Cinta dan Tuhan, Separuh Jiwa yang Hilang, Cerpen yang Sangat Menyedihkan

Cerpen karangan sendiri kali ini akan mengambil tema cinta, sebuah cerpen singkat yang mudah-mudahan bisa menjadi hiburan sekaligus bahan renungan dan pembelajar kita bersama. Cerpen ini sengaja saya tulis untuk mengenang salah satu sahabat terbaik yang pernah saya miliki.


Kisah dalam cerpen ini tidak mengisahkan tentang kehidupan percintaan-nya namun kisah sedih dalam cerpen ini memang seringkali mengingatkan saya pada sahabat tersebut.

Pada cerpen berjudul "separuh jiwa yang hilang" berikut kita akan disuguhkan sebuah kisah yang sangat menyentuh hati.

Seseorang yang pada akhirnya mengambil jalan yang salah karena tekanan dan rasa frustrasi yang berlebih.

Cerpen ini menggambarkan pergulatan batin seorang wanita yang berjuang untuk menggapai cinta sejati yang ia miliki.

Rini, tokoh wanita dalam cerita tersebut, memiliki seorang kekasih yang berbeda keyakinan. Kuat dan besar-nya tekanan yang ia dapatkan.

Sementara cintanya yang tumbuh begitu besar akhirnya ia menyerah. Tak ada lagi kekasih yang bisa memilikinya.

Akhirnya Rini memutuskan mengakhiri hidup dan petualangan cintanya tersebut. Tragis dan sedih, semoga tidak ada satupun dari kita yang mengalami hal itu.

Separuh Jiwa yang Hilang
Cerpen Oleh Irmajajil

Hidup tanpa kekasih tak ada artinya, seperti hidup dengan hati yang tak bisa lagi merasakan apapun. Itulah yang dia alami ketika sang kekasih beranjak pergi tanpa permisi.

Kini kehidupannya hambar tanpa rasa, ia menjalani hidup hanya karena ia belum mati, selain itu ia tak lagi memiliki tujuan apapun. 

Cerita kelam itu berawal ketika dua tahun lalu ia terlalu memaksakan diri mencintai seseorang dengan keyakinan berbeda. Kini, ia harus merelakan kekasih yang sudah mengisi separuh jiwanya itu pergi.

Tak ada lagi kasih sayang, tak ada lagi harapan, yang ada hanyalah kenangan pahit yang membekas di hati.

Sekeras apapun ia mencoba, tetap saja ia tak mampu melupakan kenangan itu, seperti kenangan pertama kali saat mereka bertemu…

“Hai… Aku Andie, fakultas teknik, nama kamu siapa?”
“Hei… aku Rini, bahasa…”

“Emm… aku baru pertama kali ikutan seminar kewirausahaan semacam ini…. Kamu udah sering ya…?”
“Lumayan…. Pantsesan aku jarang lihat kamu, aku sering sekali ikutan seminar seperti ini..”

Begitulah, pertemuan Andie dengan Rini begitu datar dan biasa saja, tapi siapa sangka akhirnya diantara mereka tumbuh benih cinta yang dalam.

Mulanya hanya sering ketemu di seminar serupa, akhirnya mereka saling kenal dan semakin dekat sampai suatu hari Andie memberanikan diri untuk menyatakan cinta.

“Pelan tapi pasti, perasaan cinta tumbuh menjadi begitu besar, maukah kamu jadi pacarku…?” ucap Andie suatu sore setelah mereka mengikuti sebuah seminar. 

“Apa kamu yakin….?”, jawab Rini datar. 
“Tentu, sangat yakin….” Lanjut Andie

“Kita beda keyakinan, kamu tahu itu kan?” lanjut Rini
“Ya, aku tahu itu, tapi apa salah jika cinta suci tumbuh diantara kita berdua?”, lanjut Andie

“Tidak…. Sama sekali tidak salah…” jawab Rini

Sejak saat itulah kisah pilu percintaan Andie di mulai. Di mana pun kebanyakan cerita cinta pastilah bahagia meski mungkin di awal saja.

Untuk kisah Andie sebenarnya lebih dari kata bahagia karena mereka sebenarnya benar-benar saling mencintai secara tulus dan jujur. 

Tapi dasar anak manusia yang polos, Andie dan Rini tidak menyadari bahwa cinta mereka tumbuh di ladang yang begitu tandus, bahkan terlarang. 

Masalahnya adalah ada kekuatan lain yang akan menjadi penghalang atas sucinya cinta yang mereka miliki.

Atas nama cinta, mereka dapat menyatu satu sama lain namun atas nama keyakinan mereka sama sekali tak bisa berbuat banyak.

Andie tak bisa meninggalkan keyakinan agamanya, begitu pun dengan Rini yang merupakan gadis yang sangat taat akan ajaran agamanya. Dua pribadi ini bisa selalu menyatu dan terberai saat itu juga. 

Semakin lama hubungan mereka semakin erat, kuasa cinta semakin ganas mencengkram hati tapi setiap kali mereka ingin melangkah maju mereka akan kembali pada satu titik awal dimana mereka akan terbakar. 

“Perasaan cinta yang tumbuh ini semakin menyiksa ku….” 
“Kenapa….?” 

“Apa kita selamanya akan seperti ini?, tidakkah kamu berfikir kelak kita harus menikah?”
“Ya, aku tahu, tapi masalahnya apa…?

“Aku tidak bisa mengorbankan keyakinan agamaku demi untukmu… itu masalahnya”

Setiap kali sebuah percakapan berujung pada masalah keyakinan maka saat itu juga suasana menjadi tak menentu, sekejap hilang semua rasa sayang dan cinta yang ada dalam dada mereka.

Jauh di dalam lubuk mati mereka sebenarnya ada keinginan untuk berkorban namun mereka masing-masing juga tak mungkin berontak dari tekanan keluarga.

“Jika memang harus, aku rela asal kita bisa bersama…”

Sebagai seorang lelaki Andie memang lebih berani dan lebih bisa berspekulasi tapi tidak dengan Rini.

Rini adalah gadis taat yang masih memiliki orang tua dan keluarga. Maka Rini tidak bisa lepas dari apa yang ditanamkan dalam keluarganya tersebut.

Suatu ketika, Andie sudah menyadari bahwa keadaan cintanya sudah semakin sulit dan ia berniat meminang Rini. “Aku harus segera membuktikan cintaku” ucap Andie dalam hati.

Belum sempat Andie membuktikan kata-kata pada sang kekasih dia sudah mendapati Rini pergi jauh dari kehidupannya.

Tak kuat menghadapi tekanan keluarga. Tak kuat menanggung siksa cinta yang semakin besar. Rini memutuskan untuk mengakhiri hidup.

Meninggalkan pesan di secarik kertas yang berbunyi “Teruntuk ayah dan ibu, maafkan aku. Untuk belahan jiwaku, aku harap engkau merelakan keputusan yang aku ambil ini.”

--- Tamat ---

Begitulah. Sedih juga bukan? Kisah yang di atas sangat menyedihkan sekali. Amit-amit deh. Semoga tidak pernah terjadi pada kita dan orang disekeliling kita ya.

Tag : Cerpen, Cinta, Religi
Back To Top