Masih membutuhkan contoh cerpen singkat lagi? Tenang, masih ada banyak yang akan diberikan di situs contohcerita.com ini. Pastinya cerita-cerita yang dihadirkan lain dari pada yang sudah ada, menarik dan menghibur.
Bukan hanya itu, cerpen-cerpen singkat yang akan dibagian akan selalu menjadi yang terbaru sehingga anda dijamin tidak akan bosan. Namun perlu diingat, berbagai karya cerita pendek yang ada disini disusun sebagai sarana hiburan serta sarana belajar saja.
Untuk kali ini, kita akan membaca sebuah kisah tentang seseorang yang sangat suka atau hobi dengan berbagai peralatan yang digunakan oleh para detektif, dalam hal ini khususnya adalah kamera pengintai.
Secara rutin pemuda itu selalu mengikuti perkembangan terbaru dari berbagai jenis perangkat perekam tersebut. Bahkan ia memiliki beberapa toko langganan. Lantas apa yang membuat kisah ini menarik?
Di dalam cerpen singkat berjudul "kamera pengintai canggih ala detektif" berikut ini ada juga kisah cinta yang menarik. Petualangan mencari kamera yang bagus menjadi sebuah petualangan cinta yang serba tak pasti. Dari pada penasaran lebih baik kita baca langsung ceritanya berikut.
Untuk kali ini, kita akan membaca sebuah kisah tentang seseorang yang sangat suka atau hobi dengan berbagai peralatan yang digunakan oleh para detektif, dalam hal ini khususnya adalah kamera pengintai.
Secara rutin pemuda itu selalu mengikuti perkembangan terbaru dari berbagai jenis perangkat perekam tersebut. Bahkan ia memiliki beberapa toko langganan. Lantas apa yang membuat kisah ini menarik?
Di dalam cerpen singkat berjudul "kamera pengintai canggih ala detektif" berikut ini ada juga kisah cinta yang menarik. Petualangan mencari kamera yang bagus menjadi sebuah petualangan cinta yang serba tak pasti. Dari pada penasaran lebih baik kita baca langsung ceritanya berikut.
Kamera Pengintai Canggih Ala Detektif
Cerpen oleh Irma
Bagi seorang anak, cita-cita
merupakan sesuatu yang akan berubah seiring waktu, namun bagi remaja sebuah
cita-cita akan lebih lama melekat dan bahkan dapat menjadi pemicu sebuah
obsesi. Seperti yang aku alami ketika masih di bangku pendidikan.
Waktu kecil - biasalah - cita-citanya
menjadi dokter, polisi dan sebagainya, tetapi ketika masuk sekolah menengah aku
mulai suka dengan segala yang berbau pemecahan masalah, aku sangat suka dengan
detektif.
Nah, sampai hampir lulus kuliah
aku bahkan sampai terobsesi dengan semua hal yang berhubungan dengan detektif,
salah satunya adalah teknologi pada kamera pengintai. Alat-alat canggih yang
sering digunakan oleh para detektif di film, semua mainannya aku punya. Sampai
akhirnya karena jatuh cinta dengan seorang wanita, aku tanpa sadar melupakan
cita-citaku tersebut.
Seperti saat ini, aku sedang
keranjingan dengan yang namanya alat perekam kamera tersembunyi yang biasa
digunakan oleh detektif. Di siang yang begitu panas dengan suara bising
kendaraan yang memecahkan telinga, aku sibuk membaca katalog yang berisi daftar
perangkat kamera pengintai terkecil yang ada.
Keringat yang mengucur diantara
kedua ketiak, dan butir bening lainnya membasahi wajah sama sekali tak
kupedulikan. Aku terus mencari dan mencari. “Mbak, dari sekian banyak produk
ini mana yang paling bagus ya”, tanyaku kepada penjaga toko.
“Masing-masing ada kelebihan dan kelemahannya mas, ada yang dibekali teknologi wireless seperti kamera pengintai wireless yang ini dan ada juga yang daya tangkapnya lebih jauh”, ucapnya menjelaskan.
“Masing-masing ada kelebihan dan kelemahannya mas, ada yang dibekali teknologi wireless seperti kamera pengintai wireless yang ini dan ada juga yang daya tangkapnya lebih jauh”, ucapnya menjelaskan.
“Bagus-bagus semua”, gumamku
dalam hati sembari terus saja mengamati berbagai benda tersebut. Sampai aku tak
sadar, tepat di sisi kananku sudah berdiri seorang wanita berparaskan rembulan.
“Eh, maaf…”, ucapku ketika tak sengaja menyenggol lengannya. “Iya tak apa..”,
jawabnya singkat.
Tak butuh lama, betapapun
bagusnya berbagai kamera yang sedang aku lihat tadi, perhatianku pun beralih
kepada wanita tersebut. “Namaku Dion, kamu siapa, sedang cari kamera juga?”
ucapku melanjutkan. “Iya, kebetulan sedang cek barang untuk keperluan kantor…”
ucapnya tanpa sedetik pun melihat ke arahku. “Duh, manis juga cewek ini”,
gumamku dalam hati.
“Bagus, bagus ya, Eh… tadi nama
kamu siapa, aku lupa”, tambahku mencoba mencairkan suasana. Tak menjawab
sepatah katapun ia lalu pergi sambil meninggalkan sebutir senyumnya tepat di
depanku. Aku pun hanya bisa terdiam ketika ia melangkah pergi.
Satu minggu berlalu, saat itu
disebuah pertokoan ternama di kotaku aku kembali mencari kamera-kamera
pengintai dengan teknologi terbaru yang paling canggih. Dari satu lokasi ke
lokasi lain aku hanya melihat-lihat kalau ada sesuatu yang baru.
Saat itu pandanganku tertuju pada
satu jenis kamera yang dipamerkan, sebuah kamera tersembunyi yang berbentuk
kancing baju.
“Bagus benar itu, cocok untuk detektif”, ucapku dalam hati. “Pasti lagi mencari kamera pengintai tembus pandang, cowok-cowok biasanya kan begitu, tidak bisa memanfaatkan teknologi dengan baik…”, tiba-tiba terdengar suara lembut dari arah belakangku.
“Bagus benar itu, cocok untuk detektif”, ucapku dalam hati. “Pasti lagi mencari kamera pengintai tembus pandang, cowok-cowok biasanya kan begitu, tidak bisa memanfaatkan teknologi dengan baik…”, tiba-tiba terdengar suara lembut dari arah belakangku.
Aku menoleh, dan ternyata wanita
yang tempo hari. “Enggak, aku bercita-cita ingin menjadi polisi, ingin menjadi
detektif pemecah kasus yang handal, aku sedang mencari – cari kamera-kamera ala
detektif gitu” balasku panjang lebar.
Selanjutnya wanita itu hanya
tersenyum simpul sambil berjalan kesampingku. “Aku Clara, kamu sering ke sini
ya?” ucapnya tanpa menatapku sama sekali. “Iya, hampir tiap bulan aku kesini
untuk melihat koleksi terbaru yang ada, kalau ada yang bagus ya sekalian aku
beli”, jawabku.
“Hem… berarti kamu salah satu
langganan setia toko ku ini ya..” jawabnya. Aku kaget mendengar ucapannya,
“apa, tokomu, jadi?” jawabku agak gugup.
“Iya benar, ini adalah salah satu
toko milikku yang menjual berbagai kamera pengintai murah, sedangkan toko lain
yang tempo hari itu juga milikku yang menjual berbagai perlengkapan kamera lain
misalnya kamera pengintai rumah, kamera pengintai kaskus dan juga kamera
pengintai jarak jauh”, ia menjelaskan panjang lebar.
“Enak dong, jadi kalau aku butuh
kamera yang bagus aku bisa langsung minta bantuan kamu ya?”, jawabku.
Selanjutnya ia hanya menjawab dengan senyuman. “Ya sudah, aku tinggal dulu ya,
silahkan lihat-lihat lagi”, ucapnya dengan sopan.
Hari itu entah mengapa aku merasa
lebih ceria, meski aku tidak mendapatkan satu pernak-pernik apapun namun aku
mendapatkan kenalan pemilik toko itu. Ya, sesuatu yang sangat jarang aku temui.
Waktu terus berjalan, bulan
berganti bulan, beberapa kali aku masih sempat berbincang dengan Clara namun sebatas
perbincangan biasa, mungkin Clara memang sibuk sehingga waktu dia mengunjungi
toko itu pun benar-benar terjadwal. Tidak lebih dari sepuluh menit, pasti
setelah itu ia pergi.
Karena kesibukan acara wisuda aku
pun beberapa saat melupakan Clara dan berbagai kamera miliknya. Hampir satu
bulan lebih aku tidak melihat-lihat koleksi terbaru di toko itu sampai suatu
hari, setelah acara wisuda selesai aku pun kembali ke toko itu.
“Hei, lama enggak ketemu, kemana
aja”, ucap Clara seraya menghampiriku.
“Eh, Clara, ia nih, kemarin ada
acara wisuda, jadi ya baru sempat datang ini…” jawabku sambil tersenyum.
“Ow, jadi sekarang sudah bukan
mahasiswa lagi ya, terus rencana kedepan bagaimana?” lanjutnya seolah ingin
tahu.
“Entahlah, masih bingung…?” jawabku
singkat
Selang beberapa saat ia pun
meminta nomor ponsel dan kami pun bertukar nomor. Seminggu kemudian, kami mulai
saling berkomunikasi dengan ponsel, itulah awal kedekatan kami.
Karena kesibukan sebagai lulusan baru maka aku semakin jarang ke toko milik Clara, aku sibuk menyiapkan pekerjaan yang sudah lama aku idamkan meski aku tidak bisa menghilangkan obsesi-ku terhadap berbagai benda yang berhubungan dengan detektif seperti kamera pengintai.
Karena kesibukan sebagai lulusan baru maka aku semakin jarang ke toko milik Clara, aku sibuk menyiapkan pekerjaan yang sudah lama aku idamkan meski aku tidak bisa menghilangkan obsesi-ku terhadap berbagai benda yang berhubungan dengan detektif seperti kamera pengintai.
Waktu berjalan seolah begitu
cepat, kini aku mulai mendapat kehidupan sendiri, memiliki pekerjaan dan
penghasilan yang lumayan. Akhirnya, aku pun memberanikan diri untuk mengenal
Clara lebih dekat.
Pertama sekali aku ragu, tapi aku
nekad dan mengajak ia dinner ketika malam minggu tiba. Pelan tapi pasti, kedekatan
ku dengan Clara mulai menjurus dalam hati. “Aku ingin menjadikannya istri,
mungkinkah?” ucapku suatu malam.
--- Tamat ---