1000 doa, rutin keluar dari
mulutnya setiap saat. Semenjak kepergian Airin ke luar negeri, Jalal seperti
seorang duda meski belum pernah menikah. Ia tidak memiliki gairah untuk dekat
dengan wanita lain, bahkan sampai puluhan tahun berlalu.
Dalam hatinya masih tertanam
cinta yang begitu hangat dari Airin. Kadang, Jalal sadar bahwa itu semua tidak
sehat tapi ia tak berdaya. Bahkan, hatinya seolah telah membeku, dan tak ingin
mengganti Airin dengan yang lain.
Sepuluh tahun lebih berpisah,
Jalal sudah menjelma menjadi sosok pengusaha yang cukup disegani. Bahkan, ia
juga sedang mempersiapkan diri karena diajukan untuk ikut bertarung dalam
pemilihan kepala daerah di Jakarta.
Untuk karir politik ia masih
sangat muda, tetapi untuk urusan bisnis namanya sudah banyak diperhitungkan
dikalangan nasional bahkan internasional.
Bahkan, beberapa waktu lalu ia
sempat diajak oleh bapak presiden untuk berkunjung ke Amerika demi menarik
investor di bidang bisnis teknologi komunikasi yang ia geluti.
Di sisi lain, Airin juga tak
kalah mapan dengan Jalal. Meski masih berkewarganegaraan Indonesia, tapi ia
sudah didapuk menjadi salah satu pemimpin di bank dunia. Prestasinya tak bisa
diragukan.
Saat itu, pikiran dan tenaga
Jalal hampir terkuras habis. Ia bahkan sedikit melupakan gadis idaman dan
kekasih di masa lalunya yang bernama Airin. Sampai saat itu terdengar kabar
bahwa bapak Presiden akan memanggil pulang seorang warga negara yang bekerja di
luar negeri untuk ditugaskan membantu membangun bangsa.
Nama Airin mencuat di berbagai
pemberitaan namun Jalal tak menyadari dan mengetahuinya sampai suatu ketika,
dihalaman istana kepresidenan ia berpapasan dengan seseorang yang begitu lekat
dihatinya.
“Airin…” Jalal tak bisa
melanjutkan kata-katanya. Seketika itu lidahnya kelu, bibirnya bergetar dan
keringat dingin keluar dari keningnya.
Dengan melempar senyum simpul,
Airin mendekati Jalal dan menjabat tangannya, “akhirnya kita berjodoh lagi
ya…”, ucapnya dengan hangat.