Ada contoh cerpen pendidikan dan cinta remaja nih. Tema yang akan kita angkat dalam kisah berikut ini adalah tema pendidikan dimana cerpennya mengisahkan pergulatan batin seorang remaja sekolah yang baru mengenal cinta.
Digambarkan dalam cerpen terbaru ini tokoh "aku" akhirnya bisa konsisten dalam menggapai cita-cita dengan belajar serius di sekolah. Semua itu berkat dukungan dari orang terdekat yaitu ayah dan ibu.
Dilihat dari isi dan pesan yang ada, cerpen pendidikan dan cinta remaja ini benar-benar memberikan pelajaran berharga untuk kita semua baik untuk pelajar sekolah maupun para orang tua.
Dengan dukungan penuh dari orang tua seorang anak bisa terbebas dari cobaan ketika sedang sekolah. Hanya dengan bimbingan, arahan dan dukungan tersebut para remaja dapat terbebas dari pergaulan yang salah dan bisa tetap fokus dalam belajar.
Begitulah pesan moral yang bisa kita ambil dari cerita tersebut. Nah, sebelum membaca cerpen terbaru tersebut kita juga bisa membaca beberapa kisah lain sebagai berikut:
1) Cerpen cinta remaja ciuman pertama
2) Cerpen cinta remaja romantis
3) Cerpen cinta remaja sedih
4) Cerpen cinta remaja smp
5) Kumpulan cerpen cinta remaja
6) Cerpen cinta remaja lucu
7) Cerpen cinta remaja benci jadi cinta
8) Cerpen cinta remaja 2014
Sekarang, untuk yang sedari tadi mencari cerita pendek dengan tema ini bisa langsung membaca cerpen tersebut selengkapnya di bawah ini. Semoga bisa menjadi bahan bacaan bermutu bagi kita semua. Jangan lupa nanti baca juga beberapa cerita lainnya di bagian bawah.
Terjerat Senyuman
Cerpen Oleh Irmajajil
Masa liburan kenaikan kelas telah usai, setelah beberapa hari kemarin sibuk mempersiapkan diri, aku sudah siap menapaki tangga baru yaitu menjadi siswa kelas X SMA. Ada perasaan bahagia dan bangga dalam hati ini, setelah semua jerih payah tiga tahun kemarin.
Semua semangat telah ku kumpulkan, niat sudah ku luruskan dan harapan ku pun sudah ku gantung di awang-awang. Tekad ku dalam hati adalah untuk kembali merajai sekolah seperti dulu kala aku masih duduk di SMP. Kini aku menginjak SMA dan aku ingin menjadi yang terhebat.
Hari pertama datang ke sekolah adalah saat acara MOS, untungnya tidak ada kejadian yang memalukan, memilukan dan kejadian lain yang tidak aku suka. Saat mos semua berjalan dengan lancar dan kini aku sudah resmi menjadi siswa sekolah menengah atas.
Meski pun semua berjalan biasa saja namun sebenarnya ada satu yang tertanam dalam hatiku, yaitu sebuah senyum manis dari seorang kakak tingkat yang menjadi panitia mos kemarin. Aku melihat senyum itu tiga kali, pada hari pertama mos dan dua kali pada hari terakhir.
Tapi sayangnya aku tak sempat melihat dan mengingat wajah kakak itu, yang ku lihat hanya senyuman tipis yang tersungging dari bibirnya. Saat itu aku benar-benar tergoda, "oh, indahnya senyum itu, siapakah dia?" aku terjerat senyuman itu hingga akhirnya aku sulit untuk melupakannya.
Satu minggu berjalan, kegiatan sekolah telah di mulai namun aku belum menemukan orang itu, ya, kakak dengan senyuman itu tak kunjung ku lihat, entahlah....
Aku sampai saat itu masih benar-benar berharap bisa melihat dan menikmati senyuman manis darinya, meski aku tak kenal dia sekalipun. "Kemanakah senyum menawan yang pernah ku lihat itu, hadirlah meski sejenak.." ucapku berbisik.
Begitulah, setiap pagi aku berangkat ke sekolah selalu saja ada harapan untuk menemukan kembali senyum yang pernah aku lihat.
Seolah aku seperti sedang kehilangan sesuatu yang sangat berharga, "ya, senyum itu memang sangat berharga, sangat indah dan mempesona" aku bergumam, "ah, kenapa aku jadi seperti ini, bukankah aku disini untuk belajar, bukankah tujuanku adalah untuk mencari ilmu sebagai bekal masa depanku, aku tidak boleh tergoda", seperti ada sesuatu yang berbisik begitu keras di telingaku.
oOo
Akhirnya, satu bulan tak terasa telah berlalu, aku kini sudah mulai bisa melupakan apa yang dari kemarin ku cari. Aku sudah memiliki lebih banyak teman dan kini saat-saat di sekolah aku tidak lagi sering sendiri.
"Hei, nanti ke kantin bareng ya" bisik teman sebangku ku
"Iya, kemarin juga bareng..." balasku
"Ya takut aja nanti kamu nyelonong..." balasnya
Jam istirahat, aku dan teman lain berhamburan ke kanting, maklum kebanyakan dari kami tidak sempat sarapan dari rumah jadi saat istirahat pertama kami pasti ke kantin untuk sarapan.
"Hei, buruan nanti gak kebagian tempat loh..."
"Santai aja sih, tak kan lari gunung di kejar...."
"Apa, gunung..... elu kale mau naik gunung aku si ogah...."
Sesampainya di kantin sekolah kami langsung memesan makanan masing-masing. Tanpa banyak bicara kami langsung menyantap makanan yang ada, seperti kelaparan saja. Sedang asyik menyantap makanan tiba-tiba ada seseorang berjalan dan menyenggol mejaku, aku kaget dan melihat ke arahnya...
"Ternyata ada kakak tingkat..." ujarku
"Iya tuh, ada yang ganteng lagi..." balas temanku sembari tak melepaskan sendok dari tangannya
Mendengar perkataannya sontak mataku langsung melayangkan pandangan ke segala penjuru arah, aku mencari yang dimaksud temanku tadi... "tidak ada, mana yang ganteng..." gumamku dalam hati.
Belum selesai bergumam, dibagian pojok aku melihat separah wajah yang tertutup badan orang, entah mengapa aku penasaran dengan orang yang ada dibalik itu.... Belum lepas rasa penasaran itu tiba-tiba aku terkejut...
"Senyum itu....!" ucapku sedikit keras
"Hei... apaan sih, senyum siapa?" tanya temanku
"Anu...aa anu...." jawabku gugup
"Anu apa....? dasar kamu ini"
Tanpa pikir panjang aku langsung berdiri dan menatap lekat-lekat ke arah kakak yang memiliki senyum tersebut. "Kali ini kamu tak kan ku biarkan lolos begitu saja" ucapku dalam hati. Benar, setelah aku berdiri aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dan ternyata wajah kaka itu memang benar-benar tampan, ganteng imut....
Sejak saat itu aku tidak bisa melupakan kakak kelas itu, aku selalu saja mencari cara untuk bisa melihatnya. Tak cuma itu aku juga mencari berbagai informasi mengenai kakak itu, sekarang aku tahu dia kelas apa, jurusan apa, rumahnya dimana. Sekarang aku tahu semua tentang kakak itu. Ku sebutkan sekali saja ya, namanya "Rachel", keren bukan?
Akhirnya, aku merasakan bahwa aku jatuh cinta padanya, aku selalu rindu dengannya jika satu hari aku tidak melihatnya. Meski begitu sampai saat ini aku belum kenal langsung dengannya, aku hanya sebatas memandangnya dari kejauhan saja, itu pun aku sudah senang sekali.
Sedang haru biru dilanda cinta pertama, setiap malam tidak bisa tidur tanpa membayangkan wajahnya, aku bahkan mulai lupa tujuanku ke sekolah. Di dalam lubuk hatiku yang paling dalam sebenarnya aku sadar bahwa itu tidak baik karena seharusnya aku fokus belajar untuk mendapatkan pendidikan yang baik.
Jujur saat itu aku berusaha keras untuk menetralkan perasaanku, aku berusaha mengingat sekuat tenaga semua tekad dan ambisiku menjadi yang terbaik, tapi semua itu sepertinya di luar kendaliku, harus ada orang lain yang menyelamatkanku.
oOo
Hari itu setelah satu minggu belajar aku menyempatkan diri untuk istirahat sejenak, minggu itu aku tidak keluar rumah karena kebetulan semua keluarga sedang ada di rumah.
Aku menikmati waktu bersama adik, ayah dan bunda, hari itu kami benar-benar menghabiskan waktu bersama. Pagi hari kami bermain game bersama, aku melawan adik, sedang bunda melawan ayah, sore hari kami habiskan waktu dengan makan bersama, manggang gurami ceritanya, seru deh...
Di sela-sela kebersamaan itu, saat kami sedang menyantap ikan gurame bakar buatan ayah dan ibu kam saling bercerita, saat itu ayah dan bunda juga memberikan banyak nasehat kepada kami berdua...
"Hidup itu gak ada yang mudah, semua harus diperjuangkan..."
"Iya, ayah benar, kita bisa seperti ini tak kurang suatu apapun juga berkat kerja keras ayah..."
"Dengan dukungan bunda juga,... kalian juga harus begitu, belajar yang rajin..."
"Iya ayah..."
"Benar itu, terutama kamu Nak, sekarang kamu sudah sma, jangan santai, apalagi sampai pacaran..."
"Hemm..... emang kenapa bunda?"
"Kamu tahu, kenapa bunda bisa mendapatkan suami seperti ayah yang ganteng dan sangat sayang sama kita?"
"Memang kenapa bunda....?"
"Karena bunda pintar, rajin dan tidak pernah pacaran sebelumnya... lelaki sangat suka dengan wanita yang bisa menjaga diri tanpa pacaran... benar kan Yah?"
"Iya benar, lelaki baik hanya akan memilih gadis yang baik..."
Kami menghabiskan malam senin sampai jam 8 malam, setelah itu kami mulai menyiapkan kebutuhan untuk esok hari.
Jam sembilan kami sudah istirahat dan kami ke kamar masing-masing. Sesampai di kamar aku tak segera tidur, aku masih kepikiran dengan nasehat ayah dan bunda. "Apa memang benar aku sebaiknya tidak pacaran ya seperti kata Ayah dan Bunda?"
Pertanyaan itu sedikit sulit aku jawab namun akhirnya aku bertekad dalam hati. "Iya, agama pun tidak menganjurkan pacaran jadi mumpung belum terlambat lebih baik aku tidak pacaran selama sekolah", aku pun bertekad untuk melupakan senyum manis itu, Aku bertekad untuk melepaskan diri dari belenggu senyuman itu. Aku yakin aku pasti bisa.
--- Tamat ---