Contoh Cerpen tentang Kehidupan Pribadi – Yang satu ini merupakan cerpen karangan saya sendiri yang ceritanya cukup singkat. Cerpen kehidupan pribadi ini unik dan menarik. Ceritanya tentang seorang anak perempuan remaja yang sangat ingin memiliki handphone baru yang bagus.
Diceritakan anak gadis tersebut selalu saja merengek dan memohon kepada ayah-nya untuk membelikan sebuah ponsel yang bagus. Ceritanya cukup seru, sederhana dan menggambarkan kehidupan nyata remaja.
Foto: Ilustrasi Handphone Baru
Diceritakan anak gadis tersebut selalu saja merengek dan memohon kepada ayah-nya untuk membelikan sebuah ponsel yang bagus. Ceritanya cukup seru, sederhana dan menggambarkan kehidupan nyata remaja.
Tidak begitu panjang, cerita cerpen kehidupan pribadi ini dikemas menjadi sebuah bacaan yang begitu mudah dimengerti.
Kalau dilihat dari jumlah kata, memang saya sedikit ragu apakah cerita yang saya buat tersebut bisa dikatakan sebagai cerpen atau tidak. Tapi yang jelas saya pribadi menyebutkan cerpen singkat tentang kehidupan remaja.
Kalau dilihat dari jumlah kata, memang saya sedikit ragu apakah cerita yang saya buat tersebut bisa dikatakan sebagai cerpen atau tidak. Tapi yang jelas saya pribadi menyebutkan cerpen singkat tentang kehidupan remaja.
Handphone Baru Kesayangan
Cerita Oleh Irmajajil
Hari yang begitu terik, panas, sama sekali tak membuat Dinar malas dan tidak bersemangat. Cuaca seperti sedang memanggang bumi. Tak sedikitpun menyurutkan kebahagiaan yang ia rasakan hari itu.
Sepulang sekolah ini Dinar akan di belikan sebuah handphone baru pengganti miliknya yang telah hilang seminggu yang lalu. Setelah sekian hari menunggu dan tak sabar akhirnya hari itu datang juga.
Sepulang sekolah ini Dinar akan di belikan sebuah handphone baru pengganti miliknya yang telah hilang seminggu yang lalu. Setelah sekian hari menunggu dan tak sabar akhirnya hari itu datang juga.
“Yah…. Jangan lupa loh….”
“Apaan Din….. lupa apa sih….”
“Iiih…. Ayah nih, ayah kan janji hari ini akan membelikan aku handphone…!”
“Oh… itu…. Iya…iya nanti ayah belikan kamu HP baru yang bagus, mau berapa biji…”
“Ayaah…. Satu aja cukuplah, yang penting bagus…”
“Iya…yang bagus kan?”
“Iya ayaaaah…. Yang hp kamera bagus, yang internet-nya cepat, yang penyimpanannya banyak,… yang….”
“Iya…iya gak usah bawel deh, nanti kalau bawel ayah gak jadi beliin kamu…”
“Ayaah….”
“Ya sudah sama berangkat…. Di sekolah belajar jangan cuma main!”
“Iya yah, ya sudah Dinar berangkat, salahnikung…..”
Dinar dan ayah memang begitu akrab, bahkan sering bercanda satu sama lain tak seperti ayah dan anak.
Kedekatan Dinar dengan ayah bermula saat setahun lalu ibu Dinar meninggal dunia karena kanker. Setelah itu Dinar dan ayahnya hanya tinggal bertiga bersama pembantu.
Kedekatan Dinar dengan ayah bermula saat setahun lalu ibu Dinar meninggal dunia karena kanker. Setelah itu Dinar dan ayahnya hanya tinggal bertiga bersama pembantu.
Semua urusan Dinar disiapkan oleh pembantunya, ayah Dinar hanya memberikan biaya yang dibutuhkan. Makin lama Dinar dan pembantunya begitu akrab dan seperti ibunya sendiri…
“Du….h… bahagianya yang mau dapat HP baru….”
“Iya dong bi…. Kok ibu tahu…?”
“Ya tahu lah… bibi kan tahu semuanya….”
“Alaaah bibi lebai….”
“Eits…. Gak percaya? Hayo tebak, siapa yang kemarin baru dapat surat cinta… hayoo….”
“Looh… bibi ini…..”
“Hayoo….. ada hikmahnya juga ya gak ada hape, secara jadi ada yang mengirimkan surat cinta begitu romantis, pake lope…lope segala…”
“Iya tu bik, norak banget kan bi….?”
“Tapi suka kan….hee e e”
Sepulang sekolah Dinar bermain berdua dengan Bi Inah, ia menghabiskan waktu dengan menonton televisi sembari ngobrol dengan bi Inah yang beres-beres rumah. Sesekali ia juga iseng terhadap pembantunya tersebut.
“Bi Inah…. Tolong…..”
“Astapirulloh…. Iya iyaaa… ada apa si Non…?”
Dengan berlarian Bi Inah menghampiri Dinar yang sedang di depan TV, Cerpen tentang Kehidupan Pribadi, Handphone Baru. Sesampainya disana ia menemukan Dinar tergeletak dengan menjulurkan lidahnya….
“Non….. non….” Teriak Bi Inah. Ketakutan “Non kenapa, keracunan makanan ya…”
“Non…..”, Bi Inah semakin panik karena Dinar tidak menjawab dan masih dalam posisi semua.
“Bangun non….bangun….”
“Gak mau ah bik, bangunnya nanti aja kalau handphone baru ku sudah datang…”
“Aduh Non ini, ternyata bercanda ya… jantung Bibi sudah hampir copot…”
“Mana bi, mana mau copot… bibi lebai ah, habisnya ayah lama benar pulangnya…”
“Ya sabar dong non, bentar lagi kan pulang…”
Sudah terbayangkan bagaimana nanti Dinar akan menggunakan HP baru pemberian ayahnya itu. Ia akan segera menghubungi cowok yang kemarin memberinya surat cinta.
Dia akan menghubungi teman-teman lain yang dari kemarin jarang berkomunikasi. Ia ingin facebook-an, pakai twitter, wasap-an, pokoknya banyak sekali yang sudah dibayangkan. Sampai akhirnya di sore hari…
Dia akan menghubungi teman-teman lain yang dari kemarin jarang berkomunikasi. Ia ingin facebook-an, pakai twitter, wasap-an, pokoknya banyak sekali yang sudah dibayangkan. Sampai akhirnya di sore hari…
“Ayah pulang….”
“Asyik….. ayah gak lupa handphone aku kan??”
“Handhpne, aduh… iya, ayah lupa nih….duh…”
“Ayah……..!!!!”
“Coba ayah liat dulu…. “
“Iya… gak ada…. Coba kamu lihat di mobil, siapa tahu ketinggalan disana…”
Tak butuh waktu lama, Dinar pun langsung menghambur menuju ke mobil. Bi Inah dan ayah pun hanya bisa tertawa kecil melihat tingkat laku Dinar.
Dari luar akhirnya mereka mendengar teriakan Dinar kegirangan mendapatkan handphone baru yang diinginkan.
Dari luar akhirnya mereka mendengar teriakan Dinar kegirangan mendapatkan handphone baru yang diinginkan.
---Tamat---
Lumayan ya. Meski sangat sederhana dan sangat pendek tetapi cukup untuk sarana belajar kita bersama. Namanya juga latihan menulis. Jadi ya cerpen kehidupan pribadi ini dimulai dari yang singkat saja.
Kalau ada yang kurang puas silahkan beralih ke beberapa cerita lain yang sudah disiapkan. Tema-tema unik dan menarik sudah disiapkan. Khusus untuk anda yang sedang butuh bacaan ringan.