Contohcerita.com, Cerpen tentang Menabung. Yang satu ini jelas beda dengan cerpen terbaru yang sudah anda baca. Cerpen pendek dan menarik berjudul "celengan ayam ajaib" berikut mengambil tema tentang menabung. Tahu kan, menabung adalah menyisihkan sebagian uang untuk kebutuhan hari esok, nah cerpen ini menggambarkan betapa penting menabung tersebut.
Cerpen tentang menabung berikut mengangkat kisah kehidupan seorang anak yang bernama Narto. Narto ini adalah anak orang kaya - yang hartanya sangat banyak - tetapi ia di ajarkan untuk menabung dari kecil. Lucu ya, anak orang kaya kok harus menabung?
Tapi ini benar, dalam ceritanya si Narto tersebut harus selalu menyisihkan miliknya bahkan bukan hanya uang, sampai baju baru pun tidak boleh asal memakainya, ia harus menyisihkan satu baju untuk dipakai acara tertentu.
Itulah yang pada akhirnya membuat Narto menjadi pribadi yang cukup bisa mengatur keuangan. Meski harta kedua orang tuanya berlimpah namun ia tidak pernah boros dan manja, ia membelanjakan uang secukupnya, bahkan sampai ia kuliah.
Singkat cerita sampai lulus kuliah tabungan Narto tadi baru boleh dibuka, itu pun untuk dijadikan model memulai usaha. Nah, inti ceritanya akhirnya dari modal tabungan dari kecil tersebut Narto bisa sukses menjadi pengusaha muda, menarik bukan? Dari pada penasaran lebih baik kita baca langsung cerita pendek berikut!
Katanya, orang kaya itu hidupnya
selalu enak, tapi ternyata tidak. Buktinya, Narto yang terlahir di keluarga
yang hartanya tak habis tujuh turunan tidak menikmati kemudahan apapun dari
kekayaan orang tuanya. Ayah dan ibunya justru sangat membatasi kemudahan yang
bisa diberikan kepada anak satu-satunya tersebut.
Tapi ini benar, dalam ceritanya si Narto tersebut harus selalu menyisihkan miliknya bahkan bukan hanya uang, sampai baju baru pun tidak boleh asal memakainya, ia harus menyisihkan satu baju untuk dipakai acara tertentu.
Itulah yang pada akhirnya membuat Narto menjadi pribadi yang cukup bisa mengatur keuangan. Meski harta kedua orang tuanya berlimpah namun ia tidak pernah boros dan manja, ia membelanjakan uang secukupnya, bahkan sampai ia kuliah.
Singkat cerita sampai lulus kuliah tabungan Narto tadi baru boleh dibuka, itu pun untuk dijadikan model memulai usaha. Nah, inti ceritanya akhirnya dari modal tabungan dari kecil tersebut Narto bisa sukses menjadi pengusaha muda, menarik bukan? Dari pada penasaran lebih baik kita baca langsung cerita pendek berikut!
Celengan Ayam yang Ajaib
Oleh Mandes
Narto, jangan heran dengan
namanya ya, karena meski sangat kaya, keluarga Narto memang berasal dari orang
biasa. Kekayaan mereka diperoleh dari kerja keras dan ketekunan serta
kejujuran. Kakek dan nenek Narto sendiri – baik dari ayah maupun ibu – adalah
petani yang hidupnya di desa. Dan nama Narto sendiri adalah pemberian dari
kakaknya.
Kecuali untuk masalah makanan
sehat, ia sama sekali tidak mendapatkan perlakuan yang istimewa. Contohnya,
masalah mainan saja ia selalu mendapatkan mainan hanya dari hadiah. Permintaannya
tidak pernah dituruti dan keinginan untuk beli mainan baru pun tidak pernah
terkabul. Ia hanya bisa mendapatkan mainan jika ia memiliki suatu prestasi,
apapun itu.
Kadang sebenarnya Narto berontak
tetapi orang tuanya dengan sabar bisa memberikan pengertian akan apa yang harus
ia lakukan. Salah satu yang paling terasa adalah Narto memiliki kewajiban untuk
menabung. Dalam bentuk apapun ia harus selalu membiasakan dirinya untuk
menyisihkan sebagian miliknya untuk ditabung.
Pernah suatu kali kala masih SMP
ia diberikan baju baru sebanyak tiga pasang, ketika ia ingin memakai
ketiga-tiganya ia dilarang oleh ayahnya. “Ayah membelikan kamu 3 buah baju itu
bukan untuk dipakai sekali waktu Narto, sisakan salah satu untuk acara-acara
khusus kamu, jangan dipakai buat harian semua”, ucap ayahnya kala itu. Narto
hanya diam dan menuruti keinginan ayahnya meski hatinya tidak setuju.
Pelan, sangat pelan akhirnya
sedikit demi sedikit ia mulai terbiasa dengan aturan dan kekejaman kedua orang
tuanya. Sebut saja misalnya untuk uang jajan di sekolah, ia sudah biasa
menyisihkan sebagian untuk digunakan lain waktu.
Jadi, meski kadang ia tidak
diberi uang jajan ia tetap bisa memenuhi kebutuhan jajan dengan uang tersebut. Suatu
hari, ia pernah bertanya kepada ibunya kenapa ia harus susah-susah seperti itu
sementara orang tuanya memiliki banyak harta.
“Nda, kenapa sih Narto harus menabung
segala, kan ayah punya uang banyak?”
“Nak, menabung itu untuk kekuatan
kamu, bukan untuk ayah dan ibu…” ucap ibunya pelan. “Ayah Bunda bisa saja
memberikan semua keinginan dan kebutuhanmu dengan harta yang kita miliki tetapi
itu tidak akan berguna. Ingat nak, harta bisa habis tetapi kemampuan dan
kualitas diri seseorang akan terus melekat sampai ia mati.” Lanjut ibunya.
“Tapi Nda, bukankah harta kita
tidak habis tujuh turunan?” ucap Narto membantah
“Harta kita memang banyak, dan
mungkin tidak akan habis tujuh turunan tetapi siapa yang tahu? Kalau Alloh
menghendaki, ayahmu bangkrut, semua bisa hilang dalam sekejab mata, yang
tersisa hanya ilmu yang ayah dan bunda punya…” jawab ibunya.
“Jadi…” jawab Narto dengan
bingung.
“Yang sulit dari menabung adalah
membiasakannya, kalau kamu sudah punya kebiasaan menabung maka dalam keadaan
apapun kamu bisa tetap bahagia dan cukup…” jawab ibunya memberikan pengertian.
Begitulah, dari kecil Narto
memiliki kewajiban untuk selalu memenuhi celengan ayam yang ia beli sendiri. Setelah
satu celengan penuh ia harus membeli celengan lain dan mengisinya, begitu
seterusnya. Ia hanya boleh membuka celengan ayam tersebut ketika usianya 20
tahun.
Waktu terus berlalu, hari
berganti begitu cepat, tak terasa Narto sudah beranjak dewasa. Narto sudah
menginjak semester akhir dan sebentar lagi ia akan menjadi sarjana. Tinggal
menghitung hari, Narto harus menerapkan segala ilmu yang ia dapatkan dibangku
pendidikan. Saat selesai kuliah tersebut kedua orang tuanya telah memberikan
kepercayaan kepada dia untuk menentukan arah, ia bebas ingin melanjutkan kuliah
lagi atau bagaimana, terserah dia.
“Buah tak jatuh jauh dari
pohonnya, jiwa bisnis yang dimiliki kedua orang tuanya ternyata melekat dan
subur di hati dan pikiran Narto. Ia pun memutuskan untuk mulai menerapkan
pengetahuan yang ia miliki untuk membuka bisnis.
“Yah, aku akan belajar cari uang,
aku sudah bosan sampai besar disuruh menabung terus dan tidak boleh dibuka
tabungannya….”
“Ya, terserah kamu, tapi apa
sudah kamu pertimbangkan dengan baik?”
“Sudah Yah…”
“Benar, kalau begitu apa yang
akan kamu lakukan?”
“Aku akan buka restoran kecil
Yah, aku sudah punya ide kuliner yang jadi andalan. Promosinya aku akan gunakan
media online sekaligus akan aku buat juga situs restoran online..”
“Hem… bagus juga tuh, tapi
bagaimana dengan modalnya, kamu kan tidak punya apa-apa?”
“Hem…iya Yah, tapi aku punya rencana
yang bagus, aku akan mulai dari sistem online dulu… setelah semuanya berjalan
baru aku buka yang offline….”
“Maksudnya bagaimana, ayah tidak
paham?”
“Aku akan pasarkan menu restoran
secara online Yah, nanti deh aku jelaskan, aku akan siapkan planning-nya
terlebih dahulu…”
“Yakin benar kamu…”
“Iya dong…. Oh iya, kalau masalah
modal aku akan mengajukan proposal usaha, pasti ada yang mau mendanai ide yang
aku miliki…”
“Ya sudah, ayah akan lihat…”
Belum wisuda tapi Narto telah
memulai semuanya. Dengan sedikit uang yang ia miliki ia mempersiapkan semua
hal. Sampai akhirnya dukungan pertama datang dari sang ibu…
“Sedang apa kamu Nak, sibuk
benar?”
“Lagi koreksi proposal nih….”
“Proposal apa sih nak, sampai
bunda datang aja tidak dihiraukan?”
“Iya maaf bunda, aku lagi buat
proposal bisnis, bunda….”
“Jadi, benar kata ayah?”
“Hem… memang ayah bilang apa
nda?”
“Ya ayah bilang kamu akan buka
bisnis setelah kuliah…”
“Ow… iya, aku minta restu ya
bunda, mohon doa ya bunda…”
“Iyaa…. Pasti bunda doa untuk
kamu, oh ya, bunda ada hadiah buat kamu..”
“Apaan… mau dong?”
“Nih…. Buka sendiri… ya sudah
bunda ke dapur dulu ya”
“Iya bunda, terima kasih…”
Ternyata, hadiah yang diberikan
ibu Narto adalah sebuah izin untuk menggunakan seluruh tabungannya dari kecil.
“Semoga celengan ayam ajaib yang telah engkau pelihara ini bisa menjadi awal
kesuksesan kamu nak”, begitulah yang tertulis dalam selembar kertas yang
diberikan ibunya.
Sangat senang, Narto pun berlari
mencari ibu dan ayahnya yang sedang duduk santai di depan tv, “makasih ayah,
makasih bunda…” ia memeluk kedua orang tuanya sambil menahan air mata. “Tidak
usah berterima kasih, itu uang adalah hasil kerja keras kamu selama ini,
mudah-mudahan cukup untuk modal awal kamu”, ucap ibunya.
Tak banyak, tetapi hasil tabungan
dari celengan ayam ajaib yang ia miliki cukup untuk membuka sebuah toko online
dan memasarkan produk jasa restoran yang ia inginkan. Selama enam bulan pertama
ia benar-benar merintis dan belajar banyak.
Ia benar-benar sabar dalam
menjalani bisnis itu dan terus saja belajar dari kesalahan dan kekurangan,
sampai akhirnya ia sudah mulai dikenal di dunia maya dengan restoran pesan antar
yang didirikan.
Mengetahui usahanya sudah mulai
berjalan maka ia tidak menyia-nyiakan peluang, ia langsung merampungkan
proposal bisnis yang pernah tertunda. Kenapa siapa ia mengajukan proposal
tersebut untuk mendapatkan dana tambahan guna modal bisnisnya?
Ternyata, ia bukan hanya pandai
tapi juga cerdik, ia mengajukan proposal tersebut ke perusahaan ayahnya. Dan
ketika ayahnya mengetahui dan membaca proposalnya ia hanya bisa tertegun.
“Tadi, ayah membaca sebuah
proposal yang diajukan ke perusahaan”
“Hem… ayah sudah baca proposal
aku?”
“Sudah, tapi kenapa kamu
mengajukan proposal itu ke ayah?”
“Ya, tujuan aku adalah
membuktikan dan meyakinkan orang terdekat terlebih dahulu… kalau ayah dan ibu
saja tidak yakin dengan bisnis yang aku kelola bagaimana mungkin orang lain
bisa yakin, benar kan yah?”
“Tapi bisnis itu masih kurang
prospek, proyeksinya ke depan masih kurang jelas”
“Aku sengaja tidak menjelaskan
secara detail dalam proposal tersebut yah, bagaimana mungkin ide yang aku
miliki aku berikan kepada semua orang, bisnis itu kejam dan semua orang bisa
mencuri ide kita kapanpun, jadi jika ayah ingin tahu lebih banyak dan lebih
yakin ayah harus mendukung bisnis itu”
“Bagaimana mungkin ayah mendukung
bisnis yang tidak jelas?”
“Tenang yah, dalam dua bulan ke
depan ayah akan mendapatkan gambaran dan bukti yang lebih jelas, saat itu ayah
bisa memutuskan apakah ayah akan menanam saham untuk bisnis itu atau tidak”
Itu adalah perdekabatan pertama
antara pelaku bisnis profesional dengan pebisnis pemula yang memiliki impian
besar. Ternyata strategi Narto membuahkan hasil, bukan hanya ayahnya yang
menaruh perhatian pada bisnis yang ia bangun tersebut tetapi beberapa orang
berpengaruh di perusahaan ayahnya pun mulai terpikat.
Bagaimana tidak, dalam jangka
waktu satu tahun bisnis Narto sudah tumbuh cukup pesat dan mampu membukukan
omset yang fantastis. Saat itu ayahnya belum sama sekali memutuskan untuk
membantu anak kesayangannya tersebut. Hingga pada suatu hari Narto dipanggil
oleh pengelola perusahaan ayahnya.
“Saudara Narto, bisnis anda cukup
bagus dan dalam jangka waktu yang singkat anda telah membuat pertumbuhan yang
cukup menjanjikan.”
“Terima kasih pak… lalu bagaimana
dengan proposal saya?”
“Dengan berat hati saya sampaikan
bahwa kami belum bisa memenuhi permohonan saudara, saudara Narto bisa mencari
dari investor lain?”
“Kenapa pak, apa bisnis saya
masih kurang menjanjikan?”
“Bukan begitu, tetapi ada
pertimbangan internal yang tidak bisa dilakukan…”
“Baiklah kalau begitu pak, terima
kasih atas perhatian dan kerjasama bapak..”
“Iya, sama-sama”
Sesampainya di rumah ia langsung
menemui ayah dan ibunya dan mengatakan apa yang terjadi. Kemudian ayah dan
ibunya memberikan penjelasan dan gambaran yang lebih luas lagi tentang masa
depan bisnis yang sedang ia jalankan.
Tak sia-sia, dari modal tabungan
di celengan ayam ajaib yang dimiliki Narto, akhirnya Narto mampu mendirikan
sebuah bisnis yang cukup kokoh, Cerpen tentang Menabung. Dalam jangka waktu 3 tahun ia sudah menjadi
pebisnis muda yang cukup diperhitungkan.
Semua itu tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan arahan dari kedua orang tuanya yang memang notabene adalah seorang pebisnis. Akhirnya, kepahitan masa kecil Narto pun berbuah manis.
Semua itu tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan arahan dari kedua orang tuanya yang memang notabene adalah seorang pebisnis. Akhirnya, kepahitan masa kecil Narto pun berbuah manis.
--- Tamat ---