Lapangkan Dada, Cerpen Nasehat

Ada lagi cerpen nasehat. Kali ini judulnya "lapangkan dada". Kisah berikut akan memberikan kita petuah yang sangat penting dimana kita sebagai seorang manusia sebaiknya memang harus mampu menahan diri, menerima dan ikhlas atas apa yang sudah terlanjur terjadi dalam hidup.


Setiap keputusan yang kita ambil pasti ada konsekuensinya, menyesal dan meratapi apa yang telah berlalu bukanlah pilihan bijak seperti pesan yang terkandung dalam cerpen tentang nasehat yang akan kita baca.

Pada cerpen berjudul "lapangkan dada" berikut diceritakan seorang wanita mengalami penyesalan atas apa yang sudah terjadi, atas keputusan yang sebelumnya telah diambil. Singkatnya, sudah terlanjur berpisah dengan sang kekasih namun akhirnya ia merasakan sesuatu yang hilang dalam hatinya yaitu cinta.

Karena sebelumnya telah ada kesepakatan dan komitmen bersama untuk berpisah dan menjalani hidup masing-masing maka semua sudah tidak dapat dikembalikan seperti semua.

Sang mantan, secara bijaksana mengajarkan kepada wanita itu untuk berlapang dada, ikhlas menerima apa yang sudah terjadi.

Mudah-mudahan, cerpen singkat terbaru ini bisa menjadi tambahan koleksi cerpen singkat yang sama-sama bisa kita nikmati bersama. Cerpen ini juga ditulis untuk sekedar hiburan kita semua dan semoga bisa menjadi salah satu karya yang berguna. 

Lapang Dada
Cerita oleh Irma

Kisah asmara yang aku alami dengannya memang sama sekali tak berbeda dengan kisah yang orang lain alami. Kami merasakan dimabuk asmara, kami merasakan di bakar api cemburu, kami merasakan keinginan memiliki yang begitu kuat, egois dan rasa perih, sama seperti pecinta lainnya.

Jadi, seperti tak ada sama sekali satu pun yang istimewa pernah terjadi di kehidupan kami.

Seperti juga banyak yang mengalami perpisahan, kami dengan hubungan yang terjalin pun akhirnya mengalami yang namanya perpisahan.

Sesuatu yang sama sekali belum pernah di bayang kan sebelumnya ketika kami bersama. Tak ada niat sama sekali untuk saling mengakhiri, cinta tumbu begitu saja, mekar, layu dan mati pun demikian adanya.

Memang, untuk masalah perpisahan ada banyak versi yang pernah terjadi di dunia percintaan. Ada perpisahan yang terjadi karena ketidakjujuran, perselingkuhan, ketidakberdayaan, pengkhianatan, kemauan dan ketidaksengajaan sekalipun.

Kisah berakhirnya hubungan kami termasuk yang disebabkan karena ketidaksengajaan. Tak ada salah satu dari kami yang berniat untuk memisahkan diri satu sama lain, setidaknya begitulah yang aku tahu. Diantara kami pun tidak ada yang merasakan sakit hati, sedikit kecewa mungkin tapi sakit hati tidak.

Dari awal hubungan kami terjalin kami memang telah sepakat untuk menjunjung tinggi nilai keterbukaan dan kejujuran. Mungkin kejujuran dan keterbukaan inilah yang akhirnya memisahkan kami berdua.

Bukan karena perselingkuhan, bukan pengkhianatan, dalam perjalanan cinta yang kami alami akhirnya pada suatu titik kami mengalami perasaan hampa. Masing-masing dari kami tak lagi merasakan ketertarikan satu sama lain, tak ada rindu dan tak ada ingin bertemu.

"Honey, akhir-akhir ini aku tidak lagi begitu bernafsu untuk bertemu denganmu, beda seperti dulu..."
"Iya tah, masa?"
"Benar, ada sesuatu yang sepertinya berbeda..."

"Apa mungkin karena aku juga tak sesering dulu mengharapmu datang??, apa yang salah dengan kita??"

"Tak tahu, itu berarti kau merasakan hal yang sama?"
"Ya..... begitulah, sedikit aneh tapi aku tetap enjoy dan senang saat kita bersama, bahkan saat tubuh kita saling berdekatan..."

"Benar, aku juga merasakan hal itu, tapi aku takut ini tidak baik..."

Itulah sekilas mengenai awal dimana kami akhirnya sama-sama menyadari bahwa ada sesuatu yang telah berbeda yang ada dalam hati masing-masing dari kami.

Menyadari hal itu kami sama sekali tidak mempermasalahkan apa yang kami rasakan. Sepertinya apa yang berjalan dalam hubungan kami lebih karena kita sudah sama-sama terbiasa menghabiskan waktu bersama, berdampingan tetapi bukan karena rasa cinta yang tumbuh.

Sungguh aneh bukan? Bukan cuma itu, selain tidak memiliki rasa rindu yang menggebu dan perasaan kehilangan, kami pun mengakui bahwa sudah tidak ada lagi rasa cemburu diantara kami.

Yang ada hanyalah rasa canggung karena kebanyakan orang yang kami kenal memang masih memperlakukan kami seperti pasangan. Sampai pada suatu hari...

"Ini sudah tidak benar, apa kamu merasa begitu honey...?"
"Iya, sepertinya kedekatan kita sudah bukan dilandasi rasa cinta, aku takut kalau kita salah arah..."
"Apa maksudmu?"

"Kamu pasti tahu, meski tak ada getaran cinta dalam hati tapi masih ada nafsu diantara kita"
"Hem.....aku juga merasakan, jika hanya nafsu maka ini bisa menjadi kutukan bagi kita..."

Akhirnya, malam itu kami sepakat untuk mengakhiri hubungan yang telah terjalin lebih dari dua tahun. Kami berpisah, tanpa tangisan, dengan perasaan lega.

Lima bulan berlalu, tak ada hal yang terjadi diantara kami, semua berjalan apa adanya, mengalir seperti air.

Sesekali kami masih saling berkunjung, saling tegur sapa bahkan terkadang saling memeluk satu sama lain. Aku merasa semua telah kembali berjalan dengan normal.

Waktu itulah aku sudah mulai melupakan apa yang terjadi, "hari baru telah tiba, saatnya menyusun lembaran baru, mungkin segera menikah", gumamku dalam hati.

Tentu saja, sebagai wanita normal, dalam status singel maka aku mulai tebar pesona, ke sana kesini aku lebih ringan, lebih riang dan tentunya lebih bersosialisasi dengan dunia yang ada.

Benar saja, berawal dari dikenalkan oleh seorang rekan kerja aku akhirnya memiliki teman dekat, seorang lelaki mapan yang orientasinya sudah untuk menikah. "Sepertinya ia mencari calon istri soleh sepertiku, mungkin...."

Tapi, saat sehari setelah ia mengungkapkan rasa, ada sesuatu pada diriku yang sepertinya menolak keberadaannya. Entah, sebagian dari tubuhku seolah menolak dan seperti tak rela melepas apa yang telah ada dulu. Aneh, "aku kembali mengingat kekasih yang telah pergi"

Apa yang salah dengan lagu ini
Kenapa kembali ku mengingatmu
Seperti aku bisa merasakan

Getaran jantung dan langkah kakimu
Kemana ini akan membawaku
Di jalan yang setapak kecil ini
Seperti ku mendengar kau bernyanyi
Kau tahu kau tahu rasaku juga rasamu huuu

Tidak dapat menahan diri, akhirnya aku mengunjungi mantanku, aku mencoba berkeluh kesah, mencari simpati dan meminta sedikit perhatian yang seharusnya dulu masih aku rasakan. Ya, sesuatu yang memang sudah tidak dibenarkan karena kami telah sepakat untuk berpisah.

Tahu apa yang ia katakan padaku, "kita harus bisa menerima kenyataan, tidak mungkin kita bisa kembali, berlapang dadalah...." itulah yang ia katakan.

Kau harus bisa bisa berlapang dada
Kau harus bisa bisa ambil hikmahnya
Karena semua semua tak lagi sama
Walau kau tahu dia pun merasakannya
Lirik Lapang Dada, Sheila On 7

Tentu saja sontak kata-kata tersebut membuatku tersadar. Aku segera membangunkan diriku yang sedari tadi memaksanya untuk memberikan sandaran bahu.

"Maaf, tidak seharusnya aku...."
"Its ok... kamu tidak harus beranjak dari sandaranku jika itu bisa membuatmu merasa lebih baik"

Masih terasa sejuk perkataan itu di telingaku, aku juga heran kenapa beberapa bulan yang lalu segala perasaan itu seperti hilang begitu saja.

"Tapi ya sudahlah.... aku mengerti..." Saat itu ia benar-benar memperlakukanku secara mengagumkan, seolah ia benar-benar sempurna untuk dijadikan sebagai imam.

--- Tamat ---

Di akhir, kami tak lupa mengingatkan bahwa selain Cerpen Nasehat, Lapangkan Dada ini tentu masih banyak dan akan lebih banyak lagi cerita lain yang bisa kita baca misalnya cerpen nasihat untuk anakku atau cerpen nasehat sahabat.

Bisa juga cerita nasehat lucu, cerita nasehat bijak, kumpulan cerita nasehat islami, cerita nasehat kehidupan, cerita nasehat motivasi, dan juga cerita nasehat untuk anak.

Pastikan kita mencatat alamat situs ini dan menjadikan situs ini sebagai salah satu rujukan cerpen yang kita butuhkan. Itu saja, selamat membaca!

Tag : Cerpen, Cinta, Nasehat
Back To Top