus berhadapan dengan UN, dan saya tidak
mungkin memecah konsentrasi saya.
Karena bagi saya UN adalah
pertarungan terakhir selama saya sekolah di SMA. Perjuangan saya selama tiga
tahun di SMA akan dipertaruhakan ketika UN. Jadi saya ingin mendapatkan hasil
yang maksimal.
Tapi yang jelas, Cerita Pengalaman Belajar Wirausaha, saya sangat
bersyukur karena saya bisa mencoba usaha saya sendiri walaupun hasilnya tidak
seberapa.
Banyak pengalaman dan pelajaran
yang saya dapatkan. Dan sejak saat itu, saya berjanji suatu saat nanti, saya
akan menjadi seorang pengusaha besar yang sukses.
---oOo---