Harga Kebutuhan Pokok Mahal, Puisi tentang Sosial

Harga Kebutuhan Pokok Mahal, merupakan salah satu contoh untuk puisi tentang sosial yang dapat rekan semua baca di situs contohcerita.com ini. Puisi ini juga merupakan puisi yang sederhana.


Sama dengan lainnya, karya kita kali ini juga tidak terlepas dari proses belajar dalam membuat sebuah karya sastra. Menulis karya sastra seperti puisi dan cerpen tentu ada manfaatnya. Apalagi jika berbicara mengenai pesan yang ada di dalamnya. 

Karya sederhana berikut ini menyentuh semua tema yang dekat dalam kehidupan sehari-hari. Ya, kita tentu sering mendengar masalah fluktuasi harga pangan bukan? 

Apalagi di musim-musim tertentu, sering diberitakan masyarakat menengah ke bawah banyak yang kesulitan memenuhi kebutuhan pokok dikarenakan adanya lonjakan harga. 

Tentu hal itu menjadi salah satu topik yang juga layak untuk dicermati. Seperti apakah puisi kita kali ini, mari kita baca terlebih dahulu. 

Harga Kebutuhan Pokok Mahal
Puisi tentang Sosial oleh Irma 

Ah, tahun ini sama 
Seperti yang sudah ada 
Akan sulit biasa 
Melilit menghimpit kita 

Pesta besar pemain kakap 
Mendulang meraup nikmat 
Berlipat yang didapat 
Imbas permintaan sesaat 

Kabar duka masyarakat 
Dompet terkurat 
Kantong jebol 
Bukan naik, meroket 

Saling menginjak demi perut 
Mengais tak peduli 
Berhimpit tak terperi 
Berburu kebutuhan hidup 

Beras gula sama 
Telur daging jua 
Semua ganti harganya 
Mahal merata 

Puisi di atas terdiri dari 5 bait yang pendek-pendek. Setiap baitnya terdiri dari empat larik yang mana memiliki satu kesatuan antara bait yang satu dengan yang lainnya. 

Secara keseluruhan masing – masing bait tersebut membentuk satu tema khusus yang patut dicermati. Tema yang diusung adalah tema sosial yang ada di masyarakat. Yaitu mengenai kebutuhan hidup sehari-hari. 

“Bukan naik, tetapi meroket”, penggalan bait tersebut menggambarkan sebuah kenaikan harga yang begitu tajam dan mungkin bisa dikatakan tidak normal. 

Ada satu larik pada bait terakhir yang memberikan penekanan terhadap keadaan tersebut. Larik tersebut yaitu “Semua ganti harganya”. 

Larik tersebut seolah ingin melukiskan dan menggambarkan kenaikan harga yang begitu tinggi dan tidak masuk akal sehingga tidak digunakan lagi istilah “harga naik” tetapi “ganti harga”. 

Isi puisi di atas juga menggambarkan penderitaan masyarakat kurang mampu yang merasakan imbas langsung pada perubahan harga tersebut. 

Ada nuansa kesusahan yang dalam yang seolah ingin digambarkan penulis dalam karya puisi tema sosial tersebut. Ya, mudah-mudahan bisa jadi pelajaran bagi kita semua.

Back To Top