Rasanya terpisah jarak dan waktu,
hidup merana hati selalu tak menentu. Cinta jarak jauh atau yang lebih keren di
sebut LDR menjadi cerita yang membekas di jiwa. Rumi menyusuri hari demi hari
dengan diam. Semenjak kepergian Arsyad ia seperti tak punya gairah hidup.
Di kelas, ia sering sekali
melamun. Sering menjadi bahan tertawaan. Apalagi ketika di tanya guru dan hanya
bengong seperti kerbau. Suasana kelas riuh. Sorakan, teriakan sampai memekakkan
telinga.
Di posisi yang sama, mulut Rumi
bak goa. “Iya pak…”, hanya itu yang bisa keluar dari mulut gadis mungil itu. “Makanya
kalau sekolah itu jangan ngelamun melulu…” teriak salah satu murid dari bangku
depan.
“Ditinggal kekasihnya itu pak…”,
teriak yang lain. “Hust, enggak, kesambet, kali…!, timpal yang lain. Ada-ada
saja cemooh dari teman sekelasnya. Tapi memang Rumi sudah keterlaluan. Ia di
kelas tapi pikirannya entah kemana.
Jumat itu ia menjadi bulan-bulanan.
Salah satu teman memergoki Rumi menggunakan sepatu kebalik, plus kaos kaki yang
beda warna. “Anu… enggak, tadi buru-buru sih…”
Gara-gara pacaran jarak jauh,
Rumi jadi sering melamun. Bahkan ia sering tidur sampai larut. Mengarang indah
di buku diary miliknya.
“Sensasi cinta rasa sambal
terasi”, itu salah satu kalimat yang tertulis di halaman buku hariannya. Di bagian atas, tertulis dengan huruf besar
dan tebal “My LDR Note”. Ia mencurahkan seluruh kegelisahan hatinya di buku
itu.