Masa Indah 10 Tahun yang Lalu

Masa Indah 10 Tahun yang Lalu (cerpen kehidupan anak kampung) - Satu hal yang selalu ter pikirkan saat aku sudah selesai menempuh pendidikan ku adalah pulang kampung. Ya, pulang kampung, itu lah salah satu hal yang sangat aku tunggu-tunggu selama ini. Setelah beberapa tahun tidak pulang, akhirnya sekarang aku bisa pulang.


Tentunya dengan membawa sebuah kebanggaan tersendiri bagi keluargaku. Sudah sekitar lima tahun lebih aku tidak pulang kampung. Ini semua karena aku harus menempuh pendidikanku di negeri tetangga.

Tidak banyak yang bisa kulakukan selain berusaha semaksimal mungkin agar kedua orang tua ku bisa bangga pada anak sulungnya. Dan sekarang, aku hanya bisa berharap mereka akan bangga padaku.

Selama dalam perjalanan, tidak banyak yang aku pikirkan. Aku hanya memikirkan bagaimana wajah ayah dan ibu ku sekarang, juga bagaimana wajah kedua adikku sekarang. Bagaimana kondisi mereka, kehidupan mereka, dan juga segalanya tentang mereka.

Hah, tiba-tiba aku merasa sangat merindukan mereka. Ku ambil tas ransel kecil yang dulu ikut menemaniku berangkat menuju negeri Jiran tetangga. Tas itu sudah nampak lusuh dan sedikit agak kusam.

Tapi tetap kokoh dan kuat pada setiap bagian jaitannya. Perlahan ku buka tas itu, dan kudapati beberapa buah benda yang menurutku sangat berharga dalam hidupku. Saat membuka ta situ mataku langsung menuju pada benda yang mengingatkanku pada masa aku masih sekolah di bangku sekolah dasar.

Benda itu adalah sebuah timbel-pelampung yang sering digunakan untuk memancing di kampung. Aku mendapatkan benda itu dari seorang teman bernama Doni. Ya, dia adalah salah satu sahabat terbaikku.

Dulu sekali, saat kami masih SD, dia selalu setia menemaniku bermain dan berpetualang. Ada banyak sekali kenangan indah yang tak akan pernah bisa kulupakan saat aku bersamanya. Dia adalah bocah yang tidak hanya mau menemaniku saat sedang gembira, tapi saat aku terjatuh dan terpuruk sedih, dia juga mau selalu setia menemaniku.

Dia lah orang pertama yang mengajarkanku apa itu kerukunan dan bagaimana cara bekerja sama dengan baik dan benar

Setelah puas memandangi benda itu, aku kembali beranjak pada benda kedua. Benda itu adalah sebuah batu kecil. Berwarna keunguan dan tampak begitu indah. Batu itu mirip seperti sebuah Kristal.

Saat aku sedang asik memandangi batu itu, pikiranku tiba-tiba melakukan flashback jauh ke masa lalu. Sebuah masa dimana aku dulu sering bermain ke kali bersama dengan teman-temanku. Dan yang memberiku batu ini adalah, hm… namanya Dilla.

Dia adalah seorang gadis yang berhasil merebut cinta pertamaku. Haha konyol sekali memang, aku jatuh cinta pada seorang gadis saat usiaku masih menuju sebelas tahun. Dan yang lebih konyol lagi, dia mau dan bersedia menjadi pacarku. Kedengarannya memang aneh, tapi begitulah adanya.

Saat itu, saat musim panen tiba, aku dan Dilla duduk bersama di atas sebuah bongkahan batu besar. Kami duduk bersama memandangi langit sembari membayangkan masa depan.

Satu hal yang dia ucapkan padaku saat itu adalah, dia memintaku untuk tidak pernah melupakannya. Dan pada akhirnya, dia memberiku batu ini. batu berwarna ungu yang begitu indah, lengkap dengan sejuta kenangan indah di dalamnya.

Kumasukan kembali batu itu ke dalam tas kecilku. Masih ada lima buah benda yang belum aku sentuh di dalam tasku. Tapi, ada satu buah benda yang menurutku sangat mengganjal. Benda yang sepertinya sangat akrab denganku.

Benda itu diam, tapi seperti memanggil-manggil, seolah meminta di belai dan kembali di pegang oleh si empunya. Dan dengan sejuta rasa penasaran, aku kembali mengambil benda itu. tidak banyak yang bisa ku korek dari benda itu. jadi, aku hanya bisa memandangi dan sesekali menggenggam nya saja.

Semakin coba ku ingat, semakin hilang kenangan tentang benda itu. Semakin aku memandang benda itu, semakin besar rasa keingintahuan dan juga kerinduanku pada benda itu.
Aku masih terdiam. Tidak berfikir, tidak juga menghayal. Aku sengaja melakukan ini.

Membiarkan waktu menuntun ingatanku pada sebuah benda kecil yang ada di tanganku. Benda kecil yang terasa begitu akrab denganku. Benda kecil yang di dalamnya terdapat jutaan kerinduan yang begitu ingin ku dapatkan kembali. Aku merasa ada sebuah masa yang hilang dalam ingatanku. Tapi, masa yang mana.

Kutatap kembali benda kecil itu. dan, aha. Aku ingat sekarang. Ingat sekali. Ini adalah tentang dia. Tentang seorang gadis yang sepuluh tahun lalu ku kenal di masa SMPku. Dia bukanlah yang pertama, tapi dia seperti sudah merebut segalanya. Dia lah yang telah memberikanku benda ini.

benda kecil yang disebut buku. Benda ini lah satu-satunya benda yang telah mengajarkanku Begitu banyak hal. Benda ini lah yang membuatku menjadi mengerti bagaimana cara menghargai dan menerima orang lain.

Buku ini memang kecil, tampak kusam, dan mungkin sekarang sudah tidak ada lagi yang mau membacanya. Tapi buku ini, buku ini bukan hanya memberikanku sebuah keindahan. Tapi juga keikhlasan dan juga semangat rela berkorban. Buku ini lah yang telah mengajarkanku bagaimana cara menemukan keindahan dalam segala keterbatasan.

Hah, aku jadi ingat dengan wajah manis itu. wajah manis yang dulu selalu setia menemaniku. Wajah manis yang sepuluh tahun lalu telah memberikanku sebuah pengalaman dan kenangan indah. Siti, dia lah pemilik wajah manis yang sampai kapanpun tak akan pernah mau ku tukar dengan segala keindahan lainnya.

---oOo---

Back To Top