Siang Kawan Malam Lawan

Siang Kawan Malam Lawan (cerpen politik) - Malam ini aku kembali melakukan kampanye di desa Roworawuh. Setelah sebelumnya aku juga sudah melakukan kampanye di desa ini. namun malam itu, saat aku sedang melakukan kampanye sebelumnya, aku mengalami sedikit gangguan.


Aku melihat ada seseorang yang sangat ku kenali. Tidak, dia bukan hanya ku kenal. Tapi amat sangat ku kenal sekali. Namanya Rendi. Dia adalah orang yang sejak dulu sampai sekarang masih menjadi sahabatku. Dulu kami adalah orang yang benar-benar idealis.

Visiku dan visinya selalu saja bisa menemukan titik temu yang mantap, meski jalan untuk menuju titik temu itu selalu berbeda. Ada banyak sekali kesamaan yang kami miliki. Bahkan bisa di bilang hampir semua hobi kami sama.

Aku mengenalnya saat pertama kali masuk SMA. Saat itu aku tidak punya banyak teman yang cocok denganku. Kebanyakan dari mereka terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Ingin dimengerti dan tidak mau mengerti.

Mereka hanya mau berteman dengan orang-orang yang bisa memberi keuntungan pada mereka. Dan yang tidak bisa memberikan keuntungan pada mereka, tidak akan pernah mereka anggap sebagai teman.

Kapitalis. Itu lah yang nama yang pantas bagi manusia semacam mereka. Dan itu semua sudah cukup untuk membuatku merasa muak dan begitu jenuh pada sekolah.

Sampai suatu hari, aku bertemu dengan seseorang yang sama sekali tidak terpengaruh oleh paham kapitalis ini. dia lah Rendi. Bocah kecil berambut ikal yang pikirannya selalu jernih. Dia tidak hanya bisa menyelesaikan satu masalah dengan satu jalan, tapi dengan banyak jalan.

Baginya, semuanya pasti akan ada jalannya asal kita mau. Dan tergantung jalan mana yang akan kita pilih. Saat pertama aku berjabat tangan dengannya, aku bisa merasakan energy yang meluap-luap. Bola matanya seperti menyala-nyala, mengisyaratkan sebuah tantangan untuk beradu pengetahuan.

Saat bersamanya, pikiranku selalu terpacu. Ingin meminta lebih dan terus lebih. Berpikir dan terus berpikir. Dan tanpa sadar, seiring berjalannya waktu, aku dan dia menjadi dua insan yang sangat akrab. Bahkan, lebih akrab dari sekedar saudara.

Setelah lulus SMA, kami masuk ke universtitas yang sama, dan juga di fakultas yang sama. Hanya saja kami berbeda jurusan. Dan mungkin itu jugala hal pertama yang berbeda diantara kami. Berbeda jurusan.

Setelah kami kuliah, kami hubungan kami menjadi semakin erat. Setiap hari kami hanya beradu argument dan terus beradu argument. Tapi, kami tak pernah saling membenci. Setiap hari kami beradu otak.

Tapi kami tak pernah terbawa emosi. Kami kuat karena kami bersama. Kami cerdas karena kami mau belajar bersama. Berlomba-lomba dalam kebaikan. Saling bertarung dalam menentukan kebenaran.

Dan yang terjadi pada kami telah membuktikan sesuatu. Bahwa mereka yang lolos seleksi alam bukanlah mereka yang saling membunuh, tapi mereka yang mau bekerja sama untuk tidak saling membunuh.

Setelah di wisuda, kami menentukan apa tujuan kami selanjutnya. Dan cita-cita kami sama. Kami ingin memimpin negeri ini. karena itu kami memulai kariir kami dari awal. Kami bergabung ke dalam sebuah partai bersama-sama.

Awalnya kami hanya mencalonkan diri sebagai kepala desa. Dan yang kemudian terpilih adalah Rendi. Sedangkan aku hanya di beri kepercayaan untuk menjadi seorang carik – sekretaris kampung – saja. Tidak lebih.

Dan sekarang. Pada pemilihan periode kali ini, kami kembali dipaksa menjadi lawan. Tapi bukan lagi kepala desa yang kami rebutkan. Tapi kali ini adalah kepala kecamatan. Di sini kami harus saling beradu argument dan saling beradu otak.

Dan seperti biasa kami tidak akan pernah membenci atau pun memusuhi. Karena kami tau satu hal, ya satu hal itu lah yang menjadi pedoman kami sampai sekarang. Hal yang tercetus setelah perdebatan dan diskusi panjang yang melelahkan antara kami.

Mereka yang lolos seleksi alam bukanlah mereka yang saling membunuh, tapi mereka yang lolos seleksi alam adalah mereka yang mau bekerja sama untuk tidak membunuh. Itu lah hasil perdebatan alot kami.

Tapi sekarang, kami telah menemukan sesuatu yang berbeda lalu kemudian tertanam pada otak kami masing-masing. Dan mungkin ini jugalah yang pada akhirnya membuat kami menjadi lawan.

Mereka yang lolos seleksi alam bukanlah mereka yang bekerja sama untuk tidak membunuh, tapi mereka yang lolos seleksi alam adalah mereka yang mau bekerja sama lalu saling membunuh dalam sebuah kerja sama. Itu lah yang terjadi selama ini. sejarah telah membuktikan dan dunia telah menunjukan bahwa kapitalis adalah yang terkuat!

---oOo---

Back To Top