Contoh Cerpen tentang Waktu, "Masa yang Singkat" - ada-ada saja memang yang namanya cerita, apalagi dalam
sebuah cerpen. Seperti karya berikut yang mengambil inti cerita yaitu waktu. Waktu
– seperti kita tahu – adalah hal yang tidak bisa diulang dan sangat berharga.
Contohnya, seseorang yang sudah tua tidak akan bisa mengulangi masa mudanya,
dengan alasan apapun.
Hal itulah yang digambarkan dalam cerpen berjudul “masa yang singkat” berikut. Cerpen ini mengisahkan dua orang anak remaja sekolah yang suka membolos dan tidak memanfaatkan masa remaja-nya untuk belajar dengan baik.
Tentu saja, remaja seperti ini kelak pasti akan menyesal karena tidak memanfaatkan masa muda dengan baik.
Tentu saja, remaja seperti ini kelak pasti akan menyesal karena tidak memanfaatkan masa muda dengan baik.
Membaca cerpen ini anda bukan hanya akan menikmati sebuah kisah aspiratif tetapi akan mendapatkan motivasi dan pelajaran berharga.
Meski gaya bahasa yang digunakan sangat sederhana namun cerpen ini cukup menarik dan tidak ada salahnya dibaca. Lagi pula, bisa untuk menambah referensi bacaan kita, benar tidak?
Meski gaya bahasa yang digunakan sangat sederhana namun cerpen ini cukup menarik dan tidak ada salahnya dibaca. Lagi pula, bisa untuk menambah referensi bacaan kita, benar tidak?
Karya ini menggunakan bahasa sederhana yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jelas sekali tidak akan ada masalah untuk mengetahui lebih jauh mengenai pesan yang terkandung di dalam cerita tersebut. Jadi, bagus atau tidak lebih baik anda baca terlebih dahulu sebelum mencari karya lainnya.
Masa yang Singkat
Cerpen Tema Waktu Oleh Irma
Matahari sudah mulai tinggi ketika Rahmat dan Santoso memarkir motornya di kantin belakang sekolah. Dengan ekspresi tanpa beban mereka berdua kemudian masuk ke kantin dan memesan beberapa makanan.
“Loh, kalian tidak sekolah, kok pagi-pagi sudah kesini”, ucap pemilik kantin. “Terlambat bu”, jawab Santoso. “Memangnya kalau terlambat tidak boleh masuk sama sekali, tadi ibu lihat juga ada yang terlambat tapi tetap masuk sekolah?”, tanya ibu itu.
“Lagi malas Bu, banyak sekali tugas”, ucap Rahmat menambahkan. Mereka pun akhirnya bersantai di kantin sambil menikmati beberapa makanan yang dipesan. Sesekali pandangan mereka menyapu halaman depan kantin seolah memastikan semua baik-baik saja.
Santoso dan Rahmat memang dua anak sekolah yang tergolong bandel. Mereka sering kali membolos dan tidak masuk kelas. Bahkan sudah beberapa kali orang tua mereka dipanggil ke sekolah karena tingkah mereka itu. Tetapi entahlah, Santoso dan Rahmat sepertinya tidak begitu perduli.
Melihat kedua anak itu, ibu kantin pun merasa iba dan kasihan, “kalau seperti ii terus, pasti masa depan mereka akan hancur”, pikir ibu itu. Akhirnya ibu kantin pun mengambil tempat duduk di dekat mereka.
“Nak, apa kalian tidak sayang sering bolos seperti ini?”, tanya ibu itu.
“Sayang bagaimana bu?”, tanya Rahmat
“Ya sayang, kan belajar untuk masa depan kalian nanti”, ucap ibu kantin.
“Alah bu, orang tua kami kan hartanya banyak, kami tidak bekerja saja pasti tidak akan kelaparan”, ucap Santoso
Mendengar perkataan mereka, ibu kantin pun hanya bisa mengambil nafas dalam. Ia pun kemudian beranjak dari tempat duduknya, “kalau harta bisa habis nak, tapi kalau ilmu bisa kamu bawa sampai mati”, ucapnya sebelum pergi.
Santoso dan Rahmat tetap saja tidak terganggu, mereka tetap asyik berbincang sambil menikmati jajanan. Sampai tiba-tiba ada seorang gadis cantik masuk dalam kantin tersebut.
“Bu, aku pulang, la ini siapa ada cowok-cowok ganteng disini pagi-pagi bu?”, tanya gadis itu.
“Kamu sudah pulang to Ndok, itu Santoso dan Rahmat, mereka terlambat jadi tidak masuk sekolah”, ucap ibu kantin.
Nindi yang sama dengan ibunya yang perduli dengan orang lain pun langsung menyapa mereka berdua, “Hei, aku Nindi, kalian kok bisa terlambat sih?”, ucapnya kepada Santoso dan Rahmat.
“Anu, tadi pecah ban”, jawab Rahmat.
“Oh, kalian pasti sahabatan ya, soalnya pecah ban saja bisa bareng…”, goda Nindi.
Santoso dan Rahmat hanya bisa tersenyum kecil, di dalam hati sebenarnya mereka merasa malu juga ditanya seperti itu oleh cewek yang begitu cantik.
“Lain kali jangan terlambat lagi ya, cowok ganteng-ganteng kok terlambat, nanti tidak ada cewek yang suka lho…” ucap Nindi lagi.
Dari pertemuan itu akhirnya Santoso, Rahmat dan Nindi pun menjadi teman. Ke esokan harinya, Santoso dan Rahmat tidak bisa menahan diri untuk bertemu dengan Nindi, akhirnya mereka pun sengaja datang siang agar terlambat ke sekolah. Mereka kemudian datang lagi ke kantin itu.
“La… ini sekolahnya sudah pindah ke sini ya”, ucap Nindi melihat mereka berdua masuk kantin.
“Iya nih, terlambat lagi, gara-gara nunggu Santoso lama mandinya”, jawab Rahmat.
“Eh, kalian itu besok jangan sampai terlambat lagi, nanti kalian menyesal seperti aku”, ucap Nindi.
“Memang kenapa?”, tanya Santoso
“Masa sekolah itu tidak bisa dibeli dengan emas, ilmunya sangat penting. Kalian tahu kan kemarin aku pulang pagi-pagi, itu aku dari melamar kerja dan karena aku tidak punya ijazah maka aku tidak diterima. Sekarang aku hanya bisa menyesal dan berharap aku bisa memutar waktu kembali agar aku bisa sekolah lagi”, ucap Nindi pada mereka.
“Begitu ya?”, jawab Rahmat singkat.
“Iya benar, apalagi kalian ganteng, sayang kalau sampai
tidak punya ilmu. Bahkan meski orang tua kalian bisa membeli sekolah tetapi
kalian tidak bisa membeli ilmu seketika itu saat dibutuhkan”, ucap Nindi.
Ya, karena yang menasehati mereka adalah cewek cantik maka
mereka memikirkan apa yang Nindi katakan. Esok harinya mereka pun malu jika
terlambat dan akhirnya mereka sekarang sadar bahwa apa yang Nindi katakan ibu
benar.
Mungkin harta orang tua mereka tidak akan habis untuk hidup
mereka tetapi jika mereka tidak memiliki ilmu maka hidup mereka pun tidak akan
sukses.
--- Tamat ---