Fakta Dibalik Mitos Anak Malas yang Tidak Berprestasi

Prestasi seseorang bukan ditentukan dari seberapa besan orang itu mendapatkan nilai tertinggi dalam hal akademik. Nilai yang tinggi bukanlah sebuah jaminan bagi orang yang ingin berprestasi. Terkadang nilai mengecoh orang lain yang ingin sepertinya.


Tidak banyak yang faham akan fungsi ketekunan dalam belajar, karena memang kondisi belajar seseorang sangat menentukan pencapaian prestasi.

Mitos seputar anak anak yang malas yang kadang banyak diremehkan harus segera dianulir jika tidak mau dianggap tidak baik.

Anak yang malas biasanya membutuhkan perhatian yang lebih dari orang orang disekelilingnya. Baik teman, orang tua dan guru wajib memberikan perhatian yang lebih.

Mereka perlu dibina dengan kebiasaan dan kedisiplinan yang benar benar dapat diterapkan setiap waktu.

Banyak orang beranggapan bahwa anak yang malas biasanya identik dengan nilai sekolah yang kurang memuaskan.

Ada yang mencemooh tanpa berbuat bagaimana mengatasinya dan menyelesaikan persoalan itu dengan baik.

Malas bukan berarti tidak memiliki prestasi. Anak yang malas terkadang memiliki bakat yang terpendam dalam dirinya.

Fungsi orang tua adalah bagaimana memaksimalkan fungsinya untuk mengajari dan mencari bakat bakat terpendamnya.

Jika bakat itu sudah terlihat, ada baiknya orang tua mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakat anak itu.

Jangan sampai karena si anak malas orang tua malah membiarkan begitu saja tanpa mencari fakta fakta mengapa ia seperti itu.

Usia anak yang malas biasanya mudah kelihatan pada usia anak anak menginjak bangku SD sampai ia kelas 5. Perlu pembinaan dan kesabaran ekstra pada saat anak menginjak usia sekolah. Setidaknya orang tua sadar akan hal itu. (Gunarto)

Back To Top