Cerpen Remaja Sekolah Singkat tentang Cinta

Ada banyak sekali yang mencari cerpen remaja sekolah singkat, maka dari itu kita akan memberikan satu lagi karya cerita sederhana. Cerita berjudul "kala tatapan mata beradu" berikut ini menggambarkan pergulatan batin seorang pelajar sekolah yang berjuang untuk tetap fokus belajar dan berusaha mengesampingkan masalah cinta.

Cerpen Remaja Sekolah Singkat tentang Cinta
Foto: Ilustrasi
Cerita dalam cerpen remaja sekolah tersebut cukup bagus untuk dijadikan nasehat berharga bagi para remaja sekolah agar selalu fokus belajar sebagai satu-satunya kewajiban.

Memang, tidak dapat dipungkiri, sebagai remaja kita pasti akan mengalami jatuh cinta tetapi harus kita ingat bahwa belajar adalah untuk masa depan kita. Jadi, jangan kalahkan belajar hanya demi mengejar cinta semu.

Di dalam cerita cinta remaja pasti ada efek negatif jika dihubungkan dengan aktivitas belajar. Biasanya, ketika pacaran atau cinta pada seseorang seorang pelajar akan lebih sulit untuk berkonsentrasi.

Kurang fokus belajar. Maka dari itu mudah-mudahan cerita dalam cerpen singkat tersebut bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.

Kala Tatapan Mata Beradu
Cerita oleh Mandes

Sore terlihat begitu gelap, langit di atas kepala ku tertutup kabut pekat yang kapanpun siap meledak menjadi tetesan hujan.

Setelah seharian menghabiskan waktu dengan kegiatan sekolah aku hanya bisa terpaku di teras rumah merasakan angin yang berembus kencang.

Sesekali aku menangkap dedaunan jati di depan rumah yang terbawa angin. Terkadang aku pun was-was dengan kencang-nya angin yang meniup pohon tersebut, takut roboh.

Tampak di depan wajah ku suasana sore yang begitu berantakan, bahkan untuk sekedar menghabiskan lelah di depan rumah pun aku mulai tak nyaman dengan perubahan cuaca tersebut.

Setelah beberapa menit bertahan, akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan mengakhiri lamunan ku yang semakin jauh entah kemana.

Aku adalah remaja siswa sekolah yang sebentar lagi akan menghadapi ujian kelulusan. Wajar jika kadang perasaan tak menentu berkecamuk dan menghilangkan keceriaan.

“Bu…. Sore ini ibu masak apa?”
“Sayur kacang sama ikan asin nak….”
“Tidak ada yang lain ya bu….?”
“Ada sambal belut kesukaan mu….”

Aku langsung menuju ke dapur dan mengambil piring. Benar kata ibu, ada sambal belut kesukaan ku tapi entah mengapa hari ini aku kurang berselera padahal biasanya aku sangat bersemangat menyantap menu tersebut.

“Lah…. Kok malah melamun di meja makan….?”
“Mau makan malas benar bu…”
“Kenapa, gak suka ya… ya sudah ibu buat telur dadar kalau mau….”
“Tidak usah bu, ini saja sudah banyak, sayang nanti kalau tidak dimakan….”

Akhirnya aku pun berjuang untuk menghabiskan sepiring nasi yang sudah ku ambil. Hati ku memang benar-benar sedang galau dan itu membuat nafsu makan ku berkurang drastis.

Untungnya perutku tidak demikian dan masih dengan suka rela memproses semua makanan yang masuk. Selesai makan aku langsung menuju ke kamar.

“Bu…. Besok aku banyak tugas jadi tolong bangunkan lebih awal ya…. Aku mau langsung tidur”
“Iya nak… nanti ibu bangunkan lebih awal….”

Aku langsung mengunci pintu kamar dan berbaring di ranjang. Tapi selama hampir satu jam mata ini tetap tidak bisa terpejam dan justru tiba-tiba aku teringat pada anak yang ku temui siang tadi.

“Siapa sebenarnya dia, kenapa aku jarang sekali melihatnya… apa dia anak baru…” Tidak sadar, angan ku terus melayang dan memikirkan anak tersebut sampai akhirnya aku lelap dalam mimpi.

Hari-hari berjalan seperti biasa, tidak ada yang istimewa kecuali tugas les persiapan UAS yang semakin menumpuk.

Tapi selalu saja ada gadis itu yang mengganggu setiap konsentrasi ku kala belajar. Dan sore itu, secara tak sengaja aku bertemu lagi dengan gadis itu.

“Hei, kamu yang kemarin kan?”
“Hei… iya, kamu mau pulang….?”
“Iya nih….”

Selama beberapa detik pandangan kami beradu, jantung ku pun berdebar kencang dan lidahku terasa beku.

“Kamu anak apa sih kok sepertinya aku jarang lihat kamu…”
“Aku anak IPA. Kamu sendiri….”
“Ow… pantas kita jarang ketemu, aku IPS, aku sudah setahun pindah ke sini…”
“Anak pindahan to….”

Kami satu sekolah dan ternyata beda jurusan dan ia pindahan dari sekolah lain. Sejak pertemuan itu aku mula menaruh perhatian dengan gadis itu.

Sikapnya yang ramah, wajahnya yang ayu dan rambutnya yang terurai, selalu saja melintas di ingatan.

Beberapa minggu berlalu, aku mulai merasakan ada rindu kala sehari tak melihatnya di sekolah. Dan tiba-tiba aku sadar bahwa aku sedang jatuh cinta.

Sebuah dilema dan harus dihindari mengingat aku harus fokus menyiapkan diri menghadapi kelulusan. Sampai suatu sore di rumah ku…

“Jangan melamun aja nak….”
“Eh…iya bu, gak melamun kok….”
“Dari pada hanya duduk termenung dan bukunya kabur tertiup angin lebih baik kamu bantuin ibu yuk…”
“Bantuin apa bu….”
“Bantuin ibu benerin kompor, gak tahu ada yang ngadat sepertinya…”

Akhirnya aku membantu ibu mengecek selang gas yang ada di dapur.. Dan di sela-sela itu, ibu tiba-tiba menasehatiku panjang lebar. Mungkin ibu tahu aku sedang sulit fokus dan konsentrasi pada pelajaran.

“Sebentar lagi kamu lulus ya nak…. Ibu jadi sedih…”
“Loh, kok ibu sedih, bukannya senang aku lulus nanti…”

“Ya iya sih, tapi kan setelah lulus sekolah kamu harus kuliah melanjutkan pendidikan kamu, apalagi kamu ingin menjadi dokter… jadi kuliah nya pasti jauh….”

“Ow…. Ia sih bu….”
“Tapi ngomong-ngomong bagaimana persiapan kamu…? Persiapan ujian nya dan persiapan untuk kuliah….”

“Ya gitu bu…. Sudah bagus sih tapi akhir-akhir ini aku sulit konsentrasi bu….”
“Oh… ibu tahu… sudah kamu tidak perlu khawatir nak, fokus saja sama belajar. Nanti kalau kamu fokus belajar kamu bakalan jadi primadona, apalagi bisa lulus dengan hasil terbaik, bukan hanya satu dua, banyak yang bakal ingin menjadi teman dekat kamu….”

“Iya bu…. “

Dengan nasehat dari ibu akhirnya aku berjuang lagi untuk fokus dan mengabaikan godaan lain. Tapi memang benar.

Bukannya menjauh justru banyak rekan dan teman yang berdatangan. Untuk sekedar belajar kelompok sekalipun terkadang aku kualahan.

Akhirnya, aku tak patah semangat, aku terus berjuang dan terus berjuang. Aku tidak mau tatapan mata ku dengan-nya menjadi penghalang kesuksesan.

Yang aku mau, pandangan mata-nya yang meneduhkan bisa menjadi semangat dan motivasi ku untuk lebih giat belajar.


---Tamat---

Bagaimana, bagus bukan cerpen remaja sekolah singkat tersebut? Ya, ceritanya lumayan bagus memang dan bisa kita jadikan bahan untuk belajar membuat cerpen sederhana ala pelajar.

Jangan lupa, jika masih kurang begitu berkenan silahkan baca juga beberapa cerita lain yang sudah disiapkan di bagian akhir cerita ini.

Pastikan esok untuk tetap berkunjung ke situs ini untuk mendapatkan cerita menarik lainnya.

Tag : Cerpen, Cinta, Remaja
Back To Top