Cerita Antara Aku Kau dan Yogi - Setelah ujian kenaikan kelas usai, akhirnya aku harus mulai
memilih jurusan dan mulai memikirkan masa depanku. Aku sadar, masa SMA tidaklah
sebentar, aku harus benar-benar bisa memanfaatkannya sebaik mungkin. Ipa dan
Ips.
Dua jurusan yang entah kenapa dari dulu selalu
diperdebatkan. Anak IPA yang selalu sok pintar, dan juga anak IPS yang selalu
sok keren. Entah kenapa keduanya membuatku sedikit muak.
Meskipun berat akhirnya aku memutuskan untuk memilih jurusan
IPA. Selain karena keinginan orang tauku, aku juga merasa aku memiliki minat
yang baik terhadap sains.
Hari ini adalah hari pembagian kelas. Aku mendapatkan kelas
11 IPA 1. Hanya ada beberapa saja teman yang aku kenal. Kebanyakan dari mereka
adalah anak-anak pintar yang sering ikut olimpiade sains, atau beberapa ada
juga anak-anak yang aktif di OSIS.
Sedangkan aku sendiri sebenarnya hanya lah anak terbuang
yang bahkan mungkin tidak ada guru yang mengenaliku. Aku hanya pria yang
biasa-biasa saja. Tidak pernah ikut organisasi atau pun lomba-lomba yang ada
disekolah.
Jadi wajar saja ini akan cukup sulit bagiku untuk bisa
beradaptasi dengan mereka. Namun betapa beruntungnya aku ketika aku melihat Egi
masuk ke kelas yang sama denganku. Disitu lah aku merasa kalau aku tidak
sendiri.
Egi adalah anak yang selama kelas 10 termasuk anak yang
biasa saja. Tidak aktif dalam organisasi dan lomba-lomba. Bahkan dia palah
lebih aktif nongkrong di warung yang sama denganku selepas sekolah.
Akhirnya akupun duduk satu bangku dengan Egi. Meskipun
awalnya tidak begitu akrab, akhirnya kami berdua sekarang begitu akrab. Bahkan
sampai-sampai dia sekarang memutuskan untuk tinggal dirumahku karena alasan
jarak.
Rumahku memang dekat dengan sekolahan sementara rumahnya
begitu jauh dari sekolah hingga dia memutuskan untuk tinggal dirumahku. Hampir
semua nya kami lakukan bersama, mulai dari hal-hal yang baik seperti belajar
dan mengaji sampai hal yang begitu buruk.
Bahkan sampai aku menganggap dia sudah seperti saudaraku
sendiri. Mana yang kakak dan mana yang adik entahlah. Kami berdua seumuran dan
secara psikologis kami sama.
Malam itu, egi bercerita kepada ku tentang keinginannya
untuk mempunyai seorang pacar. Yah, selama aku mengenalnya dia memang anak yang
sulit sekali beradaptasi dengan wanita.
Bahkan terkadang dia takut kalau berdeketan dengan wanita
cantik. Aku pun merespon cerita nya dengan baik dan kemudian berjanji untuk
mencomblangkan dia dengan teman perempuanku.
Keesokannya ketika hari libur sekolah, aku membawa teman
perempuanku yang begitu akrab denganku. Sejak SMP dia sudah bersama dan sangat
akrab denganku. Dan sampai sekarang kami masuk di SMA yang sama, akupun tetap
menjaga hubungan ku dengannya.
“Eh gi, kenalin ini Anisa temen gue dari SMP” ucapku memperkenalkan
“Hey, gue Anisa” Sembari menjabat tangan Egi.
“Yogi, eh kayaknya gue pernah ngeliat elo deh?”
“yaiyalah wajar lo sering ngeliat gue, kita kan satu
sekolah. Gue anak IPS 3”
”oh iya iya, gue tau. Lo anak yang suka nari itu ya?”
“haha ciee perhatiaan” ucapku meledek.
Kami bertiga pun berbincang-bincang tidak jelas. Banyak
sekali yang kami bicarakan mulai dari masalah pendidikan, tempat nongkrong,
guru killer, sampai masalah masa depan.
Sampai sore tiba, akhirnya aku menyuruh Egi untuk mengantar
Anisa pulang kerumahnya. Egi pun bersedia dan memulai usaha pdkt nya. Keesokan
harinya Egi mulai bercerita tentang bagaimana perkembangan kedekatan
hubungannya dengan Anisa.
Awalnya aku pun ikut senang karena aku berhasil membuat
mereka menjadi dekat. Hingga pada suatu sore dihari ulang tahun Anisa, aku
diajak Egi untuk pergi kerumahnya mengantarkan kue tar dan juga kado untuk
Anisa.
Pada saat itu juga dihari ulang tahun Anisa, egi menyatakan
perasaannya. Akhirnya Anisa pun menerima nya dan sekarang mereka berdua resmi
pacaran.
Aku senang karena sekarang egi pacaran dengan Anisa, itu
tanda nya aku berhasil. Tapi lama-kelamaan aku merasa ada yang aneh. Ada sakit
yang aku rasakan di dalam kebahagiaan mereka. Entah perasaan apa ini masih
belum jelas. Aku pun masih belum bisa menerjemahkannya.
Setelah jadian dengan Egi, Anisa sekarang justru palah
menjadi dekat denganku. Dia jadi sering mengirimi aku pesan berisi
curhatan-curhatannya. Aku pun meresponnya dengan baik. Bahkan tak jarang dia
mengajakku keluar hanya sekedar untuk menjadi tempatnya berkeluh kesah.
Egi sudah cukup memaklumi akan hal ini. Karena sebelum Egi
ada dikehidupan Anisa, aku memang sudah sering jalan dengan Anisa.
Selain itu kami bertiga juga sering jalan bersama ke
tempat-tempat tertentu. Bahkan kami juga sering nonton bioskop bersama.
Meskipun rasanya aneh karena harus menjadi obat nyamuk tapi, demi dua sahabatku
ini apapun bukanlah masalah.
“Ting.. Tong..” Ada yang memencet bel pintu dan sudah bisa
kutebak. Ini sudah pasti Anisa yang ingin bertemu Egi. Dan pasti mereka berdua
ingin mengajakku untuk ikut bersama menjadi obat nyamuk untuk mereka.
Dan benar saja, Anisa datang dan mencari Egi. Ternyata hari
ini adalah hari bulanan mereka. Anisa berniat mengajak Egi untuk pergi kesuatu
tempat dan betapa kagetnya aku ternyata mereka tidak mengajakku. Aku piker itu
si bukan masalah jadi aku cuek saja.
Disore hari Egi pun pulang dengan memasang wajah yang begitu
murung. Dia kemudian mengajakku untuk pergi ke suatu tempat. Dan disitu sudah
ada Anisa yang sedang menangis.
Aku benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Sampai akhirnya Egi menceritakan
semuanya. Dia diputuskan oleh Anisa dengan alasan yang begitu konyol. Dan
alasan konyol itu adalah aku.
Aku sempat bingung harus bagaimana karena setauku selama ini
tidak pernah ada masalah serius dalam hubungan mereka. Egi pun akhirnya menceritakan semuanya, bahwa
sebenarnya yang Anisa cintai adalah aku, bukan Egi.
Sebenarnya Anisa sudah lama memendam rasa padaku, tapi
karena aku sudah menganggap dia seperti adikku sendiri tidak mungkin aku bisa
menjalin hubungan dengannya.
Aku pun meminta maaf dengan Egi, begitu juga Anisa. Aku
mengatakan kepada Anisa kalau aku tidak bisa menjalin hubungan dengannya. Aku
memang sangat sayang dengan Anisa. Tapi aku tidak mungkin mengkhianati Egi yang
sudah ku anggap sebagai saudaraku sendiri.
---oOo---