Judulnya “Rayuan Lirih Si Kutu Buku”, salah satu cerpen remaja yang paling baru dan akan menjadi hiburan untuk rekan semua. Jangan salah, meski dengan tema cinta tapi yang ini unik dan tidak membosankan kok.
Meski dengan tema yang cukup popular namun kita berusaha menghadirkan dari sudut pandang yang berbeda. Contohnya bisa terlihat dalam judul.
Tentu akan berbeda jika dikombinasikan dengan pendidikan. Jadi tambah penasaran ya. Tapi sebelum sampai ke sana rekan semua wajib melihat bebreapa cerpen lainnya di bawah ini.
Benar sekali, kita akan merasakan sebuah kisah yang cukup menyentuh. Tentu kita tidak akan tahu kalau belum membacanya. Dari pada berlama-lama, lebih baik kita langsung ke karangan tersebut.
Rayuan Lirih Si Kutu Buku
Cerpen Remaja oleh Irma
Sepasang mata menyembut di balik Buku Paket Kimia yang terbuka di atas meja. Bola mata itu melingkar, menyinari seluruh ruang.
Di kejauhan, duduk seorang gadis kurus berambut pirang di pojok ruang perpus, sibuk mengulak-alik sebuah catatan. Jemarinya lincah beralih dari lembar ke lembar.
Tampak duduknya tegar, tak terganggu dengan lalu lalang pengunjung perpus. Menit berlalu, sepasang mata itu masih tetap mengintai dengan sabar bak sang raja hutan menyambut mangsa.
Sugi dengan sabar memandangi gadis remaja itu. Satu tahun terakhir, ia selalu menyisihkan waktu memandangi wajah tirus itu, gadis remaja putri yang rajin dan tak seperti gadis kebanyakan.
Mereka berdua saling kenal, benar itu sudah berjalan tahunan. Mereka juga sering tegur sapa tapi Sugi merasakan dingin jika berpikir mengenai perasaannya pada Suswa.
“Hei… duluan ya Gi…”
“Tumben udahan… masih lama kok masuknya…”
“Iya… lagi males aja nih…”
“Ya sudah. Silahkan…”
Tegur sapa yang datar, tak berarti apa-apa namun perasaan Sugi selalu tak menentu jika berbincang dengan Suswa.
“Oh Tuhan… kenapa aku tak bisa se-berani anak lain” Sugi seringkali mengutuk dirinya yang pengecut. Ia merasa sangat bodoh di depan Suswa.
Sugi adalah siswa yang pandai, berprestasi. Meski tak punya nyali tapi ia punya cara tersendiri untuk mengisyaratkan cintanya pada Suswa.
Sugi, adalah satu-satunya orang yang selalu bisa menemukan buku yang Suswa cari, bahkan ketika penjaga perpus kesulitan sekalipun.
Bukan hanya itu, ia sering kali menyelipkan selembar kertas pada buku-buku yang mungkin akan dibaca oleh Suswa.
Benar saja, tujuh dari sepuluh buku yang ia tebak dibaca oleh Suswa. Apa isi selembar kertas yang ia selipkan?
“Hai… hari ini langit begitu cerah, se-cerah senyum manismu”, itulah salah satu kalimat yang ia tulis. Banyak lagi lainnya, tapi ia tak pernah berani menuliskan nama atau sejenisnya.
Waktu terus berjalan. Bulan terus berganti. Sugi bosan terus bersembunyi dibalik ketakutan itu. “Sudah cukup rasanya aku seperti ini. Aku harus mengatakannya”, tekad Sugi bulat. Ia ingin segera mengatakan perasaannya pada Suswa.
Siang yang terik, Sugi menghabiskan waktu istirahat di perpus. Saat itu ia sedikit gelisah. Suswa yang baisanya selalu ada di tempat itu tak kelihatan. Setengah waktu istirahat telah habis, ia mulai putus asa.
“Wah… sudah dari tadi ya…” Suara Suswa mengagetkan Sugi yang setengah melamun. “Eh… iya. Kemana saja kamu, dari tadi aku menunggu kamu…” jawab Sugi spontan.
“Apa… tumben. Menunggu aku, memangnya ada apa?” Tanya Suswa setengah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
“Eh… iya. Anu… anu… nanti pulang sekolah ada waktu tidak. Aku ingin mengajak kamu santai barang sejenak. Di kantin depan aja?” jawab Sugi.
“Ha… nanti… sebenarnya aku nanti harus lekas pulang sih. Tapi lima atau sepuluh menit bisa..” jawab Suswa.
“Boleh… tidak apa-apa. Ya sudah, nanti aku tunggu di depan ya…” ucap Sugi dengan tersenyum sumringah. “Iya… “ Suswa lantas menuju tempat duduk yang selalu ia tempati.
Waktu yang ditunggu telah tiba. Sugi berjalan mondar-mandir gelisah menunggu Suswa. “Ah… kemana dia…” ucapnya gusar.
“Hei… sudah lama?”
“Enggak kok… baru saja… yuk kita pesen es saja…”
Mereka berdua langsung menuju kantin. “Eh… kamu tumben benar sih. Ada apa?” tanya Suswa pada Sugi. “Anu… sebenarnya sudah lama sih aku ingin mengajak kamu. Tapi aku takut kamu tolak.” Jawab Sugi.
“Memangnya kenapa….” tanya Suswa lagi. Belum sempat Sugi menjawab, si penjaga kantin datang membawa pesanan mereka.
Suasana berubah canggung. Masing-masing hanya memandangi segelas es yang ada di depan mereka. Beberapa saat kemudian, Sugi hendak mengutarakan apa isi hatinya.
“Sus… boleh ngomong enggak. Sebenarnya aku…”
“Eh… jemputan aku sudah datang. Maaf ya Sugi, aku harus buru-buru pulang. Sampai lain waktu ya…”
Suswa pun berlalu meninggalkan Sugi yang mematung. Ludah getir Sugi telan dalam-dalam. Untuk kesekian kalinya, ia tak berhasil menyatakan isi hatinya pada orang yang sudah lama ia sukai.
---oOo---
Bagaimana, bagus tidak ceritanya? Penasaran, ending ceritanya memang dibuat menggantung seperti itu. Kira-kira si kutu buku bernama Sugi tersebut akhirnya berhasil tidak ya?
Akan lebih seru jika ia menghadapi ribuan rintangan lagi. Sepertinya sih, kalau dilihat dari suasanya alurnya, Suswa juga suka sama dia. Tapi ya mungkin perjalanan cinta mereka memang harus seperti itu.
Ah, sudahlah, kita tinggalkan saja cerpen pendidikan di atas. Masih ada cerpen lain yang juga bisa kita baca. Masih banyak, tinggal dipilih saja mana yang paling menarik.
Silahkan dilanjutkan ya. Sampai bertemu besok. Jangan lupa untuk terus menjadikan contohcerita.com sebagai situs rujukan untuk kisah-kisah menarik yang ingin rekan baca. Salam hangat dari kami!