Kisah Asih yang Selalu Juara Lomba Senam Jari

Contohcerita.com: Kisah Asih yang Selalu Juara Lomba Senam Jari - cerita berikut ini tentang seseorang yang bernama Asih yang selalu saja menjadi juara dalam lomba senam jari. Ha, lomba senam jari, lomba apaan itu coba? Pasti penasaran ya dengan kisah yang ada dalam cerpen berikut. Silahkan dibaca langsung deh.

tangan memegang hp
Kisah Asih yang Selalu Saja Juara Lomba Senam Jari

Kompetisi sudah dimulai, dan saatnya orang orang terbaik di desaku adu ketangkasan dalam sebuah perlombaan alih teknologi melalui jari.

Pak lurah sedang mencari kandidat kandidat terbaik pemuda desa untuk membantunya mengerjakan semua kebutuhan administrasi di desa.

Ia mengatakan membutuhkan orang orang yang mau bekerja untuk membangun desa melalui tata administrasi yang baik di desa.

Maka dari itu pak lurah mengadakan lomba senam jari. Maksud dari lomba ini adalah adu ketangkasan dalam mengetik dan merekap surat - surat atau membuat surat - surat.

Dari beberapa lulusan SMA di seleksi untuk mendapatkan bibit bibit terbaik anak anak desa yang akan duduk sebagai sekretaris desa.

Munculah nama nama terbaik dari 20 kandidat, termasuk aku sendiri yang saat itu baru saja lulus dari SMA Negeri 1.

Aku memang seseorang yang cukup tangkas dalam urusan dengan computer, walau tidak menyombongkan diri aku termasuk anak yang cerdas.

Ku kira lawanku hanya asih yang saat itu sudah duduk di bangku kuliah semester 4. Akun tak merasa minder walau lawanku anak kuliah.

Dengan penuh semangat aku mengikuti lomba itu dan terpilihlah tiga orang yang akan maju lagi mengikuti lomba senam jari di kecamatan.

Untuk kemudian dipilih satu orang untuk menjadi seorang sekretaris desa menggantikan pak Pramudiya yang sebentar lagi pensiun.

Dengan penuh semangat aku terus mengikuti lomba itu hingga tingkat kecamatan. Terlalu sering aku kalah kala ini aku tak akan mau kalah lagi.

Aku memaksimalkan kekuatan dan daya kecerdasanku, namun apa daya akhirnya asihlah yang akhirnya menjadi pemenang lomba senam jari.

Tak kusangka kemampuannya memang luar biasa. Maklumlah dia sudah kuliah jadi kemampuanya jauh dari kemampuanku. (Gunarto)

Back To Top