Harapan Palsu yang Kau Berikan - Lampu-lampu di pinggir jalan tampak teram-temaram mengiringi
langkahku yang setengah sempoyongan ini. Hari ini adalah hari senin, hari yang
menurutku sangat menyebalkan di dunia.
Setelah seharian bermalas-malasan karena libur, lalu aku
harus berangkat kembali menjalankan rutinitasku sebagai pelajar. Rasanya malas
sekali untuk masuk sekolah hari ini, rasanya liburku masih terasa sangat
kurang.
Selama dirumah aku juga di sibukan dengan bemacam tugas yang
datang dari ibuku, hingga tak ada waktu untuk bermalas-malasan.
Dengan lemas, kupaksakan kakiku untuk melangkah masuk ke
ruang kelas. Semua nya tampak seperti biasa. Wajah-wajah lusuh dari penghuni
kelas dan juga susunan meja yang acak-acakan selalu menyambutku di hari senin.
Sampai akhirnya bel upacara pun berbunyi. Ini artinya aku
dan teman-teman sekelasku harus siap merasakan teriknya matahari dan pegalnya
berdiri selama lebih dari 20 menit.
Tapi bagiku itu masih belum seberapa dibandingkan perjuangan
leluhurku yang mengangkat senjata demi negaraku tercinta Indonesia.
Begitu masuk ke lapangan dan mulai berbaris, aku melihat ada
satu wajah yang terasa asing bagiku. Aku rasa baru kali ini aku melihat cowok
seganteng dia.
Dengan postur tinggi, rambut lurus dan juga ada lesung pipi
disetiap senyumnya. Aku merasa penasaran dengan pria ini, akhirnya aku
menanyakannya ke teman karibku.
“Del, tu cowok siapa? Perasaan gue baru liat deh.” Tanyaku
pada Adel
“haha jangan kan elo yang males-malesan berangkat sekolah,
gue aja yang semangat banget sekolah aja kagak tau.” Jawab Adel
“Oh jangan-jangan itu anak baru ya?” tanyaku lagi dengan
polos.
“Ya ampun Annisa, ya kali kalo dia bukan anak baru udah
pasti elo dan gue sama-sama tau dia dong” Jawab Adel dengan sedikit gregetan.
“Ooh iya juga ya, haha” ucapku lagi yang semakin membuatku
tampak begitu polos. Dan disaat-saat seperti inilah polos dan tolol tampak
sama.
Upacara bendera pun akhirnya selesai. Aku dan teman-temanku
pun beranjak kembali ke kelas. Selama di perjalanan, cowo baru dikelas ku itu
tampak di gandrungi cewe-cewek.
Wajar saja, dia adalah pria yang ganteng dan juga
karismatik. Sebenarnya aku juga ingin ikut menggandrungi nya bersama yang lain.
Tapi aku cukpu sadar diri dengan kondisiku yang polos seperti ini. Mana mungkin
cowo se kece dia akan tertarik dengan wanita macam aku ini.
Ku lanjutkan langkahku menuju kelas, namun tiba-tiba si
murid baru ini menghentikan langkahku dan mengajak ku berkenalan. “Hey nama
kamu siapa?” ujarnya sembari menjulurkan tangannya ke arahku.
Bagai tersengat listrik, wajahku langsung terasa memerah.
Tubuhku terasa hangat, dan tanpa terasa kakiku sedikit bergetar. “Oh Tuhan..
betapa indah mahluk yang Engkau ciptakan ini”. Aku terus terdiam terpaku
mengagumi ketampanannya.
“Hey.. boleh kenalan enggak?” ucapnya lagi dengan sedikit
berteriak. Sontak aku pun kaget dengan ucapannya.
“Aah.. o…a.. i.. iya namaku Annisa. Annisa Dwi Pratiwi.”
Ucapku gugup.
“Ooh. Aku Andre.. Andre Muamar Alfath.” Ucapnya lagi. Kali
ini dia menyambar tanganku yang sedari tadi masih terpaku. Cukup lama dia
menyalamiku.
Saat bersalaman terasa seperti ada getaran-getaran kecil
yang dia salurkan lewat tangannya. Mungkin getaran-getaran inilah yang sering
disebut-sebut orang dengan nama Cinta.
Waktu terus berlalu. Bulan demi bulan telah terlewati. Aku
dan Andre pun semakin lama semakin dekat. Sebenarnya ada banyak gadis cantik
dan pintar disekolahku, tapi entah kenapa aku merasa Andre hanya tertarik
kepadaku.
Dia tidak hanya mendekati ku lewat sms atau telpon saja.
Bahkan dikehidupan nyata dia juga sering sekali membantu ku diberbagai hal dan pernah mengirim surat cinta.
Mulai dari masalah tugas pelajaran sampai ke kepentinganku yang lain.
Bisa dibilang Andre lebih mendahulukan kepentinganku
disbanding kepentingannya sendiri. Aku benar-benar luluh dibuatnya. Mungkin aku
sudah jatuh cinta padanya. Dan jika memang aku jatuh cinta padanya, aku hanya
bisa berharap semoga Andre akan menjadi cinta pertama dan terakhir untukku.
Suatu ketika aku membuat janji dengan Andre untuk
mengerjakan tugas sekolah bersama. Aku berharap dia bisa membantu mengencerkan
otakku yang terasa sudah membeku ini. Kami berjanji akan bertemu di taman
sepulang sekolah.
Sesampai nya di taman, aku cukup terkejut karena melihat
Andre sedang bersama dengan Adel sahabatku sendiri. Karena merasa aneh aku pun
langsung menanyakannya ke Andre.
“Eh ndre, kok ada Adel juga? Lo yang ngajak dia belajar
bareng disini?” tanyaku
“hehe iya nis, gue yang ngajak dia ikutan belajar bareng
disini.” Jawabnya.
“Tapi kan..” ucap ku setengah tertahan.
“Kenapa Annisa syantiiks? Ada masalah? Lagian ngga salah kan
Andre ngajak pacarnya buat ikut belajar bareng dia?.”
Deeeeg!!! Perasaaan apa ini, hatiku seketika hancur.
Entah apa yang terjadi air mataku serasa ingin segera keluar menjebol
bendungannya.Aku mencoba untuk tetap tersenyum dan berusaha untuk tetap tenang.
Perlahan aku mencari celah agar aku bisa segera pulang dan
meninggalkan mereka. Sakit sekali rasanya melihat seorang pria yang aku cintai
memadu kasih dengan orang lain. Terlebih orang itu adalah sahabatku sendiri.
Apa maksud sebenarnya dari Andre?
Apa selama ini dia tidak memiliki rasa terhadapku? Lalu apa
tujuan dari semua perhatian yang ia berikan? Apa selama ini aku hanya dijadikan
sebagai jembatan penghubung antara cinta nya dan cinta Adel?
Di dalam hati aku hanya bisa menangis sembari berdo’a semoga
Tuhan membalas semua yang telah mereka lakukan kepadaku.
---oOo---