“Surat untuk Anakku” adalah sebuah contoh cerpen singkat
yang cukup menarik untuk dibaca. Cerpen ini menggambarkan bagaimana besarnya
rasa cinta yang dimiliki oleh orang tua khususnya ibu. Seperti apa kira-kira ceritanya?
Dalam cerpen tersebut diceritakan seorang ibu yang ingin
mengirim surat kepada anaknya yang berada di kampung. Ia sendiri adalah seorang
pekerja yang harus bekerja di luar negeri untuk menafkahi anaknya.
Bukan menceritakan bagaimana ia mengirim surat tetapi kisah ini lebih fokus pada apa yang ingin ia sampaikan melalui surat itu.
Bukan menceritakan bagaimana ia mengirim surat tetapi kisah ini lebih fokus pada apa yang ingin ia sampaikan melalui surat itu.
Berbalut perasaan bersalah, rasa rindu yang sangat besar,
sang ibu pun tak bisa mengendalikan perasaannya sendiri. Ketika hendak membuat
surat maka justru ia berkeluh-kesah mencurahkan seluruh isi hati dan
perasaannya.
Sampai berkali-kali ia harus membuang surat yang sudah ia tulis, bukan karena buruk tetapi karena surat itu rusak karena air mata yang keluar dari hatinya.
Sampai berkali-kali ia harus membuang surat yang sudah ia tulis, bukan karena buruk tetapi karena surat itu rusak karena air mata yang keluar dari hatinya.
Tentu saja, berat beban perasaan yang ditanggung sang ibu
membuat pekerjaan menulis surat untuk sang anak tersebut menjadi sangat berat.
Ia menghabiskan bermalam-malam sampai akhirnya ia bisa menulis surat tersebut dengan baik. Seperti apakah kisah selengkapnya, mari kita baca cerita yang sangat menarik dan singkat tersebut di bawah ini.
Ia menghabiskan bermalam-malam sampai akhirnya ia bisa menulis surat tersebut dengan baik. Seperti apakah kisah selengkapnya, mari kita baca cerita yang sangat menarik dan singkat tersebut di bawah ini.
Surat Untuk Anakku
Cerpen Oleh Irma
Fitri anak ibu, ibu mohon maaf ya Nak, sampai tahun ini ibu
belum bisa pulang untuk membesarkanmu. Kamu tahu kan, ibu bekerja di luar
negeri, jauh Nak, tidak sama dengan bekerja di kampung yang bisa kapan saja
pulang.
Bekerja di luar negeri banyak aturan Nak, harus ada kontrak
misalnya 2 tahun. Maksudnya selama kontrak itu, ibu tidak boleh pulang apalagi
bolos kerja. Selama itu ibu harus terus bekerja dan tidak boleh pulang ke
kampung.
Lagi pula, jarak dari kampung kita ke luar negeri itu sangat
jauh Nak, tidak bisa jalan kaki. Dan yang terpenting ongkosnya mahal. Ibu tidak
bisa membuang-buang uang yang sangat sulit sekali ibu dapat hanya untuk ongkos.
Anakku, kamu pasti berpikir ibu ini kejam dan tidak
bertanggung jawab. Tapi sebenarnya tidak begitu nak, ibu sangat sayang padamu,
setiap hari ibu menangis menahan kangen ingin memeluk kamu. Ibu sebenarnya
ingin sekali membesarkan kamu di kampung, menjaga kamu, merawat kamu tapi ibu
tidak bisa Nak, di kampung ibu tidak punya uang.
Apalagi bapak kamu sudah minggat entah kemana sedangkan
nenek juga sudah mulai tua dan tidak bisa bekerja. Jadi terpaksa, ibu tidak ada
pilihan selain meninggalkan kamu di rumah bersama nenek. Kamu ngerti kan?
Nak, kamu disana baik-baik saja kan, nenek juga sehat bukan?
Jangan lupa jaga diri ya Nak, jangan main terus, lebih baik belajar biar kalau
besar nanti tidak seperti ibu. Kalau rajin belajar, pintar nanti kamu bisa jadi
orang sukses, punya rumah bagus, mobil, baju-baju bagus, ya Fitri sayang...
Tiba-tiba Rohayati terdiam, lehernya seperti tercekik dan
sama sekali tak bisa bernafas. Dadanya begitu sesak menahan kerinduan untuk
bertemu anaknya itu. Ia letakkan sejenak pena di tangannya, ia seka air mata
yang tiba-tiba meleleh membasahi pipinya. Satu dua titik, air mata itu jatuh
mengenai secarik kertas yang ia tulis tadi.
Untuk kesekian kalinya ia meremas kertas itu erat-erat,
seolah ingin menghantamkannya ke dinding yang membatasi hidupnya dengan hidup
anaknya itu. “Maafkan ibu nak”, ia berucap sambil menagis.
Perpisahan Rohayati dengan Fitri anaknya memang sudah cukup
lama. Setelah ditinggal pergi suaminya, Rohayati tidak mampu membesarkan Fitri
di kampung, karena itu ia nekad pergi ke luar negeri untuk bekerja.
Sudah sejak tahun 2010 yang lalu Rohayati harus pergi
meninggalkan Fitri demi mencari nafkah. Fitri yang sangat dia sayangi masih
kecil, terpaksa dia meninggalkan nya bersama ibuku. Bahkan sampai sekarang
sudah tahun 2016 tetapi Rohayati masih belum bisa pulang di negeri orang.
Begitulah, kerinduan kini sudah semakin besar di tengah
keterbatasan yang dimiliki Rohayati. Ya, untuk mengobati rasa rindunya pada
Fitri ia hanya bisa berkirim surat, bahkan itu pun harus ia lakukan
berhari-hari dengan bermandikan air mata.
Berkali-kali ia mencoba mencurahkan isi hatinya melalui
sebuah surat tapi semua surat yang ia tulis selalu rusak digenangi air matanya
sendiri.
Setiap kali ia menuliskan nama anaknya di kertas putih itu
dadanya selalu sesak menahan sedih. Dan pada akhirnya lagi dan lagi ia meremas
kertas yang menjadi saksi bisu kerinduannya itu.
Seperti kali ini, meski ia ingin mengabarkan kabar gembira
tentang kepulangannya tahun depan namun ia juga harus berjuang dalam menulis
surat untuk anaknya itu. Ini adalah malam ke lima dimana ia dengan bercucuran
air mata juga harus meremas kertas bertinta biru itu.
“Aku harus sabar, aku harus kuat, demi Fitri anakku di
kampung”, ia berucap sambil menoleh ke arah kertas yang berserahakan di meja
kamarnya. Rohayati kembali mencoba menulis surat untuk Fitri, tapi kali ini
sepertinya ia mulai mengesampingkan perasaan yang ada di hati.
“Fitri anakku sayang”, itulah kalimat pertama yang tertulis.
Dengan pelan, pena itu menari di kertas putih yang sudah Rohayati siapkan.
Selanjutnya Rohayati pun menuliskan bahwa tahun depan ia
sudah bisa pulang. Ia juga mengatakan bahwa dengan sisa uang yang selalu ia
kirimkan setiap bulannya ia akan bekerja di kampung.
Ia juga berjanji kepada anaknya tidak akan meninggalkannya
lagi. “Sampai bertemu tahun depan ya Nak, Salam, Ibumu”, akhirnya kalimat itu
menjadi akhir surat yang ia tulis.
Pelan, Rohayati meletakkan pena ditangannya, dengan penuh
semangat ia melipat kertas putih itu dan memasukkannya ke dalam amplop. Contoh Cerpen Sangat Singkat, Surat Untuk Anakku. Seolah
esok adalah hari dimana ia akan bertemu dengan Fitri sang buah hatinya.
--- Tamat ---