Terjebak Masa Lalu - Bagaimana rasanya terjebak masa lalu? Ambar adalah seorang gadis cantik yang belum bisa move on, masa lalunya masih menghantuinya setiap detik. Bagaimana tidak, masa lalunya begitu pahit, bahkan untuk orang setegar Ambar sekalipun.
Beberapa tahun silam, bulan Desember 2010 adalah awal prahara di kehidupannya. Kejadian berat datang silih berganti hingga membuat hidunya kini seorang diri.
Sore itu, Ambar berjalan pelan keluar dari kantor dimana ia bekerja. Ia tampak begitu letih setelah semua beban yang dikerjakan.
Ia menoleh ke kanan dan kiri mencari taksi atau angkutan lain yang bisa segera menghantarnya pulang.
Ia menoleh ke kanan dan kiri mencari taksi atau angkutan lain yang bisa segera menghantarnya pulang.
Taksi tak nampak, ia pun gusar. Selang beberapa menit ada angkot yang melintas, ia tanpa ragu segera menghentikan angkot tersebut. Angkot berhenti, Ambar mengarahkan pandangan ke dalam, taka da seorang pun.
“Kenapa tidak ada orang sama sekali” hatinya. Letih yang mendera tak bisa ia tahan lagi, kakinya melangkah memasuki angkot tanpa dikomando.
Menit berjalan normal sampai akhirnya Ambar menyadari arah yang berbeda. Belum selesai ia berpikir tiba-tiba angkot berhenti di jalanan yang sangat sungi.
Apa yang terjadi beberapa menit ke depan tak mampu Ambar ingat kembali. Kejadian itu sangat perih dan telah menghancurkan kehidupannya. Yang ia ingat selanjutnya adalah rasa perih dibagian pribadinya.
Waktu berlalu, ia menyembunyikan kejadian itu dari keluarganya hingga akhirnya malang kembali menimpanya.
“Katakan, katakan siapa yang melakukannya….! Dengan siapa… ha…!”
“Tidak ayah… tidak ada…! Bu… tolong aku bu…!”
Kedua orang tua Ambar tak mampu menutupi kekecewaannya. Impian dan harapan dari anak gadisnya kini sirna seketika.
Yang ada hanya aib, malu yang tak berkesudahan. “Keluar kamu dari rumah ini…!” teriak sang ayah.
Yang ada hanya aib, malu yang tak berkesudahan. “Keluar kamu dari rumah ini…!” teriak sang ayah.
Ambar berlari ditemani air mata yang mengalir deras. Angin menuntunnya ke jurang yang lebih dalam.
Di gelap malam, ia berjalan sendiri tanpa tahu arah. Ia berlari dan terus berlari menyecerkan perih luka di sepanjang jalan.
Di gelap malam, ia berjalan sendiri tanpa tahu arah. Ia berlari dan terus berlari menyecerkan perih luka di sepanjang jalan.
Air matanya telah habis menetes ketika ia jatuh di tepi sebuah jalan. Ia terus menangis, sampai sebuah tangan memegang pundaknya.
Tangan penyelamat akhirnya datang menyelamatkan nyawa Ambar yang tak lagi ingin hidup. Ia kemudian membawa Ambar, memasukkannya ke dalam kubangan lumpur yang lebih hina.
---oOo---