Cerpen Anak SMA, Menunggu Waktu

Cari contoh cerpen anak SMA? Beberapa waktu lalu ada rekan yang menanyakan sebuah contoh karya untuk cerita pendek tentang anak sekolah atau anak SMA. Maka dari itu kali ini kita akan membahas mengenai sebuah karya yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.


Karya berikut ini merupakan salah satu karya yang cukup bagus, sederhana dan sangat menghibur. Seperti yang tertera di atas, judul cerita pendek anak sma kali ini berjudul "menunggu waktu". 

Bisakah ditebak bagaimana jalan atau alur cerita dalam cerpen tersebut? Tentu saja, untuk mengetahui bagaimana kisah yang ada dalam cerpen terbaru tersebut akan lebih baik jika kita langsung membacanya sendiri. 

Dengan begitu kita bisa mengetahui ceritanya dan atau bisa juga menggunakan karya tersebut sebagai bahan analisis cerpen. Dengan membaca cerpen anak sma tersebut maka ada beberapa keuntungan yang bisa kita dapatkan. 

Pertama tentu kita mendapatkan hiburan, kedua kita bisa menggunakan cerpen ini sebagai contoh untuk belajar membuat cerpen dan kita juga bisa mempelajari cerpen ini misalnya menganalisa unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen. Makanya mari kita baca langsung cerpennya di bawah ini!

Cerpen Anak SMA, Menunggu Waktu
Christianti Hidayat

Gita Aprilia. Itulah nama seorang gadis remaja yang sangat cantik. Kecantikannya bukan hanya sekedar wajahnya tapi juga hatinya. Namun, sayang. Gadis cantik ini hanya bisa bertahan hidup selama 5 bulan lagi karena dia menderita penyakit kanker otak yang sudah sampai stadium lanjut. Gita adalah seorang remaja berusia 16 tahun. 

Dia duduk dibangku kelas 2 SMA sekarang. Dia mempunyai begitu banyak orang yang menyayanginya. Yaitu kedua orang tuanya, dan teman-teman sekolahnya. 

Di sekolah, Gita adalah anak yang sangat ramah. Karena keramahannya itu, Gita disukai oleh banyak orang termasuk Dino seorang siswa dari keluarga terpandang yang banyak dikagumi oleh perempuan karena ketampanan dan kekayaannya. 

Penyakit ataksianya itu dia rahasiakan dari semua teman-temannya. Dia juga menyuruh orang tuanya untuk merahasiakan itu. Gita juga adalah seorang gadis yang periang. 

Di sekolah, ada seorang siswi yang sangat membenci Gita. Dia sangat iri karena Gita mempunyai banyak teman sedangkan dia tidak memiliki teman sama sekali. Namanya Ririn. Dia makin membenci Gita sejak dia tahu kalau Dino menyukai Gita. 

Gita mempunyai hobi melukis. Namun sejak dia menderita penyakit ini, dia tidak bisa lagi melukis seindah dulu karena kepalanya sering sakit jika membaca atau menulis dengan jarak yang dekat. Semua yang ia rasakan selalu ia curahkan dalam sebuah buku diarynya. 

Yang paling sering ia tulis adalah kata-kata seperti “Hanya tinggal menunggu waktunya. Dia akan datang. Aku akan mempersiapkan diriku. Sampai pada waktunya tiba. Ya, tidak lama lagi”. 

Suatu hari, Dino mengajak Gita untuk duduk di sebuah taman di belakang sekolah mereka. Ternyata saat hendak mengatakan sesuatu pada Gita, Gita pingsan. Akhirnya Dino membawa Gita ke UKS. Ririn yang sedang berada di UKS melihat Dino sedang mengngendong Gita yang sedang pingsan. Betapa jengkelnya Ririn saat itu. Dia berpura-pura baik kepada Dino dan menyuruh Dino untuk kembali ke kelas dan menawarkan diri untuk menjaga Gita. 

Dengan berat hati, Dino pun meninggalkan Gita bersama Ririn. Ririn tersenyum licik. Ternyata dia sudah mengatur siasat untuk membuat Gita celaka. Dia mengambil bahan kimia dari dalam lab dan membawanya ke UKS. Dia ingin membuat wajah Gita terbakar oleh zat kimia yang dibawanya. 

Saat hendak menumpahkan cairan itu, Gita terbangun dan tanpa sengaja memukul tabung berisi cairan itu dan alhasil cairan berbahaya tersebut mengenai mata Ririn. 

Ririn berteriak histeris begitu juga Gita. Ririn segera dilarikan ke rumah sakit dan ternyata Ririn akan buta selama-lamanya kecuali jika ada yang mau mendonorkan matanya. Sangat sulit untuk mendapat donor mata jadi kemungkinan Ririn tidak akan pernah bisa melihat indahnya dunia lagi. 

Gita merasa sangat bersalah. Dia selalu menyalahkan dirinya. Setiap hari, ia selalu datang ke rumah Ririn untuk menjenguk Ririn. Namun Ririn sangat marah kepadanya. Walaupun begitu, Gita tak pernah berhenti untuk meminta maaf kepada Ririn. 

4 bulan kemudian. Penyakit Gita sudah semakin parah. Kini dia sudah dirawat di rumah sakit karena kanker yang menyerangnya sudah semakin parah. Sebelum penyakitnya menjadi separah ini, dia sempat menulis surat. 

Dia memberikan surat itu kepada ibunya dan melarang ibunya membuka surat itu sebelum ia meninggal dan manambahkan bahwa ibunya harus segera membuka surat itu tepat setelah ia meninggal. 

Ada 2 surat yang ia berikan. Yang satu berwarna pink, dan yang lainnya berwarna orange. Dia hanya menyuruh ibunya untuk membuka surat yang berwarna orange nantinya. Ibunya mengiyakan permintaan anaknya itu dengan air mata yang ia tahan karena Gita menyebutkan kata “meninggal”. 

Dino selalu menjenguknya di rumah sakit. Kata-kata yang selalu Dino ucapkan kepada Gita adalah “kamu hanya butuh kekuatan dan doa. Kamu tidak butuh semua peralatan ini. Berjuanglah.. aku yakin kamu pasti bisa menahan rasa sakitnya. Doaku selalu bersamamu karena itu aku yakin kau akan terus hidup” Gita selalu tersenyum saat Dino mengatakan itu. 

Saat Dino sedang menjenguknya, Gita merasakan senang bercampur takut. Dia menyuruh Dino memanggil ibunya dengan cara menggerakan bibirnya perlahan. Dinopun paham. Saat Dino keluar untuk memanggil ibunya Gita, air mata keluar dari pipi Gita dan saat itu juga Gita menghembuskan nafas terakhirnya. 

Dino kembali bersama ibu Gita. Dan mereka baru menyadari bahwa Gita telah tiada. Gita menyuruh Dino untuk memanggil ibunya hanyalah sebuah alasan agar Dino tidak melihatnya saat dia sudah tidak kuat untuk bernapas lagi. Ibu Gita menangis sejadi-jadinya dan Dino hanya bisa terdiam sambil menitihkan air matanya perlahan. 

Ayah Gita sudah sangat pasrah dengan kepergian anak tunggalnya itu sambil menenangkan istrinya. Ibunya Gita teringat dengan surat yang pernah Gita berikan kepadanya. Dia mengambil surat itu dari dalam tasnya. Surat itu berisi “ibu, aku sangat senang jika ibu mau mengabulkan permintaan terakhirku ini. 

Dan aku tidak akan tenang kalau ibu tidak mengabulkannya. Ibu, mataku ini, tolong ibu berikan pada Ririn. Dia sangat membutuhkannya. Ibu aku harap ibu mau mengabulkannya. Permintaanku ini mungkin sangat sulit untuk ibu tapi tolong ambil mataku ini dan berikan kepadanya. Rasa sakit yang ia derita selama ini adalah kesalahanku. 

Aku akan sangat merasa bersalah ibu. Dan juga, surat yang satu itu, tolong ibu berikan kepada Ririn. Terima kasih ibu. Aku tahu ibu mau mengabulkan permintaanku ini. Aku menyayangimu. Gita”. Saat membaca surat itu, ibu Gita tak berhenti menangis. Akhirnya dia mau mengabulkan permintaan Gita. Dia menyuruh dokter untuk mengambil mata Gita dan mendonorkannya untuk Ririn. 

Akhirnya, operasi pun berhasil Ririn sudah bisa melihat lagi. Ibu Gita memberikan surat berwarna pink itu kepada Ririn. 

Ririn membaca surat itu dan isinya “Ririn, temanku. Aku sangat senang karena kau bisa melihat lagi sekarang. Matamu adalah mataku. Kita sekarang akan selalu bersama. Dino akan melihatmu sebagai aku. Dengan begitu, kau bisa memulai hubunganmu dengannya. Maaf, selama ini aku tidak bisa menjadi teman yang baik bagimu. Bahkan aku telah membuatmu menderita. Aku tak pantas disebut seorang teman.

Ririn, andai saja kita dapat bertemu di kehidupan selanjutnya, aku ingin sekali menjadi sahabatmu. Aku selama ini sangat ingin menjadi sahabatmu. Namun aku begitu bodoh dan takut. Setiap kali aku mengajakmu bicara kau selalu menjauhiku. Maaf, maaf, maaf... hiduplah dengan baik. Aku akan selalu mendoakanmu di atas sana. Dari tempat yang jauh darimu. Gita”. 

Saat itupun juga Ririn langsung menangisi kebodohannya selama ini yang selalu membenci Gita. Dia lalu bergegas ke makam Gita dan menangis di depan makam itu. “Itu bukan salahmu. Kebodohan dan keegoisankulah yang mencelakaiku. Aku tak pernah tahu ada orang seperti kau. Aku baru menyadari, mengapa semua orang menyayangimu. 

Kau begitu berbeda denganku. Kau bagaikan malaikat sedangkan aku, bagaikan iblis yang selalu mengganggu. Aku akan memulai hidupku dari awal lagi. Berusaha menjadi orang sepertimu walau kurasa pasti sangat sulit. Gita, terima kasih untuk segalanya.. kau adalah teman. Teman terbaikku” 

Sebulan kemudian, Ririn sudah kembali ke sekolah. Kini dia mempunyai banyak teman. Ririn yang dulunya adalah seorang gadis jahat dan kasar, kini sudah menjadi Ririn yang ramah dan lembut seperti sosok Gita. Dino pun sekarang sering bersama Ririn. Namun hanya sebagai sahabat. Karena kenangan Gita takkan terlupakan bagi mereka. 

---Sekian---

Back To Top