Selalu Ku Kejar, Sampai Kau Jadi Milikku

Kembali dengan cerpen suka-suka yang ditulis hanya untuk hiburan, kali ini cerpen yang akan dibaca adalah Cerpen Singkat berjudul Selalu Ku Kejar, Sampai Kau Jadi Milikku. Pasti tahu bagaimana alur kisah dari cerita pendek tersebut bukan?

Selalu Ku Kejar, Sampai Kau Jadi Milikku

Ya, dilihat dari judulnya sudah pasti bahwa ceritanya akan mengisahkan perjuangan seseorang dalam menggapai cinta. Mencintai seseorang dan berusaha menggapai impian tersebut, bagus tidak ya?

Tidak perlu banyak bertanya, nanti malah menimbulkan penasaran saja dan tidurnya terganggu, lebih baik anda yang hobi membaca cerpen singkat terbaru langsung baca saja ceritanya. Sebelum membaca cerita tersebut saya ceritakan sedikit mengenai isi ceritanya.

Dalam cerpen ini ada seseorang yang mengenal sosok yang begitu mempesona, jatuh cinta, sudah pasti. Dia, dengan penuh semangat, dengan segala daya upaya berusaha mendekati sosok yang dicintai tersebut. Banyak halangan, banyak sekali kesulitan yang dihadapi namun sampai akhir dia tidak pernah menyerah.

Berbekal cinta tulus dan perasaan suci yang tumbuh apa adanya dia mengejar pujaan hatinya tersebut. Ada banyak liku-liku, dikemas dengan bahasa nan romantis, tertata sederhana dan singkat, anda harus membaca sendiri agar ikut menikmati bagusnya cerita tersebut. Bagaimana, berminat membaca cerita pendek tentang cinta tersebut?

Selalu Ku Kejar, Sampai Kau Jadi Milikku
Cerpen oleh: Irma

Di dunia ini begitu banyak keindahan, benar itu tapi hal paling indah yang pernah ku temui dalam hidup ini adalah saat aku menatap mata bening seorang wanita di senja itu. Kabut sedikit menyelimuti bumi, terlihat hari hampir hujan saat aku singgah di sebuah kedai minuman kecil di pojok kota itu.

Sebagian besar orang termangu ragu, hendak meneruskan perjalanan atau menunggu selesainya hujan yang baru saja mulai akan turun.

Aku pun merasakan muram sore itu, dengan perasaan kesal dan sedikit marah aku menyeret langkah ku malas ke bibir kedai itu. Bingung, aku terpaksa berteduh meski hujan belum turun. Perjalanan ku masih lumayan jauh, aku masih harus menempuh ratusan meter lagi untuk sampai ke rumah.

Dengan badan yang sudah cukup lelah aku berupaya tetap bangkit meski kaki terasa lemas. Dalam hati aku bergumam "Ya Allah, satu jam saja aku tertunda disini maka adik-adikku akan menahan lapar lebih lama", meski tak terucap aku seperti sedang khusyuk berdoa.

Tetap berdiri terdiam aku memandangi air hujan yang sudah mulai jatuh, rintik yang semakin deras, sampai satu sosok berkelebat cepat dihadapan ku.

Berdiri tepat di sisi kananku dia mengibaskan helai rambutnya yang sebagian sudah basah terkena gerimis. Beberapa cipratan tepat mengenai wajah ku, aku menoleh, menguliti tubuhnya dari bawah sampai ujung rambut, "dasar wanita" gumam ku dalam hati.

Tak sengaja pandanganku beradu, tatapan matanya yang bening, cerah dengan senyum manis yang bahkan lebih manis dari kurma atau madu sekalipun sontak membuat dadaku berdegub lebih kencang.

Aku hanya terdiam bahkan sampai sekali lagi dia melempar senyum itu kepadaku. Tak mengenalnya, sama sekali aku tak mengenalnya, tapi seolah dia memperlakukan diriku begitu dekat.

Hujan turun semakin deras, entah mengapa dingin yang dibawa seperti sama sekali tak berpengaruh padaku. Kakiku tetap tegak berdiri meski tadinya mulai gemetar menahan letih.

Hanya bunyi hujan yang menderu-deru menghantam tanah yang terdengar, tak satupun dari kami yang ada di sana berbincang. Semua membisu seolah sedang mengutuk hujan yang turun saat itu.

Jam di dinding kedai itu telah menunjukkan tepat pukul 6 sore, dan hujan masih belum reda. "Bagaimana dengan adik-adikku di rumah, pasti mereka khawatir", aku kembali teringat bahwa aku harus bergegas pulang.

"Duluan ya, sebentar lagi gelap", sapa wanita yang sedari tadi berdiri di samping ku sambil tersenyum.
Aku hanya mampu menganggukkan kepalaku.

Seolah ingin mengejarnya aku pun bergegas menerjang hujan yang belum sepenuhnya reda. Ku lihat wanita itu berjalan searah menuju rumahku. Kulihat dia berbelok di simpang itu, berhenti membuka pagar rumah yang cukup besar. "Mungkinkah itu rumahnya?" tanyaku dalam hati.

Tak memiliki alasan untuk menyapa aku pun terus berlalu mengikis hujan yang semakin membekukan darahku. Dingin air ini begitu terasa, aku mulai sadar bahwa sebagian tubuhku telah basah di guyur hujan.

Badan ku mulai menggigil, terus ku tapaki jalanan itu dengan pikiran yang terus saja tertuju pada wanita yang tadi. Sesekali jalan terlihat lebih terang disinasi kilat yang menyambar, sesekali aku terjaga dari lamunan karena guntur yang menggelegar tepat di atas kepalaku.

Sampai di rumah mereka telah menunggu ku, ada perasaan lega yang menyeruak seketika itu, "alhamdulillah, mereka baik-baik saja".

Hidup menjadi perjuangan yang lumayan berat bagiku, aku adalah tulang punggung bagi keluargaku. Ayahku telah meninggal beberapa tahun lalu dan tidak meninggalkan banyak harta, ibuku sudah renta dan hanya bisa membantu di rumah.

Aku adalah anak tertua dari 5 bersaudara tapi aku sedikitpun tak pernah pasrah dan menyerah pada takdir. Terus berjuang, aku melakukan banyak hal untuk membuat adik-adikku tetap makan, tetap sekolah.

Bekerja sebagai staff pemasaran di sebuah dealer motor tidak memberi ku cukup penghasilan, aku sering mencari tambahan penghasilan dari berdagang keliling, menyemir sepatu dan beberapa pekerjaan serabutan lain hanya untuk membeli makan.

Semua kepahitan hidup itu tak pernah membuatku lelah, aku juga tak suka mengeluh meski terkadang air mata harus menetes di pipi ku.

Rekan-rekan se-kantor pun tak pernah menyepelekan aku, mereka bahkan cenderung takjub pada tabiat ku yang keras dan pantang menyerah, bahkan atasanku - yang wanita cantik itu - pun terlihat seperti memberikan perhatian lebih kepadaku.

Tapi aku belum sama sekali berfikir mengenai wanita, jodoh atau berumah tangga, sekalipun aku belum ingin merasakan cinta yang kata mereka sangat indah.

Ada yang berubah, kejadian sore itu membuatku sedikit gelisah, seperti ada sesuatu yang terbawa oleh wanita yang aku temui kala itu. Beberapa kali aku bahkan memimpikan kejadian tersebut. Aku jatuh cinta, mungkin, tapi aku belum yakin, kecuali memang perasaan ini semakin tak terkendali.
Kau tahu sejak pertama bertemu
Terbayang senyum indah di matamu
Kau berikan tatapan cinta untukku
Jatuh cinta, ku jatuh cinta
Rindu terasa mengancam dadaku
Saat kau selalu hadir di mimpiku
Hati jiwaku selalu memanggilmu, Kasihku
Semakin hari aku semakin sulit untuk memejamkan mata, akhirnya aku memutuskan untuk mencari wanita yang aku temui itu, menghilangkan perasaan ini jika memang ini hanya sesaat.

Setiap sore ku susuri jalan itu, berharap aku bisa menemukannya lagi, maklum aku tak berani menyambangi rumah yang dia masuki waktu itu. 

Sore itu aku kebetulan mendapatkan tawaran menjual sate dari salah satu rekanan. Demi untuk memuaskan hasrat bertemu yang semakin menyiksa akhirnya aku nekat berjualan melalui rumah itu. Ku lihat dari jauh seperti tak ada orang, sepi.

"Sate....sate.....!" aku mencoba mencari perhatian penghuni rumah, "sate hangat, sate lezat, sate...sate!!!", usaha ku tak sia-sia. Ku dengar teriakan dari dalam rumah.

Bak disengat listrik tegangan tinggi, darahku berdesir kencang, wanita itu - yang berdiri disamping ku kala hujan - keluar pagar. 

"Kambing, dua porsi bang", ucapnya tanpa memperhatikan aku sama sekali. 
"Baik mbak.." ucapku pelan.

"Sepertinya aku pernah bertemu dengan mbak", sambil menyiapkan pesanan yang diminta aku memulai pembicaraan. Dia menyibak rambutnya yang tergerai dan menatapku lekat, sekali lagi pandangan kami beradu. Aduhai cantiknya gadis ini, gumamku dalam hati. 

Dia pun masih mengingat aku, dan meski sebentar kami sempat berbincang dan saling berkenalan. Seperti tak ada masalah, dia tetap mau mengulurkan tangan meski hanya dengan penjual sate. Beberapa hari berselang aku masih berusaha untuk terus bertemu dengannya.

Kebetulan, di kantor sedang ada pesanan sebuah motor, melihat alamat yang akan dituju maka akhirnya aku memutuskan untuk mengambil tugas pengiriman barang. 

Sampai disana, sambutan tak begitu istimewa, rupanya dia tidak mengenaliku yang menggunakan seragam. Akhirnya setelah selesai dengan urusan pengiriman aku memberanikan diri untuk bertanya kabar.

"Sepertinya mbak lupa dengan saya ya?" tanyaku menyelidik. 
"Iya, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" jawab wanita itu.

"Bertemu dua kali, pertama saat berteduh senja itu tatkala hujan, kedua saat kemarin malam mbak memesan sate yang saya jual." jawabku sambil tersenyum

"Benarkah, lho kok bisa? Jadi mas ini jualan sate juga" tanyannya.
"Begitulah mbak, untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, terkadang saya harus mencari uang tambahan", jawabku pelan. 

Setelah kejadian itu kami semakin dekat, tapi bukan tanpa kendala. Pernah suatu sore aku sampai harus menelan rasa malu yang dalam karena orang tuanya mencibirku yang hanya berprofesi sebagai sales. Meski aku tahu dia berbeda dengan orang tuanya namun itu cukup untuk membuatku sedikit minder dan menahan diri. 
Ku cinta kau, ku cinta kau
Hanya kamu dihatiku
Takkan pernah kan terganti
Sampai kau jadi milikku
Sampai kau jadi milikku
Kaulah cinta sejatiku
Hal itu mungkin tak mudah
Tapi ku takkan menyerah
Karna jiwa ini, raga ini
Memanggil namamu....
"Sudah kak, jangan patah semangat, masih banyak cara, saranku kakak mulai membuktikan bahwa kakak layak mendapatkan wanita terbaik itu. Buktikan bahwa pekerjaan kakak adalah masalah waktu, suatu saat nanti pasti kakak bisa lebih baik lagi", ucap adikku yang paling tua kala itu.

Ya, untuk beberapa masalah yang membebani pikiran, adikku yang satu ini memang jeli dan tahu bagaimana membuat kakaknya berbicara.

Dialah pengganti orang tuaku dimana aku sering berkeluh kesah. Karenanyalah aku bertekat "Selalu Ku Kejar, Sampai Kau Jadi Milikku", aku harus tetap berjuang, demi cinta dan kehidupan yang lebih baik. 

Seperti kendaraan berbahan dasar nuklir, lajuku kian cepat, pekerjaanku kian mantap, kini aku tak perlu lagi mengukur jalan untuk mendapatkan uang. Aku berhasil mendirikan sebuah usaha kecil yang cukup untuk membuat orang seisi rumah sibuk sampai larut malam. 

Semua tak semudah yang dibayangkan, bukan hanya penolakan dari orang tua, ternyata aku harus berhadapan dengan rekan satu tim ku di kantor untuk mendapatkan cintaku tersebut. Ini yang membuatku serba salah, aku tetap positif bersaing namun tidak menusuk.

Setelah suatu hari ku dengar dia ditolak maka aku mulai kembali memberanikan diri. Mendekatkan lebih erat dalam berbagai pertemuan. Sudah sering kami jalan berdua, tapi sepertinya dia tetap biasa saja. 

"Aku mencintaimu, aku ingin engkau menjadi pendamping hidupku, maukah kau menjadi pacarku", akhirnya aku pun menyatakan semua perasaan ku kepadanya.
Kau tahu sejak pertama bertemu
Ku jatuh cinta......
"Aku tidak bisa menerima cintamu", ucapnya pelan, "setidaknya untuk saat ini", lanjutnya ketika aku menatap matanya dalam-dalam.

Itu adalah rasa ketidakpercayaan, rasa takut yang menurutku berlebihan. Terlihat jelas, sorot matanya mengatakan sesuatu yang berbeda. 

"Aku akan meyakinkan mu, engkau akan mendapatkan bukti seberapa besar perasaan ini. Aku akan terus menunggu sampai engkau siap aku membahagiakan mu", ucapku padanya.

Mungkin itu ujian dimana cinta tak bisa hanya diungkapkan. Sudah ku lihat jelas, dia menunggu bukti meski tak sekalipun menuntut janji. Pelan dan pasti, aku mulai melihat senyum-senyum indah itu keluar dari bibirnya tanpa beban. Aku yakin, dia merasakan cinta yang selama ini aku berikan secara tulus. 

Itu jelas, hari ku yang dahulunya harus menjadi subjek kini mulai berbalik, dalam satu minggu ini ponsel baru ku mulai sering berdering, terkadang pesan singkat terkadang suaranya menanyakan kabar. Hatinya mulai tertata, perasaannya mulai bersemi seiring cinta yang aku berikan.

Entah, akhir-akhir ini Tuhan seperti sedang berpihak pada diriku, hidupku semakin membaik, jarang aku mengalami masalah atau kesulitan. Semua berjalan mulus, bahkan termasuk dalam urusan uang dan cinta, aku mulai bahagia. 

Bulan depan aku berencana langsung melamar dirinya, aku tak mau terjebak dalam perasaan yang semu dan ketidakjelasan. Tinggal ku pilih sore yang temaran, aku ingin membahagiakan hidupnya di sisa usia ku ini. 

oOo

Bagus tidaknya sebuah cerita akan sangat tergantung pada pembaca, andalah yang bisa menilai seberapa menghibur dan seberapa bagus karya di atas. Yang jelas, dari cerpen singkat berjudul Selalu Ku Kejar, Sampai Kau Jadi Milikku di atas diharapkan anda bisa mendapatkan tambahan hiburan untuk waktu senggang anda. 

Jangan lupa untuk membaca beberapa cerita terbaru lainnya di bagian bawah. Ingat, anda akan selalu mendapatkan banyak cerita-cerita baru yang akan dibagikan di situs ini. Akan lebih baik jika anda mencatat alamat situs ini agar lebih mudah mencari cerita yang diinginkan. Itu saja edisi kali ini, selamat menikmati.

Tag : Cerpen, Cinta, Remaja
Back To Top