Cerpen
cinta saling percaya tetap menjadi milikmu berikut ini menggambarkan
sebuah kisah cinta yang romantis dan membuat iri yang membaca. Anda pasti tahu
bahwa rasa saling percaya juga tidak kalah penting dari sebuah kejujuran dalam
menjalani hubungan asmara cinta kasih remaja. Tanpa semua itu rasanya akan
sangat sulit sebuah hubungan bisa berjalan dengan langgeng.
Karya ini sendiri merupakan
contoh cerpen yang cukup pendek, tidak lebih dari dua lembar kertas. Tapi
jangan salah, kalau dilihat dari ceritanya sih menarik, apalagi jika diamati
lebih dekat mengenai susunan kata atau kalimat yang digunakan oleh pengarang.
Tampak bahwa pengarang dalam hal ini seolah menceritakan apa yang menjadi
pengalaman yang dimiliki.
Mengambil sudut pandang orang
pertama tunggal, pengarang melibatkan dirinya dalam cerita tersebut. Hal ini membuat
pembaca bisa benar-benar merasakan sensasi seolah pembaca-lah yang mengalami
kejadian-kejadian dalam cerita cerpen ini. Cukup menarik bukan, apalagi dengan
ciri khas bahasa sederhana yang digunakan.
Bahagia, ikut bahagia memang
jika membaca kisah cinta menarik yang berakhir bahagia. Dalam cerita berikut,
anda tidak akan mendapatkan banyak ketegangan dari konflik yang terjadi. Sebaliknya,
anda justru akan terlarut dalam alur kisah yang diceritakan. Bagaimana
sebenarnya kisah selengkapnya, simak berikut!
Tetap Menjadi Milikmu, Selamanya
Cerpen
Cinta Saling Percaya
Matahari terbit, cerah kunikmati di pegunungan. Aku teringat
wajah kekasih yang jauh di sana. Tidak tahu berapa lama aku bisa betah berpisah
jarak dengan belahan jiwa nafas hidupku itu. Sementara itu aku tidak bisa
menghubunginya, sama sekali karena tidak ada sinyal. “Jangan pernah khwatirkan
diriku wahai kekasihku karena aku akan selalu menjadi milikmu seutuhnya”, aku selalu berkata dalam
hati.
Kopi yang panas dan sebuah sendok pengaduk telah tersedia di
meja samping tempat duduk. Sembari melihat sunrise aku pun mengaduk kopi, baru
meminumnya. Kini kurasakan kenikmatan di dunia, menikmati sunrise dan menyeruput
secangkir kopi yang begitu nikmat, menghangatkan badan yang setengah beku.
Lama aku duduk di sini dan tidak pula merasa bosan. Tak lama
kemudian pamanku datang,”Gimana Di, hasil panen kemarin”, ungkap pamanku. “Banyak
kok paman”, ungkapku kepada paman. “Hari ini kita memanen sayur yang ada di
bagian bawah, tetapi hati-hati ya”, ungkap pamanku. “Iya tenang saja paman”,
ungkapku.
Pamanku pun masuk ke gubuk dan kemudian membuat kopi hangat
untuk meghangatkan tubunhnya. Dia kembali duduk di smapingku dan membawa kopi
hangat yang sudah di buatnya.
“Wah liburan aku sebentar lagi sudah habis paman, karena 1
minggu lagi aku sudah masuk kuliah”, ungkapku kepada paman.
“Sering-seringlah mampir ke tempat paman, kau juga boleh
bawa temanmu kesini”, ungkap pamanku.
“Iya paman, tidak apa-apakan tidak membanntu paman hingga
panen selesai”, ungkapku.
“Iya tidak apa-apa, lagi pula ini tinggal sedikit dan bisa
di kerjakan sendiri”, ungkap pamanku.
“Syukur kalo begitu”, ungkapku.
Aku pun mulai memakai peralatan untuk memanen sayur di
bagian bawah. Tak lupa sepatu khusus agar aku tidak terpeleset ke jurang.
Selain itu golok juga menjadi hal yang wajib untuk di bawa. Yang terakhir
adalah sebuah kantong untuk membawa hasil sayur.
Aku pun mulai turun dan memanen sayur kol satu-persatu.
Kebetulan hasil panen kali ini cukup banyak hingga pemankupun kuwalahan
memanennya. Makanya adanya aku di sini untuk membantu pamanku memanen kol. Aku
pun mulai memanen kol dengan sangat terampil dan sabar. Setelah itu baru aku
kumpulkan terlebih dahulu.
Pekerjaan ini tidak sulit, tetapi harus sabar karena jumlah
kol di sini banyak sekali. Aku pun harus sabar memetiknya satu-persatu dan
membawanya ke bagian samping untuk di kumpulkan terlebih dahulu.
Setengah hari berlalu aku pun selesai memanen bagian bawah.
Kini aku mulai memasukan kol-kol tersebut ke dalam kantong yang aku bawa.
Dengan sabarnya aku memasukan kol tersebut ke dalam karung dan kemudian membawanya
ke atas dengan cara di panggul. Hasil pada hari ini mendapatkan 5 karung, itu
artinya aku harus bolak-balik selama 5 kali menuruni bukit ini sembari membawa
hasil panen.
Sudah 4 kali aku balik menuruni bukit tetapi untuk ke lima
kali ini terasa berat. Karena memang aku sdah lelah. Hingga akhirnya aku pun
menurunkan karung berisi kol tersebut dan istirahat sejenak. Aku istirahat
untuk mengumpulkan tenagaku baru kemudian aku memulai mengangkat lagi.
Setelah 5 menit aku beristirahat, aku pun mulai memanggul
hasil panen lagi. dengan langkah yang begitu perlahan aku menaiki bukit, hingga
sampailah aku di halaman gubuk punya pamanku.
Aku pun menjatuhkan karung berisi kol tersbut dan langsunng
beristirahat. Aku duduk sejenak untuk mengeringkan keringat yang mencucur deras
dari tubuhku. Keringatpun sudah kering aku pun pergi ke sungai untuk mandi.
Aku pergi ke sungai dengan terlebih dahulu menuruni bukit.
Jarak yang harus ditempuh untuk sampai ke sungai tidak jauh dari gubuk, hanya
saja jalannya sedikit terjal. Sehingga aku harus hati-hati ketika melewatinya.
Sesampainya aku di sungai tersebut aku mulai melepas bajuku
dan kemudian mengambil ancang-ancang dan berlari menuju sungai. Aku pun
meloncat dengan gaya saltoku dan jatuh di permukaan air dengan mulusnya. Badan
ini begitu segar ketika air sudah membasahi tubuhku. Sementara itu aku pun
mengambil sabun untuk menberishkan tubuhku dari kotoran-kotoran usai memanen
kol.
Aku pun masuk ke dalam air lagi untuk membilas tubuhku yang
sudah di penuhi sabun. Sangat luar biasa sekali, tubuhku begitu segar dan aku
pun bersemangat lagi. Setelah puas bermain air aku kembali ke gubuk. Dengan
gesitnya aku mendaki bukit tersebut dan kemudian sampai di gubuk punya pamanku.
“Sini makan dulu”, ungkap pamanku yang melihatku baru pulang
dari sungai.
“Iya paman”, ungkapku.
Aku pun mengganti bajuku dan kemudian ikut makan dengan
paman. Dengan lahapnya aku pun menyantap makanan yang sudah di sajikan paman.
Usai makan perut terasa kenyang.
“Paman aku mau pamit, besok aku mau pulang”, ungkapku.
“Ya sudah, kamu berani kan pulang sendiri”, ungkap pamanku.
“Iya berani paman”, ungkapku.
Aku pun masuk kamar setelah berpamitan dengan paman. Aku
mengemas baju-bajuku dan kemudian memasukannya ke dalam tas. Usai mengemasnya
aku meletakannya di dinding kamar. Aku pun tidur sejenak untuk mengistirahatkan
tubuhku untuk sejenak.
Sore pun menjelang dan aku pun bangun dari tidur yang indah.
Aku pun pergi ke sungai untuk memberisihkan diri. Aku membasuh muka dan
tanganku serta kakiku dengan air sungai ini. Usai selesai membasuhnya aku pun
kembali lagi ke gubuk dan kemudian membuat kopi untuk menghangatkan badan.
Aku pun menyiapkan gelas dan mengisinya dengan bubuk kopi
serta gula. Setelah itu aku pun menyeduhnya dengan ari panas. Aku membawa kopi
panas tersebut ke depan untuk ku minum sambil melihat pemandangan pegunungan di
sore hari.
Sore ini adalah sore terakhir aku di sini. Ada bahagianya
dan ada sedihnya. Aku bahagia bisa bertemu lagi dengan kekasihku yang sudah
menunggu, tetapi aku juga sedih harus meninggalkan tempat yang begitu indah
ini. Karena di kota tidak ada tempat seindah dan sebagus ini. Meskipun demikian
aku haru pulang, karena gadis cantik yang mencintaiku telah menunggu
kedatanganku menemuinya.
Dia adalah kekasih yang selalu mengerti aku, hingga bisa
mengijinkan kepergianku di tempat yang indah ini. Memang awalnya dia pun tidak
mengijinkan aku datang ke sini, karena itu artinya kita akan berpisah.
Tetapi akhirnya dia pun luluh dan mengijinkan kepergianku.
Aku hanya menjanjikan sebuah kesetianku kepadanya hingga akhirnya dia pun
luluh. Aku hanya berkata aku akan terus menjadi kekasihmu walaupun aku jauh,
jadi tidak perlu khawatir dengan kepergianku.
Dia pun mengerti dan akhirnya mengijinkanku pergi. Besok
adalah hari indahku, karena aku akan pulang dan menetapi janjiku kepadanya. Aku
harap dia masih denganku dan tidak berpaling dengan yang lain. Aku harap
kepercayaanku kepadanya masih di jaga dengan baik olehnya, sehingga aku bisa
lebih yakin bahwa dia memang belahan jiwaku.
Malam pun datang, aku tidak sabar menunggu datangnya pagi.
Sementara itu aku duduk di kamar sambil merenung membayangkan kekasihku. Malam
bertambah larut dan aku pun belum juga bisa memejamkan mataku. Aku sangat tidak
sabar dengan datangnya esok pagi.
---
oOo ---