Saat di Tingggal Pergi Kakek

Contohcerita.com, Cerita Kesedihan Saat di Tingggal Pergi Kakek - Pada tahun 2016 tepatnya pada bulan suci romadhon kemarin, kakek aku harus pergi untuk meninggalkan aku dan keluarganya untuk selama lamanya. Tepatnya hari kamis awal bulan suci romadhon kemarin.


Kakek aku meninggal pada siang hari sehabis solat duhur. Sebenarnya sebelum kakek meninggal itu sudah ada tanda bahwa sebentar lagi beliau akan pergi jauh. Namun keluarga tidak menyadari akan hal itu.

Tiga hari sebelum kematian kakek, aku ada kejadian aneh. Di situ waktu malam senin kakek aku mengadakan tasyakuran. Beliau mengundang tetangganya untuk yasinan di tempat kakek aku.
Waktu yasinan ada 3 orang yang menghadiri namun tidak di kenal oleh keluarga aku namun yang kenal hanya kakek aku saja. 

Setelah acara selesai semuanya sudah pulang namun ke 3 orang tersebut tidak pergi melainkan ngobrol dengan kakek aku sangat lama dan seperti saling mengenal dengan akrab.

Waktu kakek mengobrol dengan orang tersebut tingkah kakek aku sangatlah berbeda dengan biasanya. Ketika di tanya - tanya sama ke 3 orang tersebut tingkah laku kakek aku seperti anak kecil.

Beliau ditanya bukanya serius malah mainan sendiri. Setelah kurang lebih 1 jam ngobrol akhirnya tamu tersebut pamitan untuk pergi. Setelah mereka pergi nenek aku bertanya kepada kakek aku

“Tiga orang tadi siapa?”
“Tetangga jauh yang ngajak aku pergi, dan menyuruh untuk bersiap siap?”

Pas kejadian itu keluarga sempat berpikir mau pergi ke mana. Tapi tidak ada pikiran kalau kakek akan pergi untuk selamanya. Setelah kejadian itu hari - hari kakek aku seperti orang bingung dan enggak banyak bicara.

Beliau cuma mundar - mandir ke masjid dan ke ruangan pribadinya. Sebelum itu aku sama kakak ipar aku untuk menjaga dan mengawasi kakek aku sapa tahu ada apa apa. 

Jadi pas 3 hari aku dan kakak aku libur mengaji di pesantren di daerah aku dan keluarga yang lain semunya pada ke sawah.

Waktu itu malam kamis, aku melihat tengah malam kakek aku mengelus ngelus rambut nenek aku sambil menangis. Pas itu nenek aku dan aku tidur di depan tv.

Esoknya aku di suruh pulang oleh kakek aku entah kenapa aku langsung pulang. Kakak aku disuruh ngaji yang rajin tapi waktu itu nenek aku tidak ke sawah tapi di belakang rumah mengerjakan sesuatu.

Sebelum dzuhur sebelum meninggalnya kakek, aku dan kakak diberi doa untuk di amalkan setiap hari terkecuali malam sabtu saja. Katanya malam sabtu itu tidak cocok dengan doa itu maksudnya kurang bagus mungkin.

Setelah itu aku pergi untuk pulang dan kakak aku itu pergi untuk mengaji seperti biasa di pesantren.

Kira kira jam setengah tiga ayah aku mau kerja dia selalu mampir dulu ke rumah kakek. Tidak mendapat kabar bahwa kakek meninggal tapi ayah aku belum sampai rumah kakek.

Dia sudah kaget dengan keramaian dan ada tanda bendera kuning di depan rumah. Ayah langsung putar balik untuk memberi kabar keluarga lain karena rumah ayah aku dan kakek aku itu sudah beda desa.

Ketika itu aku masih tidur dan aku dibangunkan untuk segera ke rumah kakek karena kakek telah tiada. Aku tidak percaya karena tadi pagi aku saja masih ngobrol dan cerita tentang dulunya dia.

Aku melihat ibu aku menangis dengan bengor-bengor, teriak-teriak sekerasnya. Aku waktu itu tidak menangis dan seolah-olah aku tidak merasakan apa-apa. 

Pas sampai rumah kakek dan melihat kakek sudah berbaring dan dikerumuni banyak orang, baru air mata aku mulai keluar.

Aku tidak menyangka karena tadi pagi aku masih ngobrol bareng. Aku sampai enggak kuat lagi rasanya karena aku menangis terus. Hanya aku dan bibi aku yang menangis terus dan enggak berhenti-berhenti sama sekali air mata aku menetes.

Aku disuruh untuk memandikan kakek aku. Tapi aku tidak boleh sama orang - orang dan sama nenek aku karena aku masih saja menangis. 

Akhirnya digantikan sama ayah aku dan setelah itu disolatkan dan lalu di makamkan. Kakek aku di makamkan setelah magrib malam jum’at. 

Ketika itu umur kakek aku 92 tahun, sudah tua juga sih. Semoga kakek aku diterima amal ibadahnya oleh Alloh dan ditempatkan di tempat yang mulia yaitu surga amin amin amin yarobbal alamin.

---oOo---

Alat Pertukangan Kakek, Cerpen tentang Sekolah

Untuk rekan pelajar, cerpen tentang sekolah biasanya yang paling banyak di suka. Karena itu kali ini kita tambah koleksi yang ada dengan satu buah karya lagi yang berjudul "alat pertukangan".


Dengan ditambahkan kumpulan cerpen yang ada maka mudah-mudahan pengunjung yang mencari cerpen seputar dunia sekolah bisa lebih mudah menemukan yang diinginkan.

Dilihat dari judulnya, cerpen singkat tentang sekolah ini sepertinya tidak fokus pada kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kenyataannya memang begitu, cerpen ini mengisahkan bagaimana perjuangan seorang pelajar dalam belajar yang akhirnya mendapatkan kehormatan untuk menggunakan alat tukang milik kakek-nya.

Jelas bahwa sang kakek sudah tua dan tidak sanggup lagi bergelut dengan pekerjaannya. Kado yang diberikan tersebut merupakan simbol pemilihan generasi penerus yang akan melanjutkan bisnis milik kakek.

Nah, ceritanya dari sekian banyak cucu, ada satu cucu yang memiliki minat dan bakat dalam bidang yang dijalani sang kakek.

Itulah sebabnya ketika lulus sekolah sang kakek yang rencananya akan menjual peralatan tukang tersebut kemudian memberikannya kepada sang cucu sebagai hadiah. Bagaimana kisah selengkapnya mari kita baca cerpen murid sekolah di bawah ini.

Alat Pertukangan Kakek
Cerpen oleh Irma

Dari dua puluh cucu yang dimiliki tak ada satupun dari mereka yang mau meneruskan pekerjaan kakek, padahal tak satupun anaknya yang mewarisi bakat unik tersebut. Kakek adalah seorang pengusaha mebel yang menerima pesanan dari berbagai penjuru.

Di dunia mebel kakek sudah sangat terkenal, aku sendiri sering membuktikannya, ketimbang ayah yang seorang pengusaha hotel, kakek lebih terkenal dimana-mana. 

Namun usia kakek sekarang sudah tidak muda lagi, kakek sekarang hanya mengandalkan pegawai yang setia membantunya mengerjakan semua pesanan. 

Sementara anak-anaknya tidak ada yang membantu karena semua anaknya tinggal di luar kota, begitu juga dengan keluargaku.

Dari sekian banyak cucu, aku adalah satu-satunya cucu yang sering berkunjung ke rumah kakek. Hampir setiap liburan aku selalu menghabiskan waktu di rumah kakek. 

Aku sendiri memang sangat senang dan nyaman dengan suasana desa yang asri. Liburan kali ini pun aku berniat ke rumah kakek.

“Yah, liburan ini aku di rumah kakek ya?”
“Iya, apa kamu tidak bosan disana terus…..?”
“Tidak yah, aku senang, lagian kasihan juga kakek tidak ada yang menemani…”
“Ya sudah… besok ayah antar”

Benar, ke esokan harinya aku diantar ke rumah kakek, disana ternyata kakek dan nenek sudah menungguku di depan rumah. Mereka tampak senang sekali aku datang. 

Belum ku letakkan tas dan pakaianku kakek dan nenek sudah mengajakku makan, dia sudah menyiapkan banyak sekali makanan.

“Hayo kita makan dulu, kalian pasti lapar setelah perjalanan jauh…”
“Iya, nenek sudah siapkan banyak makanan kesukaan kalian”
“Oh, iya bagaimana kabar ibumu nak, adikmu juga, sehat semua kan?”

Begitulah satu pertanyaan belum dijawab kakek dan nenek seolah berebut mengajukan pertanyaan. Akhirnya, setelah istirahat sore harinya ayah pulang dan meninggalkanku di tempat kakek.

Kakek dan nenek telah menyiapkan kamar khusus buatku, kamarnya begitu besar penuh dengan ukiran kayu jati. Aku benar-benar senang dan nyaman di kamar itu. 

Hari-hariku di rumah kakek hanya bermain, sesekali aku diajak kakek untuk melihat orang-orang mengerjakan mebel pesanan. Sampai akhirnya pada suatu sore aku berbincang bertiga dengan kakek dan nenek…

“Kek, banyak juga ya yang pesan mebel disini?”
“Iya nak, tapi entah sampai kapan…”
“Lo, kenapa memang?”
“Iya, kakekmu kan sudah tua, jadi tidak mungkin bisa mengurus mebel terus, sementara tidak ada yang menggantikan kakek…”
“Kan ada yang kerja nek?”

“Mereka kan tidak tahu apa-apa, tahu-nya mereka hanya buat saja…”
“Ya, benar, mungkin suatu saat alat pertukangan kakek akan kakek jual saja”
“Jangan kek, kan sayang…”
“Ya mau bagaimana lagi, siapa yang akan menggunakan alat tukang milik kakek itu?”
“Bagaimana kalau buat aku saja?”
“He he he… kamu kan masih sekolah?”
“Satu tahun lagi aku masuk perguruan tinggi kek, aku pasti bisa membantu kakek”

Mendengar aku yang bersemangat kakek dan nenek hanya tersenyum, apalagi ketika aku mengatakan meminta alat pertukangan kakek dengan cuma-cuma.

Begitulah kedekatan aku dengan kakek dan nenek begitu membuat aku bahagia. Kakek dan nenek pun begitu senang dengan adanya aku. Tapi waktu cepat berlalu, liburan telah usai dan aku harus pulang. Dengan berat hati kakek melepas ku pergi.

Satu tahun berlalu, karena kesibukan aku tidak sempat mengunjungi kakek. Dan seperti biasa ketika liburan tiba aku berencana untuk berlibur di tempat kakek. Tapi kali ini beda…
“Yah, besok antar ke tempat kakek ya….”
“Tidak usah, liburan ini kamu di rumah saja…”
“Duh ayah, aku kangen sudah lama tidak bertemu kakek dan nenek…”
“Iya, jangan bandel, liburan ini di rumah!”

Aku heran ayah menjawab aku dengan ketus. Aku pun merasa kecewa karena ayah tidak mengijinkan ku pergi ke rumah kakek. “Bu, kenapa ayah tidak mengizinkan aku ke rumah kakek?”, ucapku pada ibu. 

“Tidak apa-apa nak, mungkin ayah punya maksud lain atau ada tujuan lain, percaya saja sama ayah”, jawab ibu sambil terus melanjutkan pekerjaannya di dapur. 

“Ibu ada acara apa sih, tumben sepertinya banyak benar yang dimasak?”, tanyaku. “Ya tidak ada acara apa-apa, hanya bikin makanan untuk kalian saja kok”, jawab ibu.

Benar saja yang dikatakan ibu, belum satu hari, sore harinya kami kedatangan tamu istimewa. Ternyata kakek datang berkunjung ke rumahku. Tentu saja aku sangat senang karena kakek datang.

“Kakek, nenek…. Kakek dan nenek yang lama ya disini….”, ucapku sambil memeluk mereka
“Tidak nak, kakek dan nenek tidak lama disini”, jawab mereka
“Kakek….” Ucapku merengek

“Iya, kakek dan nenek hanya mau memberi ucapan selamat atas kelulusanmu, sekaligus kakek akan memberikan kado buat kamu”, lanjut kakek
“Asyik, kado apa kek..?” tanyaku tak sabar.
“Alat pertukangan kakek, heehe hee….” Lanjut kakek sembari tertawa.

Itu adalah hari terindah dimana aku mendapatkan selamat dari kakek dan nenek. Dan istimewanya kakek dan nenek datang jauh-jauh hanya untuk memberikan ucapan selamat kepadaku karena sudah lulus dan mendapat nilai yang bagus.

--- Tamat ---

Cerita Cerpen Lucu, Kakek dan Sahabat Sejati

Cerita lucu adalah karya yang cukup banyak digemari oleh pembaca. Salah satunya yang mengambil tema seputar kehidupan keluarga baik orang tua, anak atau bahkan kakek dan nenek. Banyaknya pembaca yang terus mengharapkan kisah-kisah yang segar membuat kami juga bersemangat untuk menyajikan terus cerpen terbaru lainnya.


Pada tema hari ini kita akan mengambil satu buah judul yang sederhana, menarik namun mengandung rahasia yang membuat penasaran. Judul cerpen tersebut yaitu “kakek dan sahabat sejatinya”. Entah mengapa ketika membaca judulnya saja kami sendiri sudah ingin tertawa.

Coba anda bayangkan, seorang kakek yang sudah tua renta dan mungkin sudah bau tanah masih memiliki teman sejati, jadi penasaran bukan siapa atau apa teman sejati sikakek tersebut.

Apakah teman sejati yang dimaksud dalam judul artinya sama dengan arti umumnya atau apakah kata “teman sejati” tersebut hanya istilah untuk menyebutkan sesuatu hal yang sangat berarti dalam hidup sang kakek?

Itulah salah satu keunikan dari cerpen lucu tersebut. Belum lagi jika kita lihat nanti bagaimana cerita yang akan diberikan penulis. Semakin penasaran saja jadinya. Tapi sebelum kita lihat bagaimana kisahnya lebih baik kita cek juga beberapa judul lain berikut!

2) Cerpen lucu pendek
3) Cerpen lucu panjang
4) Kumpulan cerpen lucu
5) Cerpen lucu bergambar

Itu tadi beberapa kategori yang sering dicari dan disukai oleh banyak pembaca. Mudah-mudahan kita bisa menghadirkan semua jenis tema cerita yang ada di atas. Sekarang kita nikmati bagaimana kocak, lucu dan ngakak-nya kisah dalam cerpen berikut!

Kakek dan Sahabat Sejati
Cerita Cerpen Lucu

Marta adalah seorang kakek yang sangat tidak beruntung dalam hidup. Kesuksesan dalam membesarkan anak-anaknya yang sampai sepuluh biji itu justru membuatnya menghabiskan sisa umurnya berteman dengan seorang anjing -  anjing pudel yang ia beli sendiri di toko hewan ketika istrinya masih hidup.

Ke-sepuluh anak-nya itu sudah sukses semua, ada yang jadi tentara, dokter, guru, pejabat istana bahkan banyak yang berkiprah di dunia internasional. 

Namun sayang, dari sekian banyak anak tak satu pun yang bisa diharapkan Marta untuk menemani dan mengisi hari-hari bersamanya.

“Beginilah yang namanya orang tua, waktu lahir sendiri dan waktu mati pun akan sendiri”, ucap Marta pada sang Pudel. 

Marta yang anak-anaknya orang penting semua memang menyedihkan. Ia hanya tinggal bersama Pudel dan ada seorang pembantu wanita setengah baya yang menyiapkan kebutuhan sehari-hari.

Marta dan pembantunya jarang bertegur sapa karena memang Ipah pembantunya itu tidak tinggal bersama Marta melainkan hanya kerja berangkat pagi pulang sore. Jadi hanya Pudel yang sehari-hari menemani Marta.

Tinggal sendiri dengan penglihatan yang sudah tidak bisa lepas dari kaca mata, Marta menjadi sangat tergantung pada tiga benda; tongkat, kaca mata dan Pudel. 

Untuk sekedar olahraga pagi pun ia harus membawa Pudel. Pernah, suatu pagi ada kejadian yang dialami Marta dan Pudel yang membuat salah satu tetangganya merasa begitu kasihan padanya.

Kala itu, suatu pagi Marta berjalan – jalan dengan Pudel. Mereka menyusuri taman, Marta menggunakan tongkat, memakai kaca mata dan memegang tali anjing-nya. Pudel sendiri dengan patuh mengikuti kemana arah tuannya pergi.

Sedang asyik mereka berjalan tiba-tiba Marta menginjak sebuah batu yang lumayan besar dan terjatuh. Kaca mata yang dipakai terlepas, ia tidak bisa melihat. Ia lalu menunduk mencari kaca matanya sambil tetap memegang tali.

“Hei…tunggu Pudel, bantu aku cari kaca mataku…!”, ucapnya sambil menarik tali anjingnya. Ia menunduk dan meraba-raba di sekitar. 

Hanya batu kecil yang ia dapatkan, sedang serius tiba tiba Pudel mengangkat salah satu dari kaki belakangnya dan mengencingi tangan Marta.

Marta kaget, setengah marah, karena tidak memakai kaca mata maka ia hanya membungkuk dan menepuk-nepuk kepala Pudel. Saat itu, ada satu tetangga yang tidak sengaja melihat kejadian tersebut.

Ia yang melihat adegan itu dari awal menjadi heran. Ia datang mendekati si Marta dan Pudel-nya seraya bertanya “Anjing itu telah mengencingimu, tapi kenapa kau justru hanya menepuk-nepuk kepalanya kek?”, ucapnya dengan heran.

“Iya lah…, aku harus raba dulu di mana kepalanya, agar aku bisa menendang pantatnya!”, ucap Marta kesal karena belum menemukan kaca mata miliknya.

Sesaat kemudian ia pun berkata bahwa kaca matanya terjatuh dan meminta orang tersebut untuk membantunya mencari. Akhirnya, Marta pun mendapatkan kaca matanya kembali dan memarahi Pudel yang berlaku tidak sopan.

Betapapun ia tidak suka dengan kelakuan Pudel tetapi Marta tetap menyayangi anjingnya itu. “Meski aku sangat menyayangi kamu tapi kamu tetap harus sopan Pudel!”, ucapnya pada Pudel.

Seolah mengerti yang diucapkan Marta, Pudel tertunduk dan bergelayut di kaki majikannya. “Ya sudah, kita pulang saja…” ucap Marta setelah itu.

Pudel bukan hanya menjadi peliharaan, ia juga menjadi cucu, anak, sekaligus pasangan hidup Marta. Tanpa Pudel, Marta seperti harimau tanpa taring, tak berdaya. 

Jika tidak ada Pudel mungkin Marta sudah lama sekarat dan terbaring di kasur. Tapi, untungnya Pudel seolah tahu benar bahwa Marta begitu membutuhkannya.

Mereka berdua sudah seperti sahabat sejati, dimana ada Pudel pasti ada Marta, begitu pun sebaliknya. Marta sangat sayang pada Pudel, ia tak segan memperlakukan ia layaknya manusia, bahkan ia sering membelikan berbagai hal yang menurutnya bagus untuk sang anjing tersebut.

Suatu hari, ia berniat memberikan kejutan untuk sang anjing, ia ingin membelikan Pudel sebuah sweeter agar terlihat lebih keren. Ia pun datang ke salah satu toko perlengkapan hewan.

“Aku mau mencari sweeter untuk anjing kesayanganku”, ucap Marta
“Ukurannya berapa Kek?”, jawab penjual itu dengan ramah
“Waduh, maaf Non, aku kurang tahu…”, jawab Marta lagi

“Lalu, bagaimana kalau nanti kebesaran atau kekecilan Kek, sekarang kakek bawa saja anjing itu kesini…”, sang penjual pun meminta Marta untuk mengambil anjingnya.

“Tidak bisa dong Non…”, ucapnya dengan raut wajah sangat serius
“Kenapa tidak bisa kek?”, ucap penjual heran
“Enggak bisa Non... Aku kan mau ngasih surprise buat dia!!”, ucap Marta lagi

Mendengar ucapan Marta tadi sontak sang penjual tersebut langsung kecut, ia kesal bercampur heran dan geli melihat Marta. 

Sambil mengatupkan kedua rahangnya dengan kuat agar ia tidak tertawa, akhirnya sang penjual pun tetap memilihkan satu sweeter yang sesuai keinginan Marta.

“Apapun akan aku berikan untukmu Pudel, engkau adalah teman sejati melebihi istriku yang telah kejam mendahului aku”, Marta pun pulang dengan wajah berseri dan memberikan sweeter itu kepada Pudel.

--- oOo ---

Kisah Seorang Nenek Terkunci di Kamar Mandi Selama 3 Minggu

Ada kisah cerita menyedihkan yang dialami oleh seorang nenek di Perancis. Ia mengalami hal yang sangat buruk dalam hidupnya. Terjebak di dalam kamar mandi selama berminggu-minggu, bagaimana rasanya coba?


Mengerikan juga ya? Bagaimana bisa sampai begitu lama terjebak di kamar mandi seperti itu ya? Malang benar nasib si nenek itu.

Singkat cerita, sang nenek tiba-tiba harus mendekam di kamar mandi karena pintunya terkunci. Saat itu ia berada di kamar mandi dan pintu kamar mandi tiba-tiba terkunci sendiri dari luar.

Mendapati pintu yang terkunci, sang nenek tentu tidak tinggal diam. Ia mencoba minta tolong dengan membuat suara gaduh dari dalam kamar mandi tersebut. Sayangnya, para tetangganya tidak menyadari hal itu.

Mereka yang mendengar kegaduhan mengira bahwa suara gaduh itu berasal dari aktivitas berbaikan dan perawatan apartemen. Terpaksa, sampai berminggu-minggu sang nenek harus bertahan hidup dengan air kran dari kamar mandi.

Kejadian malang tersebut terjadi di sebuah apartemen di Essone di dekat Paris. Nenek yang berusia 69 tahun tersebut akhirnya terjebak sampai 3 minggu baru ia bisa mendapat pertolongan.

Ketika petugas polisi mendobrak kamar mandi tersebut, sang nenek sudah dalam keadaan yang cukup lemah. Untung saja, masih untung si nenek bisa segra dikeluarkan dari sana.

Kalau dilihat dari ceritanya, mungkin sang nenek tinggal sendiri ya di tempat itu sehingga tidak ada yang tahu? Ya, jadi pembelajaran dan peringatan bagi semua nenek. Semoga saja tidak pernah ada lagi kejadian-kejadian sial seperti itu.

Kisah Nenek Sakti Sang Penjual Aci Goreng yang Menggemparkan

Kemiskinan memang telah menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian orang. Kemiskinan membuat orang semakin tidak percaya diri dalam menjalani kehidupannya sehari hari. Terkadang itu jugalah yang membuat seorang nenek di desa Sumberharjo, Sidoarjo Jawa Timur harus mengadu nasib berjualan aci goreng buatan sendiri.

Foto: Ilustrasi

Nenek ini begitu tua dan renta. Di umurnya yang menginjak 83 tahun, ia masih saja mampu berjualan aci goreng ini dengan menempuh jarak sekitar 2 kilo meter perhari.

Ironis memang. Di lain sisi pemerintah sedang giat - giatnya membangun ekonomi kerakyatan namun nyatanya tak berefek keadilan sosial.

Pada saat ditanya oleh salah satu wartawan media online tentang berapa penghasilannya, nenek ini menjawab, penghasilannya tidak kurang dari lima belas ribu perhari.

Lalu rekan media itu bertanya lagi mengapa anak - anak nenek tidak ada yang membantu. Nenek itu langsung menjawab bahwa dia hanya mempunyai satu anak laki laki, tetapi sudah 2 tahun ia pergi ke kota dan sampai sekarang tidak ada kabar.

Beberapa kali rekan wartawan itu sempat mengikuti nenek itu berjualan aci goreng. Sempat ia lihat nenek itu sesekali berhenti berjalan dan beristirahat di pinggir jalan.

Rekan media online itu mengatakan bahwa maksud ia mengikuti dan mewawancarai nenek itu karena mereka sedang melakukan pelatihan jurnalistik. Tetapi kami anggap lucu karena pelatihan jurnalistik tetapi mengapa dia harus mengikuti nenek itu berjualan dan sesekali mengambil fotonya.

Nenek yang ia ikuti itu sendiri bernama Painem. Warga desa Sumberharjo di daerah Sidoarjo Jawa Timur yang kabarnya sangat miskin.

Belakangan ada yang membagikan foto - foto nenek itu ketika berjualan aci goreng untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Padahal suaminya sudah meninggal sekitar 13 tahun yang lalu. Ketika para jurnalis itu menemui beberapa tetangga dan mewawancarainya, banyak tetangga yang enggan menganggapi.

Ada yang berpendapat bahwa tetangga itu mengatakan nenek itu sangat sakti namun hidupnya sangatlah miskin. Bahkan terkadang tetangga yang memberinya makan karena aci gorengnya yang tidak laku dijualnya.sungguh tragis. (Gunarto)
Back To Top