Aku Anak Orang Tak Punya - Ia belum mengerti bahwa menjadi anak orang tak punya memiliki banyak keterbatasan. Danang duduk bersimpuh di tumpukan pasir sisa pembuatan gorong-gorong di depan rumah.
Tangannya bergerak lincah, jarinya menari memainkan tumpukan pasir di depannya. Kedua tangannya meraih pasir dan menggenggamnya kuat-kuat, membentuk sebuah bongkahan kecil mirip batu. Ia lalu meletakkannya di sisi kiri.
Lagi, kedua tangannya mengulangnya beberapa kali. Disela-sela jemarinya yang sibuk, sesekali ia lengan tangannya ke hidung menyapu cairan kental dari lubang hidungnya yang hampir sampai di bibir.
Bajunya yang berwarna putih hitam tampak lusuh berubah menjadi coklat dengan kerutan dimana-mana.
Tampak beberapa lubang menganga di celana pendek yang dikenakan. Dibagian lutut – di atas sedikit – tampak sebagian kain di celananya telah hilang.
Rambutnya yang dipotong cepak tampak merah – rambut jagung. Dengan potongan rambut yang pendek, pipinya terlihat lebih cubi, lebih gembil tak seperti anak yang kurang gizi.
Tampak sama sekali taka da beban di matanya. Ia asyik memainkan apa yang ada di sekeliling rumah, disekitar halaman rumahnya yang terbuat dari bambu.
Selesai dengan bulatan-bulatan pasir di sisi kiri dan kanan, ia beranjak bangun. Mengambil beberapa potong dedaunan kuning yang terjatuh di halaman. Ia lalu meletakkan daun-daun kering itu di setiap bongkah pasir yang dibuat.
Entah apa yang ada dipikirannya kala itu. Selesai. Sejenak ia melihat sekeliling. Tiba-tiba ia berlari ke dekat jalan, dan berhenti.
Tampak sebuah kupu-kupu putih kecil terbang kesana kemari. Matanya mengikuti arah terbang makhluk indah itu.
Ia tertegun. Tiba-tiba tangannya dengan sigap mengibas ke arah sang kupu. Kupu itu pun kaget, terbang menjauh. Danang mencoba mengejar tapi terbangnya semakin tinggi.
Ia segera berhenti. Dadanya naik turun, nafasnya tersengal. Peluh mengalir membasahi wajahnya yang legam.
Permainannya belum usai. Ia membiarkan peluh membasahi tubuhnya, berlari menuju sesuatu di bawah selokan depan rumah.
Botol minuman bekas ia angkat dari dalam selokan. Ia segera keluar dari selokan dan menyapukan pandangan ke sekitar. Ia mencari botol bekas lain dan menemukan satu lagi dibawah pohon palem di depan rumah.
Danang berjalan sambil berdendang lagu “na… na… na…”, kembali ke tumpukan pasir yang dari tadi ia tinggalkan. Kali ini ia akan bermain pasir dengan botol bekas tersebut.
---oOo---