Sahabat dan Cinta - Double date merupakan salah satu hal yang sudah sangat
sering dilakukan oleh pasangan remaja. Termasuk diriku. Yah.. hari ini aku melakukan
double date bersama Andre, Rendi dan juga Putri. Andre adalah sahabatku sejak
lahir.
Sejak kecil kami sudah tumbuh bersama. Dari mulai sd sampai
sma kami selalu berada disekolah yang sama. Saat kuliah pun kami berada
dikampus yang sama, hanya saja beda jurusan.
Aku mengambil jurusan pendidikan biologi sedangkan dia
mengambil jurusan sastra. Meskipun begitu kami tetap sering bersama karena
rumah kami berdekatan. Dia punya seorang pacar, namanya Putri.
Yaaah, ku rasa mereka adalah pasangan yang sangat serasi.
Andre seorang pria berperawakan tinggi dan tampan. Wajahnya tirus dan
senyumannya sangat lah manis.
Sedangkan Putri adalah seorang gadis langsing bertubuh
tinggi. Dia cerdas dan juga supel. Hanya satu yang ku rasa merupakan sebuah
kekurangan dari Putri.
Yah, dada Putri sangatlah rata. Haha aku sering tertawa geli
ketika mendengar Andre bercerita soal ini. Tapi meski begitu kurasa mereka
adalah pasangan yang ideal dan serasi.
Sedangkan aku, yah aku sangat jauh dari kata istimewa.
Tubuhku mungil dan kulitku tidak terlalu putih. Rambut pendek hanya sebahu. Aku
selalu memakai pakaian yang casual dan tak jarang teman-teman ku berkata kalau
aku ini gadis tomboy.
Yaaah, however, aku juga merupakan salah satu gadis paling
beruntung di dunia. Dengan diriku yang seadanya ini, aku bisa memiliki seorang
kekasih yang tampan dan juga baik.
Namanya Rendi. Dia adalah pria tajir dengan otak yang
cerdas. Wajahnya tampan dan kulitnya juga putih. Ketika tersenyum, dia selalu
menunjukan lesung di pipinya. Dan aku sangat suka melihat dia tersenyum.
Awal kisah pertemuan kami cukup romantis jika kuingat-ingat.
Hampir mirip dengan kisah-kisah di FTV atau di Novel-novel. Saat itu aku sedang
berjalan membawa buku ke arah perpustakaan, lalu tanpa sengaja aku bertabrakan
dengan Rendi.
Alhasil buku ku pun jatuh berserakan ke lantai. Dan ketika
aku berusaha mengambil bukunya, tiba-tiba saja tangan Rendi yang hendak
membantu ku mengambil buku malah meraih tanganku.
Seolah sudah diatur, aku dan Rendi beradu mata untuk waktu
yang cukup lama. Kami berdua tersenyum manis dan dia meminta maaf. Setelah itu
dia mengajakku masuk ke dalam perpus dan kami mengobrol berdua.
Dia meminta nomerku dan seketika kami pun menjadi akrab.
Sampai akhirnya dia menyatakan cintanya padaku di perkenalan kami yang ke tiga
bulan. Aku pun langsung menerimanya. Wanita mana yang mau menolak pria
seganteng dia.
“Kamu sama Andre yang beli pesen cemilan ya sayang.” Ucap
Rendi padaku. Yaaah memang jika masalah cemilan aku dan Andre lah yang paling
ribut ketika menonton.
“Iya sayang.” Ucapku sambil tersenyum manis padanya.
Aku pun langsung berjalan bersama Andre menuju tempat
antrian membeli popcorn. Sementara Rendi dan Putri pergi masuk duluan ke dalam
bioskop.
“Kamu kapan nikah?” Tanya Andre tiba-tiba padaku saat kami
sedang antre. Ucapan Andre membuat sedikit kaget. Aneh sekali anak ini. Tidak
biasanya dia menanyakan hal semacam ini.
“Haha lo aneh banget si nanya nya. Kesambet lo ya?” ucapku
sambil terkekeh.
“Seriusan geh, lagian lo kan udah lama pacaran sama Rendi?
udah tua juga haha.” Ucapnya sambil tertawa lebar. Tanpa berpikir panjang
langsung ku cubit kuat lengannya.
“Aaaww.. sakitt..” ucapnya.
“Bodo.” Jawabku ketus. Tapi kalau ku pikir-pikir ada
benarnya juga ucapan Andre. Aku sudah berumur 24 tahun, sudah seharusnya aku
menikah.
Aku dan Rendi juga sudah menjalin hubungan selama lebih dari
dua tahun. Yaah sepertinya memang sudah saat yang tepat bagi kami untuk
menikah. Tapi Rendi juga tak kunjung melamarku. Ah sudahlah biarkan saja
semuanya mengalir.
Setelah selesai memesan cemilan dan popcorn, aku dan Andre
langsung masuk ke dalam bioskop menghampiri Putri dan Rendi. Mereka tampak
tertawa bahagia saat kami datang.
Aku mulai merasa ada yang aneh. Karena selama pacaran dengan
Rendi, aku tak pernah melihatnya tertawa sebahagia ini sebelumnya. Saat bersama
ku dia hanya tersenyum-tersenyum saja. Jarang sekali dia tertawa.
Malam ini kami menonton film romance. Rendi dan Putri tampak
begitu menikmatinya, tapi tidak dengan aku dan Andre. Kulihat Andre sedari tadi
sibuk dengan smartphonenya. Yaah, sudah bisa ku tebak. Dia pasti sedang bermain
game.
Sementara aku, aku palah sibuk dengan pikiranku sendiri. Aku
teringat kata-kata Andre saat sedang membeli popcorn tadi. Entah kenapa rasanya
seperti ada sesuatu yang mengganjal. Ingin juga rasanya aku meminta Rendi
melamarku tapi.
Kurasa aku belum punya cukup keberanian untuk mengatakannya.
Terlebih saat ini hubunganku sedang tidak baik dengan Rendi.
Tanpa terasa film yang kami tonton sudah selesai. Rendi
tampak berkaca-kaca usai menonton film itu. Sementara Putri matanya sudah
sembab karena dia menangis selama menonton film tadi.
Tapi, aku dan Andre malah justru sebaliknya. Kami berdua
malah tampak mengantuk begitu keluar dari gedung bioskop tadi.
Setelah selesai menonton, seperti biasa kami berempat akan
makan di restoran. Yaah, tidak terlalu mewah, tapi cukup romantis untuk orang
yang sedang pacaran.
Selama kami duduk, Rendi dan Putri sibuk membicarakan film
yang di tonton tadi di bioskop, sementara aku dan Andre malah sibuk dengan
santapan di depan kami.
Setelah selesai makan, Rendi dan Putri memilih pulang
duluan, sementara aku dan Andre di tinggal berdua karena kami merasa masih
lapar.
“Ndre, lo ngerasa ada yang aneh engga si?” ucapku sambil
menaruh gelas minumanku.
“Aneh gimana?” ucap Andre dengan mulut yang masih penuh
dengan makanan.
“Ya itu, kayaknya ada yang beda deh sama mereka berdua.”
Ucapku serius.
“Rendi sama Putri?” Ucap Andre berusaha menebak. Aku hanya
mengangguk mendengar ucapannya.
“Biarin aja lah. Lagian, mana mau Putri sama Rendi.
Jelas-jelas gantengan gue hehe.” Ucap Andre terkekeh. Aku hanya melengos
mendengar ucapan Andre.
Tapi ada benarnya juga si. Andre memang tampak jauh lebih
tampan dibandingkan Rendi. Ah sudahlah aku berusaha untuk tidak memikirkannya.
Siang itu aku dan Andre sedang duduk bersama di rumahku.
Yaah, kami memang tetangga, jadi dia sering kerumah ku hanya untuk sekedar main
game atau mengisi waktu kosongnya saja.
Tapi kali ini dia tampak sibuk dengan Novelnya. Sedari tadi
dia mengajakku berbicara dan memberi tanggapan pada Novelnya itu. Tapi, aku hanya menanggapi
ceritanya itu seadanya saja.
Jujur, aku masih sangat penasaran mengenai hubungan Rendi
dan Putri. Sudah satu minggu lebih aku dan Rendi tidak saling bertemu. Ini
benar-benar berbeda dari biasanya.
Rasa penasaranku bertambah ketika melihat Rendi dan Putri
tampak dekat. Seolah tau isi pikiranku, Andre tiba-tiba langsung menarik
tanganku dan memasukanku ke dalam mobilnya. “lo nyebelin kalo lagi kaya gini.”
Itulah kalimat yang diucapkan Andre sebelum membawa ku masuk ke dalam mobilnya.
Aku dan Andre pun langsung berangkat menuju rumah Rendi.
Namun betapa remuknya perasaanku ketika sesaat sebelum kami sampai didepan
gerbang rumah Rendi, aku melihat Rendi dan Putri turun dari taksi.
Setelah itu mereka bergandengan tangan dan berciuman. Saat
itu juga air mataku menetes sederas-derasnya. Tidak kusangka kekasih yang sudah
menjalin hubungan denganku selama lebih dari dua tahun tega berselingkuh dengan
pacar sahabatku sendiri.
Apa yang aku rasakan sepertinya sangat berbeda dengan Andre.
Saat aku menangis tersedu-sedu, dia justru malah biasa saja. Satu hal yang
membuat dia panik hanyalah tangis ku yang semakin menjadi-jadi. Sampai akhirnya
pun dia memberikan pelukannya untukku.
Yaah, meskipun saat itu hatiku hancur, setidaknya aku bisa
merasakan pelukan dari Andre. Pelukan hangat dari seorang sahabat yang sejak
kecil sudah bersamaku. Aku bahagia memiliki sahabat seperti Andre.
---oOo---