Contoh Puisi 7 Bait tentang Petani dan Analisis - Karya puisi 7 bait berikut ini sengaja dibagikan sebagai ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada para petani dimana saja berada. Berkat kegigihan dan perjuangan mereka maka semua orang dapat menikmati nasi tanpa harus menanam padi, makan sayur-mayur tanpa harus menanamnya dan sebagainya.
Untuk karya yang ini kami tidak akan berbicara banyak karena karya ini kami rasa sudah cukup panjang. Tidak akan ada pembahasan mengenai tema, tone atau nada, diksi atau pilihan kata atau lainnya.
Kami ingin memberikan kesempatan kepada pembaca agar bisa ikut menikmati sekaligus memberikan pandangan atau penilaian terhadap karena berikut.
Karya berikut, seperti sudah disebutkan di atas, terdiri dari tujuh bait jadi cukup panjang. Masing-masing bait terdiri dari empat larik yang juga bisa dikatakan panjang.
Masing-masing larik dan bait saling berkaitan dan membentuk sebuah untaian makna yang begitu dalam. Kalau dilihat dari judulnya, puisi ini merupakan puisi sedih karena ada kata “tragis” dalam judul tersebut.
Kami ingin memberikan kesempatan kepada pembaca agar bisa ikut menikmati sekaligus memberikan pandangan atau penilaian terhadap karena berikut.
Karya berikut, seperti sudah disebutkan di atas, terdiri dari tujuh bait jadi cukup panjang. Masing-masing bait terdiri dari empat larik yang juga bisa dikatakan panjang.
Masing-masing larik dan bait saling berkaitan dan membentuk sebuah untaian makna yang begitu dalam. Kalau dilihat dari judulnya, puisi ini merupakan puisi sedih karena ada kata “tragis” dalam judul tersebut.
Pagi Petani yang Tragis
Puisi Oleh Gunarto
Sinar pagi telah menyapa
Embun putih membawa tetes air liur
Hari akan segera datang melampaui batas jagad raya
Sendiri melihat langit
Jingga putih mulai serpihan cahaya
Membiru dengan cerah awan mega
Keindahan yang tiada tara
Saat terang mulai memilih
Bergemuruh soraikan nestapa petani
Melewati pagar pagar bumi
Tak satupun yang tertinggal
Bekerja bagai gila
Hatinya tak ada yang tak berharap
Berjalan sedetik menuju awan harapan
Sedikit terpukul saat harap tinggal harap
Limbah hujan menyapa
Hidup tak selalu ada
Senyap rasa dalam kalbu
Menyerang setiap hati yang gelisah
Sepi menepi di pelabuhan pendek ku
Sapaan diri nan kebiri
Teronggok mati dalam bahtera
Sepi
Hati
Minumlah kawan
Ragamu tak akan usang meski mati menerjang
Berhenti kawan
Ragamu mulai melepuh
Tema: Puisi 7 Bait, Puisi Tema Sosial
Bagaimana, sudah membaca puisi tema sosial tersebut bukan? Pastinya dong, tanpa harus disuruh pun pasti anda tidak mau ketinggalan untuk membaca puisi tentang petani di atas.
Lumayan bagus bukan puisi dan analisisnya di atas, ya mudah-mudahan bisa berkenan di hati anda semua.
Atau paling tidak bisa menjadi tambahan bahan hiburan, bacaan di waktu senggang atau juga bisa digunakan sebagai bahan belajar.
Lumayan bagus bukan puisi dan analisisnya di atas, ya mudah-mudahan bisa berkenan di hati anda semua.
Atau paling tidak bisa menjadi tambahan bahan hiburan, bacaan di waktu senggang atau juga bisa digunakan sebagai bahan belajar.
Jangan lupa, kami juga berterima kasih atas kesediaan anda berkunjung ke situs ini. Sebagai ucapan terima kasih kami telah menyiapkan juga beberapa karya lain yang mungkin sesuai dengan keinginan anda.
Silahkan baca juga beberapa puisi 7 bait yang ada dibagian akhir tulisan ini. Terima kasih dan selamat membaca!
Silahkan baca juga beberapa puisi 7 bait yang ada dibagian akhir tulisan ini. Terima kasih dan selamat membaca!