Cerpen Singkat Anak Putus Sekolah

Tambahan untuk cerpen anak putus sekolah. Tema-tema sosial memang menjadi hal menarik yang bisa diangkat dalam sebuah karya sastra, contohnya cerpen. Salah satu tema sosial yang juga menarik untuk di kupas adalah tema tentang anak jalanan (anjal).

Ilustrasi Putus Sekolah

Nah, cerpen singkat kali ini mengisahkan tentang anak jalanan yang usianya masih sangat muda dan seharusnya masih sekolah.

Karena keadaan, karena kesenjangan, anak putus sekolah tersebut harus mencari hidup di jalanan. Ceritanya tentu saja sedih dan bisa membuat kita termenung. 

Cerpen berjudul "di ujung gang kau menemukan-ku" ini sebenarnya mengangkat sisi lain sebuah kehidupan metropolitan.

Di mana di tengah kota yang padat dan maju masih banyak anak-anak yang kurang beruntung. Itulah kenyataan yang ada sebenarnya, buka mata kita lebar-lebar dan kita akan tahu kenyataan tersebut.

Masih banyak sekali anak yang bahkan untuk mencukupi kebutuhan makan saja harus menggadaikan harga diri dan masa bermain.

Masih banyak anak-anak yang tak tersentuh oleh tangan-tangan dermawan. Apakah kita salah satu dari mereka yang perduli akan sesama?

Ide untuk menghadirkan sebuah karya cerita pendek tema ini sebenarnya datang ketika kami tidak sengaja surfing dan menemukan begitu banyak pencarian mengenai anak putus sekolah.

Jika kita perhatikan beberapa kalimat di atas maka kita akan merasa iba karena ternyata masih banyak sekali yang membutuhkan uluran tangan kita.

Karena itulah, untuk sumber inspirasi dan wahana saling mengingatkan, dibuatlah satu cerpen khusus yang mengangkat tema tersebut. Lalu seperti apa cerita dalam cerpen ini, mari kita baca langsung di bawah ini.

Di ujung Gang, Kau Menemukanku
Cerpen Oleh Gunarto

Pagi itu seperti biasanya aku sebagai mahasiswa pergi ke kampus dengan mengendarai sepeda motor buntut yang biasa aku tunggangi.

Ku iringi jalan - jalan kota kecil dengan penuh semangat untuk menuntut ilmu demi masa depan diriku sendiri dan keluargaku. Aku selalu berdoa kepada Tuhan, semoga Tuhan selalu memberikan ku kekuatan dan doa kepadaku.

Berangkatlah pagi itu aku dengan sepeda butut ku. Ku lewati jalan sempit dan gang sempit di kota ku. Kebetulan kota ku adalah kota gang, itu adalah sebutan untuk kota kami.

Kota kami adalah kota yang penuh dengan gang gang kecil yang sempit hanya bisa berpapasan motor dengan motor.

Ku lewati gang - gang sempit itu dan tibalah aku di depan rumah teman karib ku. Bardi namanya. Biasanya setiap hari aku selalu berangkat ke kampus dengan dia karena sejak SMA kami selalu bersama berangkat sekolahnya jadi sampai kuliah pun masih saja begitu.

“Tok, tok, tok, ku ketuk pintu rumahnya.” 
“Tret, suara pintu terbuka.”

“Eh kamu Ton”, jawab ibu Bardi. “iya ini Bu, Bardi ada, dia sudah bangun belum Bu.”
Ibu bardi “sudah, itu sudah siap“

Lalu Bardi keluar dan tanpa basa-basi langsung mengajak ku berangkat. Berangkatlah kami berdua ke kampus. Seperti biasa kami lewati gang kecil agar cepat sampai di kampus.

Karena jika kami berangkat melewati jalan raya kami akan terjebak macet yang parah jadi kami biasa lewat tempat yang enak.

Ya sebenarnya kampus kami terletak di depan jalan raya yang besar si. Akses nya juga gampang, kami saja yang agak menyeleweng selalu ingin cepat sampai jadi lewat gang kecil. Aku sendiri heran mengapa selalu lewat gang kecil.

Nah saat kami melewati gang kecil dan sampai di depan kampus kami terjadi macet yang luar biasa. Bersabarlah kami di depan kampus kami tetapi tidak bisa menyeberang karena macet.

Tiba tiba terlihat anak - anak jalanan dari arah timur mulai memetik gitarnya dengan penuh harap. Aku melihatnya miris karena seusia mereka harusnya mereka belajar di sekolah, tapi yang terjadi malah mereka mengamen untuk mendapatkan uang demi makan, katanya.

Ada seorang anak jalanan yang mendekat ke kami. Langsung saja kami tanya pada saat itu mengapa adik tidak sekolah. Adik itu menjawab tidak punya uang untuk bersekolah karena bapak dan ibunya hanya sebagai pemulung.

Aku bertanya lagi, cerpen putus sekolah. Sejak kapan dia mengamen dan ia menjawab sejak ia putus sekolah satu tahun yang lalu saat ia duduk dibangku SD kelas 4.

Aku pun tidak melanjutkan pertanyaan kami, dan karena iba aku memberinya uang dua puluh ribu untuk membeli makanan dan untuk keluarga di rumah.

Sejak saat itu aku lantas ingin cepat cepat sampai di kampus dan menjelaskan kepada salah satu organisasi kita bahwa bagaimana kalau mengadakan bakti sosial pendidikan untuk anak anak jalanan.

Setelah kemacetan terurai kami langsung menuju kampus dan kami lihat kampus sudah tutup. Kami berdua akhirnya kembali pulang tetapi tidak langsung pulang.

Kami sepakat untuk melakukan survey dan observasi anak jalanan untuk kami buat proposal kegiatan bhakti sosial pendidikan anak jalanan.

Dari kejadian itu kami mempunyai ide untuk membuat organisasi di kampus yang bergerak dibidang bhakti sosial pendidikan anak jalanan. Sekian cerita singkat ku kali ini.

---oOo---

Apa yang dapat kita ambil dari cerpen singkat tentang anak yang putus sekolah di atas adalah sebuah peringatan dan sebuah pemberitahuan kepada kita yang masih perduli dengan sesama bahwa masih banyak anak yang kurang beruntung.

Maka bagi anda yang bisa mengenyam pendidikan, bersyukurlah karena masih banyak mereka yang bahkan untuk makan saja sulit. 

Mudah-mudahan ada hikmah dan pembelajaran dari cerita pendek tersebut. Semoga saja, contoh cerita tersebut menjadi inspirasi agar kita lebih peduli kepada sesama dan lebih bersyukur.

Jangan menyia-nyiakan apa yang kita miliki, bayangkan jika kita yang menjadi seperti mereka! Itu saja, silahkan lanjut dengan beberapa cerita lain dibawah ini.

Back To Top