Contoh cerpen pendek terbaru, "jalan yang kau pilih" kali ini kurang lebih hanya terdiri
dari enam ratus kata tapi jangan salah, ceritanya bagus. Cerpen berikut ini
menjadi salah satu cerpen kesayangan yang pernah penulis buat. Kenapa bisa
demikian, apakah istimewanya isi dalam karya berikut, apakah ada yang
berbeda?
Entahlah, ketika menulis karangan pendek ini, penulis sendiri merasa
begitu terharu, sedih dan tiba-tiba perasaannya tidak menentu. Padahal tidak
ada sama sekali kaitan cerita masa lalu yang dibuat. Mungkin karena isinya begitu
menyedihkan sehingga penulis sendiri sampai bawa perasaan ketika menuangkan
karangan fiksi ini.
Bagaimana tidak, ada beberapa kesedihan yang digambarkan
dalam karya berjudul “jalan yang kau pilih” berikut. Pertama, ada sebuah kisah cinta terpendam dalam kisah yang diceritakan. Kedua, ada tragedi keluarga yang
begitu menyayat hati.
Tragedi tersebut pada akhirnya menghancurkan dua hati sekaligus. Kisah dalam cerpen yang singkat ini sebenarnya ditulis dengan begitu sederhana menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Tragedi tersebut pada akhirnya menghancurkan dua hati sekaligus. Kisah dalam cerpen yang singkat ini sebenarnya ditulis dengan begitu sederhana menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Tetapi nuansa alur ceritanya terasa begitu menyedihkan sehingga pembaca bisa ikut merasakan sedih yang ada dalam cerpen tersebut. Supaya anda juga bisa ikut menikmati kisah ini silahkan baca langsung cerpen tersebut.
Jalan yang Kau Pilih
Cerpen Pendek Oleh Irma
“Lalu bagaimana, aku sudah tidak kuat lagi seperti ini”, teriak
Zein. “Zein, tidak ada masalah yang tak dapat dilewati, tak ada cobaan yang
tidak bisa diatasi, kamu pasti bisa melewati masa sulit ini, percayalah”, ucap Aila
mencoba memberikan dukungan kepada Zein.
Zein yang memang sudah putus asa hanya tertunduk, ia tak
tahu lagi harus bagaimana. Masalah yang ia hadapi terasa begitu berat. Tapi,
dengan sabar, Aila terus saja menemani Zein.
Bukan hanya memberikan dukungan, bukan hanya memberikan
selamat, Aila bahkan selalu setia menemani sahabatnya itu, sahabat yang sangat
ia cintai melebihi siapapun. Aila adalah tisu bagi air mata Zein yang tumpah. Berkat
kesetiaan itulah kali ini Zein masih bisa bangkit.
Dengan lembut Aila mengangkat tangan Zein dan mengajaknya
makan. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, dan dari pagi Aila tahu bahwa
tak satu butir nasipun yang masuk dalam perut Zein.
Dengan masalah keluarga yang sedang Zein hal itu memang
sangat wajar tapi Aila tidak ingin semua tambah parah. “Sudah, yuk kita sambil
makan dulu, kita cari solusi yang lebih baik lagi agar kamu masih bisa
melanjutkan kuliah”, ucap Aila sambil mengajak Zein ke sebuah warteg di sekitar
kampus.
Dengan sedikit bujukan, beberapa suap nasi bisa masuk ke
mulut Zein. “Zein, aku tahu posisi ini sangat sulit tapi aku yakin ada jalan
yang bisa kamu ambil?”, ucap Aila.
“Tidak ada jalan Aila, lagi pula aku tidak mau merepotkan
kamu lagi”, ucap Zein.
“Baiklah, kali ini aku tidak akan membantu kamu, tapi aku
akan coba mencari jalan lain”, ucap Aila tetap pada pendiriannya.
“Jalan apa, aku sudah benar-benar hancur, keluargaku hancur
dan aku kini sendiri harus menanggung aib dan penderitaan”, ucap Zein setengah
berteriak.
Aila sadar, saat seperti ini tidak ada gunanya berdebat
dengan Zein karena ia tahu pasti bahwa Zein tidak akan mau mendengarkannya.
Aila pun memberikan waktu kepada Zein untuk menjernihkan pikiran.
“Ya sudah, kita bahas besok saja, sekarang aku harus
pulang”, ucap Aila.
Akhirnya Aila pun pulang, Zein masih tidak mau beranjak dari
café itu, setelah beberapa waktu Aila pergi akhirnya ia pun keluar dari café
tersebut. Ia sudah tidak tahu lagi mau bagaimana, akhirnya tengah malam ia pun
pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, suasana begitu kosong dan hening,
pintu terkunci dan tidak ada suara apapun. Karena kesal dan emosi ia pun
mendobrak pintu rumahnya.
Di luar dugaan, kali ini ia tak akan bisa melampiaskan
amarah, karena yang ia dapati adalah sosok ibunya yang tergantung di
langit-langit rumah dengan seutas tambang.
Ia pun berteriak dan sedetik kemudian rumah itu sudah ramai
dengan orang. Ibu Zein tidak kuat menahan cobaan yang dialami, ia pun mengakhiri
hidupnya dengan meninggalkan sepucuk surat untuk Zein.
“Zein, maafkan ibu, ibu benar-benar sudah tidak kuat
menanggung semua ini. Tahun lalu ibu malu karena ayah kamu tertangkap dan
dipenjara karena korupsi dan tahun ini ia terang-terangan mengakui bahwa ia
memiliki istri muda. Ibu tidak kuat nak, maafkan ibu meninggalkan kamu sendiri”
Secarik kertas bertuliskan kalimat itu benar-benar
menyempurnakan hancurnya hati Zein. Kali ini sepertinya sudah tidak ada harapan
bagi Zein untuk bertahan. Matanya memerah terbakar, dadanya berdetak cepat,
hanya kebencian yang tergambar di sudut mata itu.
Aila yang mendengar kejadian itu pun langsung menemui Zein.
Ia mencoba menjadi pelibur lara dan pengobat sakit yang dialami Zein. Tapi, Zein
adalah kapal retak di tengah samudra, bahkan
Aila pun tak mampu menjadi penolong.
“Aku harus pergi”, ucap Zein dengan tatapan kosong. “Zein,
kamu mau kemana?”, tanya Aila. Tak ada jawaban, Zein berlalu begitu saja dengan
derita yang ia rasakan.
Nanar mata Aila melepas bayang sahabat sekaligus kekasihnya yang
menghilang dikejauhan. Di dalam hati kecilnya ia masih berharap bisa merubah
keputusan yang telah diambil, tapi itu hanya mimpi. Contoh Cerpen Pendek Terbaru, Jalan Yang Kau Pilih.
--- Tamat ---