Catatan Pilu Seorang Guru Honor Muda

Cerita Pengalaman Catatan Pilu Seorang Guru Honor Muda - Masuk kuliah ke jurusan keguruan membuatku harus bisa hidup lebih bijak. Sebenarnya aku sama sekali tidak pernah ingin menjadi guru. Tapi, dunia memaksaku. Dunia memaksaku tinggal di lingkungan yang berisi orang-orang aneh yang memaksa kedua orang tua ku untuk memasukanku ke dalam fakultas keguruan.


Dan pada akhirnya, kedua orang tua ku pun menuruti hasutan atau lebih tepatnya di sebut paksaan dari orang-orang di lingkunganku. Menyedihkan.

Aku memang tidak mau menyalahkan lingkunganku apa lagi orang tuaku. Mereka punya alasan yang cukup kuat untuk bisa memasukan ku ke fakultas keguruan. Alasan pertama, mereka ingin aku bisa berguna bagi orang lain.

Alasan kedua, mereka ingin aku tak pergi jauh-jauh dari kampung agar aku bisa mengurus mereka saat mereka tua nanti. Dan sebagai anak yang penurut, aku pun menuruti perintah mereka, yakni kuliah di fakulitas ilmu pendidikan dan keguruan di salah satu universitas di daerahku.

Pada awal masa kuliahku, aku memang merasa banyak kesulitan. Wajar saja, karena aku memang sama sekali tidak begitu tertarik dengan jurusanku. Aku kurang bisa menikmati setiap mata kuliah yang aku terima.

Namun, lama kelamaan aku mulai mengerti apa tujuan orang tua ku memasukanku kesini. Perlahan tapi pasti, aku mulai bisa menerima segala kondisi ini. meski berat, aku tetap mecoba menjalaninya dengan segala keikhlasan, dan pada akhirnya, aku pun bisa kuliah di kampus ini dengan tenang.

Perjuanganku meraih gelar sarjanah ini bisa di bilang sangat sulit di awal. Ya, di awal. Karena memang pada awalnya aku tidak tertarik kuliah di kampus ini. tapi semakin kesini, aku mulai menemukan kenyamanan di sini.

Aku bisa mulai menikmati kuliahku. Bisa berteman dengan banyak orang, mengobrol dengan mereka, bercanda dengan mereka, dan bahkan, bisa pacaran dengan salah satu dari mereka.

Dengan segala kenyamanan dan keikhlasanku, akhirnya empat tahun berlalu. Empat tahun yang ku kira akan terasa sangat berat dan lama ternyata terasa begitu ringan dan cepat. Kini aku sudah menjadi seorang sarjanah dengan gelar S.pd, dan ini artinya, aku sudah harus segera mencari pekerjaan.

Tapi sayang, saat ini mencari pekerjaan sangatlah susah. Terutama untuk menjadi seorang guru. Ada terlalu banyak lulusan yang berasal dari jurusan keguruan. Dan jumlah sekolah di daerahku juga semakin hari semakin sedikit. Kebanyakan dari mereka tutup karena tidak memiliki terlalu banyak murid.

Memiliki gelar sarjanah ternyata tidak membuatku menjadi mudah untuk mencari pekerjaan. Semuanya sama saja. Aku bahkan beberapa kali di tolak oleh sebuah perusahaan. Dengan alasan gelarku adalah S.pd. tentu itu menyakitkan, tapi aku belum menyerah. Aku masih terus berusaha untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Dan sampai akhirnya, aku menemukan sebuah titik cerah.

Titik dimana aku akan bisa memulai kehidupan ku sendiri dengan penghasilanku sendiri.
Aku diterima sebagai seorang guru di salah satu SMA. Di daerahku. Memang saat itu aku masih berstatus honor. Tapi setidaknya, aku sudah bekerja. Dan kemungkinan besar aku akan bisa menghidupi diriku sendiri setelah ini.

Bekerja sebagai guru honor membuatku menjadi lebih mengerti akan betapa pentingnya arti berguna bagi orang lain. Dan saat menjadi guru, aku mengerti apa tujuannya memasukan aku ke fakultas keguruan. Aku menemukan banyak hal baru sebagai seoarng guru. Aku tidak hanya mengajari murid-muridku, tapi aku juga belajar banyak dari mereka.

Setelah menjadi guru, aku jadi lebih bisa dewasa. Aku juga jadi bisa lebih menikmati hidupku. Tak ada lagi keluhan atau pun keresahan yang mengganjal dalam benakku.

Singkat cerita, aku sudah menemukan passionku dan aku bisa menikmati pekerjaanku. Semua orang yang kutemukan di sekolah ini pun terbilang cukup ramah dan baik padaku. Jadi, aku merasa lebih betah bekerja sebagai guru honor disini.

Namun, semua presepsi ku berubah seketika saat aku menerima gajih pertamaku. Semua yang ku kira baik menjadi tampak aneh di mataku. Keramahan mereka seperti palsu. Kebaikan mereka juga tampak begitu semu sekarang. Bagaimana tidak, gajih pertama yang aku terima dari kerja ku sebagai guru honor adalah Rp200.000,00-Dua ratus ribu rupiah!

Ini benar-benar gila. Aku dikuliahkan oleh kedua orang tua ku dengan menghabiskan jutaan rupiah, dan sekarang aku harus bekerja dengan gajih yang bahkan hanya dua puluh persen dari nominal satu juta rupiah.  Ini menyakitkan.

Hari-hariku berikutnya, semangatku bekerja dan mengajar menjadi hilang. Menguap dan terkikis oleh jutaan kekecewaan yang memuakan. Aku ingin pergi dan keluar dari sini. Menjadi guru memang sebuah pekerjaan yang mulia. Tapi menjadi guru honor, ah, aku tidak bias menemukan satu pun kemuliaan dari pekerjaan ini.

---oOo---

Back To Top