Kisah Nenek Sakti Sang Penjual Aci Goreng yang Menggemparkan

Kemiskinan memang telah menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian orang. Kemiskinan membuat orang semakin tidak percaya diri dalam menjalani kehidupannya sehari hari. Terkadang itu jugalah yang membuat seorang nenek di desa Sumberharjo, Sidoarjo Jawa Timur harus mengadu nasib berjualan aci goreng buatan sendiri.

Foto: Ilustrasi

Nenek ini begitu tua dan renta. Di umurnya yang menginjak 83 tahun, ia masih saja mampu berjualan aci goreng ini dengan menempuh jarak sekitar 2 kilo meter perhari.

Ironis memang. Di lain sisi pemerintah sedang giat - giatnya membangun ekonomi kerakyatan namun nyatanya tak berefek keadilan sosial.

Pada saat ditanya oleh salah satu wartawan media online tentang berapa penghasilannya, nenek ini menjawab, penghasilannya tidak kurang dari lima belas ribu perhari.

Lalu rekan media itu bertanya lagi mengapa anak - anak nenek tidak ada yang membantu. Nenek itu langsung menjawab bahwa dia hanya mempunyai satu anak laki laki, tetapi sudah 2 tahun ia pergi ke kota dan sampai sekarang tidak ada kabar.

Beberapa kali rekan wartawan itu sempat mengikuti nenek itu berjualan aci goreng. Sempat ia lihat nenek itu sesekali berhenti berjalan dan beristirahat di pinggir jalan.

Rekan media online itu mengatakan bahwa maksud ia mengikuti dan mewawancarai nenek itu karena mereka sedang melakukan pelatihan jurnalistik. Tetapi kami anggap lucu karena pelatihan jurnalistik tetapi mengapa dia harus mengikuti nenek itu berjualan dan sesekali mengambil fotonya.

Nenek yang ia ikuti itu sendiri bernama Painem. Warga desa Sumberharjo di daerah Sidoarjo Jawa Timur yang kabarnya sangat miskin.

Belakangan ada yang membagikan foto - foto nenek itu ketika berjualan aci goreng untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Padahal suaminya sudah meninggal sekitar 13 tahun yang lalu. Ketika para jurnalis itu menemui beberapa tetangga dan mewawancarainya, banyak tetangga yang enggan menganggapi.

Ada yang berpendapat bahwa tetangga itu mengatakan nenek itu sangat sakti namun hidupnya sangatlah miskin. Bahkan terkadang tetangga yang memberinya makan karena aci gorengnya yang tidak laku dijualnya.sungguh tragis. (Gunarto)

Back To Top