Cerita Pengalaman Hanya Jadi Sahabat Karib - Hari ini langit tampak lebih biru dari biasanya. Entah apa yang akan
terjadi nanti, aku tidak terlalu peduli. Aku hanya bisa berharap aka nada
pangeran tampan yang akan jatuh cinta padaku. Hari ini adalah hari pertama aku
masuk ke sekolah baruku.
Aku pindah kesini dengan alasan ayah ku dipindah tugas. Tidak terlalu
masalah bagiku. Lagipula disekolahku yang lama, tidak terlalu banyak kenangan
yang aku ciptakan.
Kulihat jam ditanganku sudah menunjukan pukul 07:00 hanya butuh 15 menit
sebelum bel masuk berbunyi. Ku percepat langkahku agar aku bisa sampai ke
sekolah lebih awal dan bisa lebih menyesuaikan diri dengan kondisi sekolah.
Bel sekolah sudah berbunyi, dengan diantar oleh bu Mega, aku masuk ke
dalam kelas baruku. Diatas pintunya tertulis jelas XI IPA 2. Aku harap tidak
akan ada banyak masalah di kelas baru ku ini.
“Anak-anak, hari ini kalian punya teman baru. Silakan kenalkan dirimu.”
Ucap bu Mega. Sedikit gugup rasanya, tapi ini harus kulewati.
“Namaku Assyifa Azzahra Ramadhani. Umurku 15 tahun. Dan asalku dari
bandung. Ada yang ingin ditanyakan.”
Ucapku sedikit grogi.
Suasana kelas sedikit gaduh. Terutama karena banyak cowok-cowok yang tertawa. Entah karena mereka senang atas kedatanganku, atau mereka memang sedang ingin menertawakanku.
Suasana kelas sedikit gaduh. Terutama karena banyak cowok-cowok yang tertawa. Entah karena mereka senang atas kedatanganku, atau mereka memang sedang ingin menertawakanku.
“Sudah punya pacar belom?” tiba-tiba seorang cowok dari bangku belakang
bertanya padaku. Apa-apan maksudnya, kenapa pertanyaan semacam itu harus
dilontarkan.
"Ini adalah kelas, dasar gila" gumamku dalam hati. Untung semua anak-anak tertawa mendengar pertanyaan itu. Jadi aku tidak harus menjawab pertanyaan konyol macam itu.
"Ini adalah kelas, dasar gila" gumamku dalam hati. Untung semua anak-anak tertawa mendengar pertanyaan itu. Jadi aku tidak harus menjawab pertanyaan konyol macam itu.
“Yasudah Syifa kamu duduk samping shelly ya.” Ucap bu Mega.
“Iya bu.” Ucapku sembari berjalan menuju bangku baruku.
“Shelly.” Ucapnya sambil menyodorkan tangan kearahku.
“Shyfa.” Jawabku sambil menyambut tangannya. Senyum mengambang diwajahku.
Shelly anak yang cantik, dan sepertinya dia juga baik. Semoga saja aku
bisa berteman baik dengannya. Syukur-syukur aku bisa bersahabat dengannya.
Tepat dibelakang bangku ku ada dua orang cowok. Mereka berdua tampan, dan
sepertinya mereka cukup populer disekolah ini.
“Rendi.” Ucap pria yang duduk dibangku belakangku. Dia memberikan senyum
manis dan juga menyodorkan tangannya. Aku pun menyambut tangannya itu sembari
tersenyum manis. Jantungku berdesir halus ketika melihat senyumnya. Dia putih
bersih dan juga tampan.
“Andi.” Tiba-tiba cowok yang duduk disampingnya ikut menyodorkan tangan
dan juga senyuman. Tidak berbeda dengan Rendi, aku hanya tersenyum manis
menerima tangannya.
Dia juga tidak kalah ganteng dengan Rendi. Terlebih ada lesung pipit di
pipinya ketika dia tersenyum. Sial! Aku duduk didepan dua cowok ganteng.
“Udah woy! Jangan lama-lama salamannya.” Ucap Shelly.
“Iya ndi, huu dasar lo ini. Ikut-ikutan aja.” Rendi ikut menimpali
“Haha apa sih kalian berdua, Syifa nya aja engga marah kok.” Jawab Andi
sambil tertawa. Kami berempat hanya tertawa di awal pertemuan kami ini. Untuk
selanjutnya aku hanya mencoba untuk serius mengikuti pelajaran bu Mega.
Sampai jam istirahat tiba. Aku diajak Shelly untuk pergi ke kantin
sekalian jalan-jalan keliling sekolah. Dia bilang aku harus paham dengan
sekolah ini. Supaya nantinya aku bisa betah di sekolah ini.
Sesampainya di kantin aku memilih meja yang berada di sudut ujung. Agar
tidak banyak orang yang memperhatikanku. Aku juga tidak ingin menjadi trending
topik disekolah ini. Saat sedang asik menikmati mie ayam dan es the di
hadapanku, tiba-tiba Rendi dan Andi datang menghampiri kami berdua.
“Hai fa.” Ucap Rendi yang langsung duduk dihadapanku.
“Lagi makan ya fa.” Andi ikut menimpali sambil duduk disamping Rendi.
“Iiih kalian berdua jahat, kok Cuma Syifa doang si yang di sapa.” Ucap
Shelly cemberut.
“Hahaha, kita kan sering ketemu Shel, lagian kamu juga udah sering disapa
kok.” Ucap Rendi sambil tertawa. Aku hanya tersenyum melihat mereka berdua.
Saat tu Andi juga hanya tersenyum.
Dan lesung pipit di senyumnya itu serasa membuat jantungku berdesir.
Bagimana bisa dihari pertama sekolahku sekarang sudah ada dua pangeran tampan
dihadapanku.
Jam pulang sekolah sudah berbunyi. Saat tadi di sekolah, Andi sudah
meminta pin bbmku. Dan sekarang saat aku hendak pulang, Rendi yang mencegat ku.
Dia meminta pin bbmku dan memaksaku untuk diantarnya pulang.
Aku sebenarnya sudah menolak, tapi paksaan dan kegantengannya membuatku
menyerah. Aku pun naik ke atas motornya dan meluncur menuju rumahku. Aku
sedikit heran dengan mereka berdua. Kenapa mereka Rendi tidak meminta pinku
pada Andi saja.
Apa Andi tidak bercerita kalau dia punya pinku. Ah entahlah, aku tidak
mau terlalu pusing memikirkannya. Di malam hari, Andi dan Rendi mengirimiku
pesan lewat BBM. Mereka seperti ingin mendekati ku dan sepertinya mereka juga
tertarik denganku.
Aku sedikit merasa bangga karena ada dua pangeran tampan yang sekarang
mengajakku mengobrol lewat BBM. Tapi aku meragukan ketulusan mereka, mungkin
saja mereka berdua sedang taruhan, atau mereka berdua sedang berlomba. Ah
sudahlah, aku tidak ingin terlalu memikirkannya.
Hari ini sudah tepat sebulan aku menjadi siswa disekolah ini. Andi dan
Rendi pun semakin dekat denganku. Hubungan mereka berdua juga tidak kelihatan
merenggang. Mungkin mereka tidak tahu kalau mereka berdua mendekatiku disaat
yang bersamaan.
“Hay fa.” Ucap Rendi yang sedang berjalan menuju bangkunya. Aku hanya
tersenyum menimpali sapaan Rendi.
“Cieeee Rendi rajin banget nyapa Syifa.” Goda Shelly
“Iih, apaan sih Shel.” Ucapku meremas tangan Shelly. Muka ku sedkit
memerah karena godaan Shelly.
“Auu, sakit Syifa.” Ucap Shelly kesakitan karena remasan tanganku.
“Maap-maap. Hehe.” Aku hanya tersenyum. Rendi tertawa lepas melihat
keanehanku.
Yaah, sepertinya Rendi memang terlalu sering menyapaku. Aku juga
sepertinya mulai luluh pada Rendi. Untung saja saat itu Andi belum berangkat.
Jadi aku tidak perlu malu pada Andi. Aku sendiri juga bingung siapa yang
sebenarnya aku inginkan. Rendi atau Andi. Aah, entahlah. Keduanya sama
gantengnya dan juga sama kerennya.
“Syifa-syifa, kamu harus ikut aku sekarang!.” Ucap Shelly sambil
menarik-narik tanganku.
“Ada apa si Shellly.. Jangan tarik-tarik dong.” Protesku.
“Iih, kamu tau engga si. Andi sama Rendi lagi adu mulut di belakang
kelas. Mereka itu ngerebutin kamu.”
“Hah? Serius?”
“Iya udah ayok buruan.” Aku dan Shelly pun segera beranjak ke belakang
kelas. Sesampainya disana. Andi dan Rendi sudah kelelahan karena saling pukul.
Aku juga tidak tau bagaimana teman-temanku tidak melerai mereka.
Memang tidak banyak anak yang mengetahui kejadian ini. Hanya kami
berempat saja yang ada dilokasi.
“Andi, Rendi, udah si jangan berantem kalian itu temenan.” Ucap ku
terisak.
“Aku itu sayang sama kamu fa!” Ucap Rendi
“Aku juga sayang sama kamu fa.” Ucap Andi. Aku hanya terdiam. Mataku
mengeluarkan air mata melihat mereka. Aku tidak tega melihat mereka berkelahi.
Mereka berdua sudah lama berteman. Dan sekarang pertemanan mereka harus hancur
gara-gara aku.
“Kalo kamu sayang Rendi, peluk dia depanku! Dan kalo kamu sayang aku
peluk aku depan dia!” bentak Andi yang kembali emosi. Shelly hanya bisa terdiam
melihat kejadian ini. Aku hanya bisa menangis.
Perlahan ku tarik tangan Andi. Lalu juga ku pegang tangan Rendi.
Kurangkul mereka berdua. Dan dalam pelukan mereka berdua aku menangis
sejadi-jadinya.
“Aku..aku.. sayang kalian berdua. Kalian berdua sahabatku. Tolong jangan
berantem lagi.” Ucapku terisak. Akhirnya mereka berdua pun berdamai karena
mereka tidak tega melihatku terus-terusan menangis.
Sejak saat itu, kami berempat menjadi sahabat karib, yang sangat akrab.
Beruntung saat itu mereka berdua bisa mendinginkan kepala mereka masing-masing.
Tapi jujur saja aku merasa sedikit kecewa. Bukan karena aku dicintai oleh dua
pangeran tampan. Tapi karena aku tidak bisa mendapatkan satu dari mereka.
Sial!!
---oOo---