Puisi tentang Kehidupan Sehari-Hari, Letih Mendera

Puisi tentang kehidupan sehari-hari, “Letih Mendera” yang akan kita nikmati saat ini juga mengambil tema kehidupan yang dekat di masyarakat umum. Yang namanya letih, semua kalangan tentu merasakan hal tersebut.


Yang namanya letih memang sudah tidak bisa ditawar. Obatnya ya hanya satu, istirahat dalam kondisi apapun. 

Ada kalanya letih yang berat membuat orang kehilangan semangat. Atau bahkan kadang bisa juga membuat perasaan tidak menentu. Tentunya hal itu tidak dikehendaki oleh siapapun. 

Sebagai pelajar pun demikian. Rekan – rekan pelajar tentu sering merasa letih dengan beban yang super banyak. Beban yang menumpuk sering kali menguras tenaga dan pikiran. 

Letih Mendera Dera
Puisi tentang Kehidupan Sehari-Hari oleh Irma 


Seribu ton beban di kaki 
Seribu ton berat di pundak 
Mata terbelit terlilit 
Tangan membeku 

Daya tinggal sepersen 
Tak mungkin menopang 
Beban beban di badan 
Menakan terus menekan 

Kelopak jatuh tertutup 
Tak peduli tersungkur 
Letih meraja 
Mengambil alih tahta 

Jam berdentang 
Tikus berdercit 
Binatang malam menari 
Hanya bunga mimpi 

Letih telah bertahta 
Merajai setiap sendiri 
Menguasai setiap nadi 
Membuai terlelap 

Hanya terdiri dari lima bait, tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan karya di atas. Ya, puisi 5 bait tersebut tentu merupakan bacaan yang ringan dan menghibur. Apalagi dengan tema yang tidak biasa. 

Teman-teman, para pembaca sekalian bisa berlatih menulis karya – karya seperti itu di situs ini. Secara khusus, kami situs contohcerita.com akan menghadirkan banyak bahan bacaan yang berupa puisi dan cerpen. 

Selain itu disediakan juga banyak pilihan naskah drama yang bisa digunakan sebagai hiburan maupun sarana belajar. 

Kembali ke puisi, kita bisa banyak belajar darinya. Misalnya, kita bisa menggali pesan dan makna yang ada didalam karya tersebut. Dengan demikian kita bisa menerapkan pesan moral yang ada. 

Pada bait pertama misalnya, kita mendapati gambaran bagaimana rasa letih yang begitu besar. Dibuka dengan bait yang berbunyi “Seribu ton beban di kaki”, bait pertama jelas menggambarkan keadaan yang tidak menyenangkan. 

Di larik kedua, “seribu ton berat di pundak”, bait berikutnya “mata terbelit terlilit” dan “tangan membeku” sengaja dikemas untuk menjelaskan bagaimana kondisi letih yang dialami. 

Tampak begitu berat, “sangat letih sekali” sehingga digambarkan seolah dipundak ada beban ribuan ton. Bahkan, mata sampai terbelit dan tanganpun bisa membeku karena letih tersebut. 

Begitulah gambarannya, sekarang giliran rekan semua melanjutkan analisis bagaimana isi dan pesan-pesan pada karya di atas.

Back To Top