Cerita Legenda Banyuwangi dan Pesan Moralnya

Cerita Legenda Banyuwangi dan Pesan Moralnya – ada banyak legenda dan cerita rakyat menarik yang ada di nusantara. Salah satunya adalah cerita legenda yang akan segera kita bahas kali ini. Pembahasan kali ini khusus disiapkan untuk pembaca semua yang ingin belajar dari berbagai nilai – nilai moral yang ada pada sebuah kisah turun temurun.

Banyuwangi sendiri adalah daerah di Jawa yang terkenal dengan legenda asal muasal daerah banyuwangi. Asal muasal legenda banyu wangi ini telah menjadi cerita rakyat tidak terbantahkan oleh rakyat Jawa khususnya.

Hingga saat inipun masih banyak keturunan Jawa tulen yang masih mengetahui cerita asal muasal Banyuwangi yang penuh keanehan tersebut. 

Dengan cerita dan pesan moralnya ini kita tidak hanya untuk belajar sejarah semata tetapi pesan moral yang terkandung di dalam cerita ini yang begitu berharga untuk kita terapkan guna mewujudkan hubungan sesama manusia dengan baik.

Karena hubungan antara sesama umat manusia yang baik adalah tujuan dari pada manusia itu sendiri yang merupakan mahluk sosial. 

Cerita ini berjudul ”Legenda Banyuwangi”, yang ceritanya berlatar belangkangkan suasana pada jama kerajaan.

Cerita ini cukup menarik karena pada jaman kerajaan tentu kita masih sangat mudah menemukan keanehan-keanehan yang berhubungan dengan dunia metafisika. 

Tetapi keanehan tersebut hanyalah sebagai media pelajar terpentingnya adalah pesan moral yang terkandung di dalam cerita ini.

Cerita ini sendiri menceritakan tentang seorang raden Banterang salah seorang putra raja yang pada suatu ketika sedang berburu di tengah hutan. 

Di tengah hutan dia melihat seorang wanita cantik yang sedang dalam pengejaran musuh perang. Karena raden Banterang merasa iba dengan gadis tersebut dia membawannya pulang ke istana. 

Setelah beberapa waktu ada cinta yang tumbuh antara keduannya dan akhirnya mereka menikah. Namun keharmonisan keluarganya tidak lama karena datangnya seorang pengemis yang mengadu domba mereka bedua.

Pengemis itu mengatakan bahwa Surati istrinya hendak membunuh tuan banterang itu berdasarkan bukti ikat kepala milik laki-laki lain yang ada di bawah bantalnya. 

Hingga adu domba tersebut membuat Raden Banterang hendak membunuh Surati setelah tidak percaya dengan keterangan dari Surati.

Namun untuk menyakinkan Raden Banterang, Surati mengatakan dia akan masuk ke dalam air sungai yang ada di sampingnya. 

Bila air sungai itu berubah keruh maka benar dia berbohong, bila air sungai jernih dan wangi maka dia tidak berbohong. Akhirnya Surati masuk ke dalam sungai yang begitu dalam tersebut.

Sementara Raden Banterang pergi, setelah beberapa waktu tercium bau wangi dari sungai dan air sungai berubah menjadi jernih. 

Raden Banterang begitu menyesal dan kini nasi sudah menjadi bubur dan tidak akan bisa menjadi nasi lagi.  
Pesan moral yang bisa diambil dari cerita ini adalah terkadang kepercayaan kita kepada orang terdekat kita bisa hilang dalam sekejab karena pengaruh dari orang lain. 

Untuk itu jangan terlalu percaya dengan orang lain yang mengatakan tentang orang terdekat kita, karena kita lebih tahu dari pada mereka dan mereka hanya satu kali bertemu kita.

Janganlah langsung percaya dengan orang lain terutama berhubungan dengan permasalahan yang akan memecahbelahkan hubungan anda dengan orang terdekat anda. 

Sekalipun tuduhan itu disertai dengan sedikit bukti, ada baiknya kita juga ikut menyelidiki kebenaran apa yang menjadi maksud dari tuduhan orang lain kepada orang terdekat kita.

Cerita ini cukup menarik karena berkaitan dengan cara menjalani hubungan yang baik serta kemungkinan-kemungkinan yang akan membuat hubungan tersebut hancur. Saya rasa cerita ini sangat efektif untuk dijadikan pelajaran untuk kita semua.

Anda masih bisa menemui banyak macam cerita dengan tema dan pesan moral yang berbeda di dalam situs ini. 

Ada banyak judul di dalam situs ini, dan anda bisa dengan leluasa memilih salah satu dari cerita tersebut atau membaca semua cerita yang ada di situs ini. Dan setiap judul mengandung nilai-nilai kebaikan berupa pesan moral.

Back To Top