Cerita Horor Singkat Boneka Barbie Berdarah - Malam begitu gelap. Angina berhembus kencang kearah utara.
Petir-petir membelah langit. Memekakkan telinga mahluk-mahluk yang bernaung di
bawahnya. Suasana dingin semakin merasuk ke dalam tubuh. Jauh menembus kedalam
lapisan kulit. Menggetarkan tulang-tulang renta di dalamnya.
Di sebuah rumah keluarga pak Hans. Tampak pak Hans bersama
istri dan anaknya sedang berkumpul di ruang tamu. Andien - putri tunggal pak
Hans - tampak sedang sibuk bermain dengan boneka Barbie nya.
Boneka Barbie itu ia temukan saat mereka baru saja pindah
rumah. Rumah ini adalah rumah yang baru mereka tempati beberapa minggu yang
lalu. Saat mereka pindah rumah, tanpa sengaja istri pak Hans menemukan sebuah
boneka Barbie yang sepertinya memang di tinggalkan oleh pemilik rumah yang
sebelumnya.
Dia memberkan boneka itu pada Andien agar Andien merasa
senang, cerita singkat horor boneka Barbie. Dan benar saja, Andien merasa sangat senang dengan boneka Barbie
tersebut. Setiap hari dia selalu membawanya, kemanapun dan kapanpun.
“Ma, minggu besok kita mau jalan-jalan kemana?” Tanya pak
Hans pada istrinya.
“Ke Mall aja pah, sekalian beliin Andien mainan baru.” Jawab
bu Hans sembari mengelus rambut anaknya.
Andien tersenyum ceria saat mendengar ucapan ibunya. Dan di
saat yang bersamaan, bu Hans melihat boneka Barbie itu juga tersenyum ke
arahnya. Tapi ia hanya menganggapnya sebagai angin lalu meski awalnya merasa
sedikit terkejut.
“Oke deh.. ya sudah yuk mah tidur. Udah malem ini.” Ucap pak
Hans pada istri dan anaknya.
“Ayuk pa. ayuk nak kita bobok dulu.”
Mereka bertiga pun segera berjalan menuju ke kamar mereka.
Ya, hanya bertiga. Andien meninggalkan boneka Barbie itu di ruangan keluarga.
Saat ditinggalkan, keluar cairan merah anyir dari boneka itu, darah segar
merambat ke pipinya.
***
Di malam yang dingin, saat pak Hans bersama dengan istrinya
dan juga anaknya sedang tertidur pulas, boneka Barbie milik Andien tiba-tiba
saja berubah wujud. Boneka itu berubah menjadi sesosok wanita tua.
Tidak cantik lagi seperti sebelumnya. Kulitnya keriput dan
rambutnya putih. Berlumuran darah. Sosok itu berjalan menuju kamar pak Hans.
Dia menggenggam sebuah pisau di tangannya. Pisau yang panjang dan melenggung.
Pisau yang pas jika ingin di lingkarkan pada leher manusia.
Sosok itu masuk ke dalam kamar dengan menembus pintu, bukan dengan membuka
pintu.
“Aaarrgh!!!” istri pak Hans menjerit kesakitan saat pisau
itu menyayat kulitnya. Pisau yang dibawa wanita tua itu kini sudah menembus
perut istri pak Hans menyayatnya berkali-kali. Membuat istri pak Hans menjerit
dan terus menjerit. Wanita tua itu tertawa lebar. Ia tampak begitu bahagia,
sangat bahagia.
“Sii.. siapa kau?” Ucap Pak Hans saat ia terbangun dari
tidurnya. Ia tampak begitu terkejut melihat istrinya sudah berlumuran darah. Ia
merasa takut dengan darah. Ia memilki phobia terhadap darah.
Dan kini, di depan matanya, darah mengucur dengan begitu
deras. Sangat deras. Darah itu mengucur dari istrinya sendiri. Dia sudah tak
bis berbuat apa-apa lagi. Tubuhnya terasa begitu lemas. Bahkan untuk menjerit
pun ia tak bisa.
Wanita tua itu mencabut pisaunya, dengan senang hati dia
meminum darah dari istri pak Hans. Saat ia meminum darah itu, kerutan di
tubuhnya perlahan-lahan menghilang. Setelah semua darahnya habis, dia segera
berlanjut memegang kepala Andien.
Andien masih tertidur pulas dan tidak tau apa yang terjadi.
Pak Hans berkali-kali menampar pipinya. dia berharap ini hanya lah sebuah
mimpi. Tapi, ini bukanlah sebuah mimpi. Ini benar-benar sebuah kenyataan.
Saat Barbie tua itu hendak menancapkan pisaunya pada tubuh
Andien, pak Hans berusaha sekuat tenaga untuk menggerakkan tubuhnya. Tapi ia
tak bisa, sama sekali tak bisa. Dan hanya dalam hitungan detik, pisau yang di
bawa Barbie tua itu langsung menancap pada tubuh Andien.
Menyayatnya dengan beringas. Lalu wanita tua itu menghisap
seluruh darah yang telah keluar dari tubuh Andien. Dia menghisapnya dengan
penuh selera. Seolah dia sangat haus dan ingin segera meminum darah itu.
Seolah sudah bertahun-tahun dia tidak meminum darah. Dan
setelah meminum darah Andien, kerutan ditubuhnya pun semakin menghilang, rambut
putihnya pun mulai sedikit menghitam.
Darah itu seperti memberi kekuatan padanya. Bukan hanya
kekuatan, tapi juga kehidupan. Barbie tua itu mendapatkan kehidupan dari darah
yang ia hisap. Dan dalam hitungan detik, setelah dia menghisap darah Andien dan
bu Hans, dia segera menghilang begitu saja.
Pak Hans masih terdiam. Dia masih belum tau apa yang sudah
terjadi sebenarnya. Dia bahkan tidak menangis. Tidak juga takut. Di depan
matanya, mayat dua orang yang ia sayangi sedang bergeletakan. Dan ia hanya
terdiam. Tidak bergerak sedikitpun dan tidak berucap sepatah kata pun. Bahkan
hingga pagi menjelang.
***
Setelah kejadian itu, pak Hans dilarikan ke rumah sakit
jiwa karena dia mengalami gangguan pada jiwanya. Dia terlalu sering mematung.
Tidak bergerak dan tidak berucap. Dia seperti kehilangan banyak darah. Tidak
bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa berkata apa-apa.
Sedangkan rumahnya kini telah di tinggali oleh pemilik
barunya. Beberapa orang pemudi yang masih muda. Mereka menyewa rumah itu
bersama-sama karena mereka juga masih menempuh pendidikan di kampus yang sama.
Salah satu diantara mereka menemukan sebuah boneka Barbie
saat mereka pindah ke rumah itu. Dia sangat senang dengan boneka Barbie itu.
Kemana pun dan kapanpun dia selalu berusaha membawa boneka itu.
Di sebuah malam yang dingin, wanita tua itu kembali muncul.
Dia berubah dari sosok Barbie yang cantik menjadi sosok wanita tua. Memang
tidak setua sebelumnya. Kini keriputnya mulai berkurang dan rambutnya juga
sudah tidak memutih.
Hanya dalam waktu sekejap rumah itu penuh dengan teriakan.
Teriakan kesakitan. Dan dalam waktu sekejap, wanita tua itu juga sudah berubah.
Kini wajahnya sudah tidak tua lagi.
Kini dia sudah memiliki wajah yang sama persis dengan boneka Barbie tempat ia bersemayam. Penuh dengan darah. Tapi, dia masih belum merasa puas. Dan dia siap menunggu korban berikutnya. (contohcerita/jalal)
Kini dia sudah memiliki wajah yang sama persis dengan boneka Barbie tempat ia bersemayam. Penuh dengan darah. Tapi, dia masih belum merasa puas. Dan dia siap menunggu korban berikutnya. (contohcerita/jalal)
---oOo---