Kumpulan Kisah Dongeng Nasreddin dan
Pesan Moralnya
– beberapa kisah berikut ini sebenarnya sudah cukup terkenal dan banyak dibaca.
Namun begitu masih jarang yang secara khusus mengupas lebih jauh mengenai nilai
– nilai moral atau pesan yang terkandung didalamnya. Untuk itulah kita buat
pembahasan ini. tapi sebelum kita bahas lebih jauh ada baiknya kita nikmati
dulu kisah tersebut.
Kisah Nasrudin Hoja di bawah
ini akan memberikan pelajaran yang begitu berharga untuk kita. Karena Nasrudin
Hoja dalam ceritannya akan mengajarkan kenyataan yang setiap orang tentu
merasakannya.
Kenyataan memang terkadang baik
dan terkadang buruk meskipun hakikat objek dari kenyataan tersebut bentuknya
tetap baik. Namun baik dan buruknya objek kenyataan tersebut tergantung dari
subjek.
Di dalam cerita ini kita akan mengetahui nilai dari objek kenyataan berupa
nasehat. Objek tersebut tentu sebuah ucapan yang sering kita dengar dan sering
sekali diucapkan oleh orang tua kita. Ucapan dari orang tua yang mengandung
nasehat tersebut semata-mata dilakukan oleh orang tua kita untuk mendidik kita
sehingga kita menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Cerita pertama berjudul ”Tak Ternilai dan Tak Bernilai”,
dan yang kedua berjudul ”Lalu Di Mana Dagingnya?”. Cerita yang akan
dihadirkan berikut ini memang ada 2 judul yang terangkum dalam satu tulisan,
yang karakter utamannya adalah sama.
Kedua kisah menarik tersebut mengandung
pesan moral yang baik dan bisa menjadi pelajaran yang mendidik sikap manusia. Dongeng yang pertama yaitu ”Tak Ternilai dan Tak Bernilai”,
menceritakan tentang seseorang kawan dari Nasreddin Hoja yang menannyakan
tentang benda yang tak ternilai.
Nasredin kemudian menjawab
bahwa benda yang tidak ternilai adalah nasehat. Seolah masih ingin terus
mengobrol dengan Nasredin, teman nasredin menannyakan pertanyaan lagi. Teman Nasredin bertanya tentang barang yang tak bernilai kepada Nasredin.
Nasredin mengatakan bahwa benda
yang tidak ternilai adalah nasehat. Teman Nasredin memprotes jawaban dari
Nasredin karena bagaimana bisa barang yang tak ternilai menjadi barang yang tak
bernilai. Nasredin menjawab Nasehat menjadi tak ternilai bila memang diikuti
dan dijalankan, menjadi tak bernilai bila tidak dikuti dan tidak dijalankan.
Sedangkan cerita Nasredin yang ”Lalu Di Mana Dagingnya?” menceritakan tentang Nasredin yang selalu
membawa daging setiap pulang ke rumah. Namun daging itu selalu habis dimakan
oleh istrinya dan tetanggannya.
Sang istri hanya bisa beralasan
bahwa kucinglah yang telah memakan daging yang dibawannya, sang istri juga
mengatakan dia tak sanggup untuk menangkap kucing yang telah memakan daging
tersebut.
Kejadian itu terus berulang
kali dilakukan oleh sang isteri dan sang istri masih dengan alasan yang sama,
yaitu bahwa kucinglah yang telah memakan daging tersebut. Hingga pada suatu
ketika Nasredin pulang membawa daging seberat 2 kilogram.
Tak lama kemudian daging 2
kilogram itu hilang, sang istri mengatakan bahwa kucinglah yang telah
mengambilnya. Nasredin menangkap kucing dan kemudian menimbang, namun dia
bingung karena kucing itu hanya mempunyai berat 2 kilogram, mana kucingnya dan
mana dagingnya ucapnya dengan begitu bingung.
Pesan moral pada cerita berjudul ”Tak ternilai dan tak bernilai” adalah tentang pentingnya menerapkan
nasehat dalam kehidupan kita. Terlebih nasehat orang bijak dan orang tua kita,
karena merekalah yang akan membuat kita lebih baik dan lebih maju. Jangan sungkan untuk selalu
meminta nasehat kepada orang lain setiap ada masalah yang melanda.
Sedangkan untuk pesan moral
yang bisa diambil dari cerita yang berjudul,”Lalu dimana dagingnya”, adalah
bahwa dalam menjalani kehidupan rumah tangga ada bainya semua perbuatan harus
diawali dengan kejujuran.
Ingat, sepandai apapun seseorang menyimpan kebohongan toh akhirnya akan tercium
juga oleh orang lain. Seperti istri Nasredin yang selalu berbohong kepada
Nasredin yang hingga akhirnya terungkap dengan kenyataan.
Cerita berikutnya, Iman dapat Memindahkan Gunung menceritakan tentang seorang Nasredin Hoja yang terkenal dengan
keimanannya yang pada saat itu diminta oleh salah rekannya untuk berdoa
memindahkan gunung di hadapannya.
Permintaan itu dia kabulkan, Nasredin Hoja lalu berdoa
dengan begitu khusyunya hingga beberapa kali tapi tidak pula gunung itu
berpindah. Hingga setelah mencoba beberapa kali tidak membuahkan hasil Nasredin
Hoja berjalan mendekati gunung sambil berkata,”Saya tidak sombong kalau memang
gunungnya tidak mau mendekat maka saya yang akan mendekat pada gunung itu”.
Pesan moral yang terkandung
dalam cerita,”Iman dapat memindahkan gunung”, adalah tentang ajaran berpikir secara masuk akal dan
nyata. Karena bila memang kita terlalu percaya tahayul dan kekuatan ghaip
justru kita akan larut dalam kehidupan tersebut.
Kita boleh beragama tetapi
beragama sebagaimana mestinya dan tidak menginginkan sesuatu yang tidak masuk
akal, kecuali surga yang dijanjikan Tuhan. Cerita
tersebut begitu menarik, ia mengajarkan kita untuk berpikir secara masuk akal,
agar setan tidak mengambil peran dari kekuasaan tuhan,
Kisah dongeng dan pesan moralnya di atas mengingatkan kita
akan pentingnya untuk menerapkan
nasehat, dan pentingnya sebuah kejujuran adalah cerita yang menjadi pelajaran
penting untuk kita. Memang, penerapan nasehat dan kejujuran adalah masalah yang tidak kecil. Keduanya adalah motor yang mampu
membawa kita menjadi orang lebih bijak, pandai, dan jujur.
Adapun cerita yang lain yang
berkaitan dengan hikmah yang mengajarkan kebijakan, kepandaian, dan kejujuran
ada dalam tulisan-tulisan yang lain yang ada di situs ini. Anda bisa membukanya
melalui setiap menu navigasi dan kemudian membacannya dan meresapinya. Dengan merenungkan kisah di atas, anda bisa sadar bahwa poin-poin yang ada dalam tulisan tersebut sangat
penting.