Contoh Cerpen Persahabatan Pelajar - Sore yang cerah dan masih menampakkan sinar yang begitu
terang. Sunset pun mulai muncul dan memberikan keindahan kepada mataku. Aku
duduk di sini sambil melihat sunset yang hendak terbenam tersebut.
Hanya di
sinilah aku bisa melihat sunset yang begitu indah. Dan tidak akan aku rasakan
ketika aku di rumah.
Sementara itu temanku kembali ke pantai setelah puas bermain
surfing dan melawan ganasnya ombak. Dia duduk di sampingku sambil melepas lelah
usai melakukan atraksi extreme.
“Bengong saja si”, ungkap temanku terdengar napas yang
begitu terengah-engah darinya. “Ini lihat sunset, begitu indah”, ungkapku.
“Ya elah, sudah bosan aku nglihat itu setiap hari”, ungkap temanku meledeku. “Iya kamu anak pribumi, aku kan pendatang, dan menurutku ini sangat luar biasa”, ungkapku.
“Ya elah, sudah bosan aku nglihat itu setiap hari”, ungkap temanku meledeku. “Iya kamu anak pribumi, aku kan pendatang, dan menurutku ini sangat luar biasa”, ungkapku.
“Iya si, salah satu daya tarik di sini selain, pantai yang
putih dan bersih, biota laut yang masih terjaga, tidak lupa sunset di sore hari
menjadi hal yang sangat memanjakan mata yang bisa di nikmati di sini”, ungkap
temanku.
“Iya bener kamu, mungkin bagi pribumi si biasa saja karena
sudah terbiasa melihat. Tapi bagiku ini bagus sekali”. “Pulang yuk, sudah mau
magrib”, ungkap temanku.“Ayuk”, ungkapku.
Aku berdiri dan memakai sendalku dan berjalan ke arah
parkiran. Aku begitu puas datang di pantai ini meskipun tidak melakukan apa-apa
dan hanya memandangi saja.
Bagiku itu sudah cukup menghibur diri. Aku bisa melihat pemandangan pantai yang begitu indah dan sunset yang sangat eksotis.
Bagiku itu sudah cukup menghibur diri. Aku bisa melihat pemandangan pantai yang begitu indah dan sunset yang sangat eksotis.
Aku mulai mendorong motorku ke belakang dan membelokan ke
arah pintu keluar. Sementara itu tukang parkir mendekatiku.
Aku mengambil uang receh dari sakuku dan memberikan uang tersebut. Aku menghidupkan motor terlebih dahulu dan temanku duduk di belakangku.
Dengan perlahan gigi aku masukan dan aku tarik gas ke belakang. Aku berjalan menuju pulang dengan begitu santai.
Aku mengambil uang receh dari sakuku dan memberikan uang tersebut. Aku menghidupkan motor terlebih dahulu dan temanku duduk di belakangku.
Dengan perlahan gigi aku masukan dan aku tarik gas ke belakang. Aku berjalan menuju pulang dengan begitu santai.
Aku melihat banyak sekali orang berjalan berlalu lalang di
pinggir jalan. Hal tersebut tentu menambah kebetahanku di sini.
Sementara itu, pikiran ku tertuju dengan hasil ulangan yang belum juga di umumkan oleh pihak sekolahku.
Padahal aku sudah menanti benar hasil ujian terakhirku. Tetapi untuk saat ini aku coba untuk memikirkan hasil ujian yang aku pikirkan adalah tempat ini begitu indah dan aku akan tetap di sini sampai akhir masa SMA.
Sementara itu, pikiran ku tertuju dengan hasil ulangan yang belum juga di umumkan oleh pihak sekolahku.
Padahal aku sudah menanti benar hasil ujian terakhirku. Tetapi untuk saat ini aku coba untuk memikirkan hasil ujian yang aku pikirkan adalah tempat ini begitu indah dan aku akan tetap di sini sampai akhir masa SMA.
Tak lama kemudian aku sampai di rumah temanku. Aku berhenti
dan masuk sejenak untuk mengobrol dan minum kopi.
Rijal temanku ini memang sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri. Mengingat aku di sini tidak mempunyai saudara sama sekali.
Aku adalah seorang perantau yang baru selesai mengikuti ujian. Hingga kini aku belum tahu bagaimana nilai ujianku.
Rijal temanku ini memang sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri. Mengingat aku di sini tidak mempunyai saudara sama sekali.
Aku adalah seorang perantau yang baru selesai mengikuti ujian. Hingga kini aku belum tahu bagaimana nilai ujianku.
Usai selesai ujian aku pergi ke daerah ini untuk bekerja dan
Rijallah yang selalu setia membawaku berkeliling di tempat ini, hingga aku
bertemu tempat-tempat yang belum pernah aku temui sebelumnya.
Rijal juga merupakan rekan kerjaku dalam satu bidang di perusahaan tempat aku bekerja.
Rijal juga merupakan rekan kerjaku dalam satu bidang di perusahaan tempat aku bekerja.
Sementara itu ibu Rijal membawakan minuman hangat untukku.
Dengan begitu ceria ibu rijal menawari minuman hangat tersebut kepadaku. Aku
membalasnya dengan tersenyum dan tutur kata lemah lembut.
“Silahkan diminum Di, untuk menghangatkan badan”, ungkap
Rijal sambil mengambil minuman hangat tersebut dan meminumnya dengan begitu
hati-hati.
Aku mengambil minuman tersebut dan menyeruputnya. Tubuh
berubah menjadi hangat dan sangat nikmat usai melakuka perjalan jauh.
“Di sini tempat yang asyik lagi dimana Jal.?”,ungkapku kepadanya. “Banyak di sini, besok kalau hari libur lagi aku ajak kau keliling di tempat yang indah-indah”. “Wah boleh itu”, ungkapku begitu semangatnya.
“Di sini tempat yang asyik lagi dimana Jal.?”,ungkapku kepadanya. “Banyak di sini, besok kalau hari libur lagi aku ajak kau keliling di tempat yang indah-indah”. “Wah boleh itu”, ungkapku begitu semangatnya.
Aku menyeruput kembali minuman hangat yang ada di tangan
ini. Begitu nikmat ketika masuk mulut dan sudah hilang ketika tertelan.
Yang tertinggal hanya rasa hagat, sedangkan untuk rasa manis aku rasakan ketika di mulut. Aku terus meminumnya karena minuman ini begitu menyegarkan dan membuat tubuhku hangat.
Yang tertinggal hanya rasa hagat, sedangkan untuk rasa manis aku rasakan ketika di mulut. Aku terus meminumnya karena minuman ini begitu menyegarkan dan membuat tubuhku hangat.
“Aku madi dulu ya Di”, berdiri dan melihatku.
“Iya mandi aja”, ungkapku sambil memegang minuman hangat
yang tinggal sedikit ini.
Malam begitu larut dan suara binatang malam terdengar begitu
meriah menyanyi menghibur aku yang duduk sendiri di ruangan tamu.
Aku berdiri dan keluar untuk sekedar melihat pemandangan malam ini. Dan luar biasa aku melihat bintang yang sudah bermunculan dan begitu indahnya. Aku duduk di bangku teras untuk menikmati bintang yang indah itu.
Aku berdiri dan keluar untuk sekedar melihat pemandangan malam ini. Dan luar biasa aku melihat bintang yang sudah bermunculan dan begitu indahnya. Aku duduk di bangku teras untuk menikmati bintang yang indah itu.
Suara binatang malampun seolah menghibur keberadaanku di
sini. Mungkin mereka ingin mengucapkan ucapan perkenalan kepadaku. Aku
membiarkan suara binatang malam itu berbunyi dan menghibur diriku.
Aku masuk ke rumah lagi setelah puas mendengar dan melihat
malam. Aku berjalan masuk ke dalam dan duduk di bangku tempat dudukku.
Sementara Rijal belum juga selesai mandi, aku menunggunya dengan duduk santai sambil menaikan kakiku ke atas kursi. Dengan mata terpejam aku berusaha mengusir kesepian di malam ini.
Sementara Rijal belum juga selesai mandi, aku menunggunya dengan duduk santai sambil menaikan kakiku ke atas kursi. Dengan mata terpejam aku berusaha mengusir kesepian di malam ini.
Tak lama kemudian seekor kucing jantang datang dengan suara
lembutnya. Dia langsung naik dan duduk di pangkuanku. Aku mengelus-elus bulu
dari hewan paling rajin dunia tersebut. Begitu halus ketika aku mengelusnya.
Kucing ini begitu tenang ketika berada dipangkuanku dan
seolah sudah sangat akrab denganku. Mungkin perlakukan Rijal sebagai majikannya
begitu baik, sehingga kucing ini tidak takut ketika melihat manusia.
Aku terus mengelus-elus bulu kucing tersebut dan apa yang terjadi dia memejamkan mata dan tertidur di atas pangkuanku.
Aku terus mengelus-elus bulu kucing tersebut dan apa yang terjadi dia memejamkan mata dan tertidur di atas pangkuanku.
Aku membiarkannya tetap tidur di pangkuanku selagi dia tidak
membuang kotoran. Aku terus mengelusnya dan terlihat begitu nikmat
kucing tersebut tidur di atas pangkuanku.
Setelah begitu lelap kucing tertidur aku mengangkatnya dan meletakkan di kursi sebelahku. Karena aku sudah lelah menahan posisi agar kucing tersebut tidak terjatuh.
Setelah begitu lelap kucing tertidur aku mengangkatnya dan meletakkan di kursi sebelahku. Karena aku sudah lelah menahan posisi agar kucing tersebut tidak terjatuh.
Setelah itu aku duduk kembali dan memejamkan mata lagi untuk
membuang penat pikiranku. Tidak lama kemudian Rijal keluar dan duduk di sampingku.
“Mandi dulu di belakang nih handuknya”, ungkapnya sambil memberikan handuk kepadaku. Aku berdiri dan mengambil handuk dari tangannya dan kemudian berjalan ke belakang untuk mandi.
“Mandi dulu di belakang nih handuknya”, ungkapnya sambil memberikan handuk kepadaku. Aku berdiri dan mengambil handuk dari tangannya dan kemudian berjalan ke belakang untuk mandi.
Begitu betah aku hidup di wilayah ini karena mempunyai
sahabat yang begitu baik hati. Meskipun aku tidak pulang aku tetap betah karena
Rijal dan keluarganya sudah aku anggap sebagai saudarku sendiri.
Aku akan terus di sini hingga berakhirnya masa sekolahku di
SMA. Setelah itu akan pulang dan akan mendaftar kuliah menggapai cita-cita. Aku
harap ketika aku kuliah nanti aku masih bisa mengunjungi Rijal dan keluarganya.
Aku begitu diperlakukan dengan baik oleh mereka. Dan akan
aku balas ketika aku sudah sukses nanti.
Karena biar bagaimanapun rumah ini adalah rumah keduaku setelah di kampung halamanku. Dan akan selalu aku ingat hingga aku tua nanti.
Karena biar bagaimanapun rumah ini adalah rumah keduaku setelah di kampung halamanku. Dan akan selalu aku ingat hingga aku tua nanti.
---
oOo ---