Cerpen Penyesalan Hidup, Pergi Pagi Pulang Pagi

Cerpen tentang penyesalan hidup juga menjadi bahan bacaan yang banyak dicari baik oleh kalangan umum pecinta cerpen maupun kalangan remaja. Cerpen berjudul “pergi pagi pulang pagi” berikut adalah salah satu cerpen yang menggambarkan sebuah penyesalan hidup seseorang. 


Cerpen ini cukup bisa menghibur sekalipun memberikan bahan renungan bagi pembaca semua. Seperti apa cerita yang diangkat dalam tema ini? Siapa yang menyesal, apakah yang disesali, kenapa bisa menyesal? 

Susah memang untuk sekedar menebak jalan cerita cerpen hanya dengan melihat judulnya. Tentu, semua itu pada akhirnya bisa menjadi sebuah kisah yang cukup menarik. Apalagi kita bisa mengambil pelajaran berharga dari kisah tersebut.

Terlepas dari apa dan bagaimana kisah ini, diharapkan pembaca semua bisa terhibur dengan adanya cerita pendek yang dibagikan. Mudah-mudahan saja adanya kisah dalam bentuk cerpen sederhana seperti ini bisa meningkatkan budaya membaca bagi generasi muda.

Pergi pagi dan pulang pagi, mungkin hasilnya tidak seberapa hingga akhirnya timbul penyesalan. Ah, benar-benar penasaran karena melihat judulnya. Dari pada lama-lama hanya menebak dan tambah penasaran lebih baik kita baca saja ceritanya. Yuk, bagi yang dari tadi mencari cerpen penyesalan silahkan baca di bawah ini.

Pergi Pagi Pulang Pagi
Cerpen Penyesalan Hidup

Pagi hari yang cerah Somad sudah bersiap-siap untuk berangkat kerja, golok,  karung, tidak lupa dia bawa sebagai alat wajib dalam pekerjaannya. Dia hendak mencari pisang yang banyak tumbuh ditengah rimba.

Karena jarak rimba dari rumahnya yang begitu jauh, tak jarang dia bermalam di perumahan warga dekat rimba, dan di pagi harinya baru bisa pulang. Dia tidak sendiri, adiknya Soni juga ikut dengannya.

Mata pencarian kakak beradik ini memang sebagai pencari pisang, yang kemudian mereka jual kepedagang-pedagang pasar. Pisang di rimba tersebut memang sangat melimpa, meski banyak orang di sekitar rimba tersebut, namun jarang ada yang berani masuk rimba tersebut, karena banyak hewan buas dan tempatnya pun sangat sunyi dan sedikit mistis.

Meski dahulu Somat pernah terpatuk ular ketika berada di hutan tersebut, namun itu semua tidak membuatnya jera, dia tetap mencari pisang di dalam rimba tersebut. Sementara Soni awalnyapun takut mengikuti jejak kakaknya, namun  Soni tidak mempunyai pekerjaan lain, dan terpaksa mengikutinya.

Somad berangkat menuju rumah adiknya setelah mempersiapkan peralatan-peralatan kerjanya. Dengan motor bebek tua dikendarai nya, Somad tetap percaya diri menaiki tanjakandemi tanjakan. Tanjakan demi tanjakan dilewati dan Somad sampailah di rumah adiknya Soni.

“Son...!, sudah siap belum..?”. ungkap Somad sembari turun dari motor.
“Sudah mas, ayok berangkat”. Mereka pun berangkat dengan naik motor bebek tersebut.
“Mas, motor tua tapi tenaganya masih kuat mas ya ?”. ungkap Soni.

“Ya jelas Son, motor ini buatan Jepang, motor ini aku beli sejak aku masih bujang Son, dulu si paling bagus, sekarang paling jadul hehe”. Sambil mengegas.

“Aduh”, ban motor menabrak batu kecil.
“Kenapa Son?”, ungkap Somad.
“Enggak mas, jalannya banyak batunya”.
“Tenang aja sebentar lagi sampai di tempat tujuan”. Ungkap Somad.

Di perjalanan yang sudah hampir sampai itu, mereka dihadapkan dengan jembatan yang hanya menggunakan 1 buah papan saja.

“Ini gimana ini mas..?, jembatannya hanya satu papan saja..?”, Ungkap Soni sedikit panik.
“Ini si enggak papa Son, jembatannya cuma 1 meter kok, kamu turn dulu ya..?, taku jembatannya ambles”.
“Iya mas”, Soni pun turun.

Dengan penuh kehati-hatian Somad mengimbangi motornya seraya mengegasnya agar tidak terjatuh dalam parit. Akhirnya motor Somad pun bisa melewati rindangan tersebut.

“Ini entar kita bawa pisangnya gimana Mas..?”.
“Entar dibawa sama mobil, lewat jalan raya muter”. Ungkap Somad, sambil menghidupkan motor dan melanjutkan perjalanannya kembali.

“O kirain lewat jalan ini”.
“Jalan ini tuh jalan pintas biar lebih cepet, kalo lewat jalan utama bisa sampai setengah hari kita sampai, kalau lewat sini 2 jam aja sampek”.

Tak lama kemudian sampailah di rumah kawan Somad yang terletak di permukiman dekat rimaba.

“Udah kita sampai, ini rumah teman saya dan motornya tinggal sini aja enggak papa, entar kita masuk ke rimbanya jalan kaki”.

“Iya mas”. Ungkap Soni.
“Selamet..!, aku nitip otor ya”, ungkap Somad dengan temannya.
“O iya Mad, mau ke rimba ?”. ungkap Selamet sambil keluar dari pintu rumahnya.

“Iya, mau ikut enggak ?”.
“Enggak lah”.

“Ya sudah aku ke rimba dulu cari nafkah”, ungkap Somad sambil berjalan menuju rimba.
Setelah berjalan selama 15 menit sampailah mereka di rimba tersebut. Baru saja mereka masuk, sudah disambut dengan pemandangan indah yang berasal dari pohon pisang yang berjejer rapi.

“Waw banyak banget pisangnya ?”, ungkap Soni terkejut dengan isi rimba tersebut.
“Iya dong, tapi kamu ati-ati ya disini banyak ularnya”, sambil menebang pohon pisang.
“Iya mas”, juga menebang pisang.

***

Istri Somad panik karena ayahnya meninggal usai mengalami kecelakaan, dia hendak menghubungi Somad lewat telpon tetapi tidak bisa.

“Tuut... Tuuut...”, suara ponsel istri Somad.
“Aduh gimana ini mas Somad enggak bisa dihubungi”, ungkap istrinya.
“Mbak ini sudah siang ada baiknya bila jenazah pak Kamad segera dikebumikan”. Ungkap bapak kaum.
“Iya pak, tapi suami saya tidak bisa dihubungi”, jawab istri Somad.
“Tapi ini sudah jam setengah empat sore mbak”, ungkap kamu tersebut.
“Ya sudahlah mari kita kebumikan, urusan suami saya biar saya yang ngomong entar”, ungkap istri Somad.

Jenazah pun dibwa ke makam dengan memakai keranda mayat. Banyak saudara dari Somad yang menangis saat mengantar jazad bapak Kamad ke makam.

Diantara yang paling keras tangisannya adalah istri pak Kamad yang merupakan ibu Somad. Setelah sampai di makam, jenazah mulai dimasukkan ke kuburan dan kemudian menguruknya dengan tanah.

Sementara itu malam pun datang istri Somad teringat dengan Somad. “Sedang apa sekarang kamu mas, kenapa susah sekali dihubungi, andai kamu tahu kejadian ini pasti kamu langsung pulang”. Sambil menitikkan air mata di kamar. Hari sudah malam istri Somad pun tidur dengan lelapnya setelah menangis.

****

“Huamb…”, Soni menguap setelah terbangun dari tidur. “Mas pulang yok sudah pagi”, membangunkan Somad. “Hem…”, belum membuka matanya.
“Ayo pulang”, Soni berusaha membangunkannya. Somad pun bangun dia duduk dan berkata,”Pulang yok”. “Ya ayok, kan dari tadi aku ngajakin”. Ungkap Soni.

Mereka pun langsung bergegas pulang setelah cuci muka dan berpamitan dengan Selamet. Somad menghidupkan motornya dan mengegas gasnya. Motor pun melaju dengan kencang.

“Perasaanku kok enggak enak ya..?”. ungkap Somad.
“Enggak enak kenapa..?”, terkejut dengan Somad.

“Enggak tau ni, kaya ada apa-apa di rumah. Kamu pegangan ya aku mau ngebut, aku takut di rumah ada apa”, sambil menambah gigi dan menambah gas.
“Iya”, sambil berpegangan kakaknya.

Tak lama kemudian sampailah mereka di rumah,”Asalamualaiku..!”. Ungkap Somad hendak masuk rumah. “Buk kenapa menangsi buk”, ungkap Somad kepada ibunya.
“Ibu nangsi dari kemarin enggak berhenti-berhenti mas”. ungkap sang istri.
“Ibu kenapa..?”, ungkap somad sambil berbisik.

“Bapak mas, meninggal kemarin pada waktu kamu pergi”, ungkap sang istri.
“Y Allah, anak macam apa aku ini, bapakku meninggal aku tidak tahu (Sambil meneteskan air mata), Terus kenapa kamu enggak hubungi aku..!”.

“Sudah mas, ponselmu tidak aktif, dan bapak tidak bisa lama-lama menunggu”. Ungkap sang istri ikut meneteskan air mata. “Ya Allah, andai saja hari kemarin aku tidak berangkat kerja, pasti aku bisa melihat ayahku untuk yang terakhir kalinya”,  menangis sambil dipeluk istrinya.

--- oOo ---

Lumayan, tambah lagi satu koleksi kisah menarik yang kita miliki. Tidak rugi memang kalau sering-sering ke situs ini. Di situs ini kan setiap harinya memang akan terus ditambah kisah cerita menarik dan menghibur. Tugas kita selanjutnya adalah menyimpulkan maka dan inti dari kisah di atas.

Untuk rekan pelajar semua bisa menggunakan cerita di atas sebagai contoh untuk membuat karangan cerpen sederhana. Bisa juga untuk belajar bahasa yang lebih jauh yaitu misalnya mempelajari gaya bahasa (majas), pilihan kata (diksi), unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen dan lain sebagainya. Mudah-mudahan bermanfaat, itu saja, silahkan dilanjutkan.

Tag : Cerpen, Kehidupan
Back To Top