Contoh Cerpen Cinta yang Bahagia - Rombongan putih abu-abu sedang begitu tertib berdiri di
bawah terik panas matahari. Hari ini adalah hari senin. Sudah menjadi kewajiban sekolah untuk mengadakan
upacara setiap hari senin. Sementara para petugas juga begitu semangatnya
berpartisipasi dalam upacara ini. Hingga acara berjalan dengan sangat sempurna.
Dengan begitu gagahnya para petugas pengibar bendera bejalan
ke arah tiang bendera. Dengan sangat rapih dan bagus bendera di kibarkan.
Sementara instruktur upacara memberikan aba-aba hormat kepada sang saka merah
putih.
Dengan serentak para peserta upacara hormat kepada sang
saka. Sementara itu dirjen berjalan dan menghadap ke arahku. Sang dirjen
memberikan aba-aba lagu Indonesia raya. Kami bernyanyi lagu kebangsaan dengan
begitu lantangnya. Sementara petugas pengibar bendera terus menarik bendera
dengan sangat perlahan.
Aku melihat bendera tersebut mulai sampai ke atas. Aku terus
melihatnya meskipun mata ini silau karena sinar matahari. Tetapi ini bukan
suatu halangan aku terus bernyayi dengan diringi lenggokan tangan dari dirjen.
Bendera sudah di puncak tiang dan kami selesai menyanyikan
lagu kebangsaan. Sementara instruktur memberi aba-aba agar tegap. Para perserta
dengan kompak menurunkan tangannya tersebut. Setelah itu acara demi acara di
laksanakan dan di jalankan dengan sangat baik.
Instruktur upacara membubarkan para pesrta upacara setelah
susunan acara sudah dilaksanakan. Kami semua bubar dan kemudian masuk ke kelas.
Aku berjalan dengan begitu hati-hatinya karena begitu rapat para siswa yang
hendak masuk ke kelas. Aku berjalan dengan kekasihku dengan begitu pelan.
“Abis ini apa pelajarannya..?”, ungkapku kepada kekasihku.
Diapun memandangku dan berkata,”Matematika, punya kamu..?”. “Bahasa Inggris”,
menjawab sambil menunduk dan terus berjalan.
Aku berpisah dengan
kekasihku setelah di depan kelasku. Aku masuk ke kelas, sementara kekasihku
berjalan menuju kelasnya. Aku duduk di tempat dudukku yang berada di tengah.
“Semangat Bal”, ungkap temanku yang duduk bersama denganku.
Aku melihatnya, sambil tersenyum aku berkata,”Semangat dong”.
Temanku Indra mulai mengeluarkan buku dari tasnya. Aku juga
mengiutinya dan megeluarkan buku dari tasku. Aku membukanya dan membaca-baca
sedikit pelajaran yang kemarin di berikan. Aku membasahi jari telunjuku dengan
lidahku dan membalik buku tersebut.
Tak lama kemudian guru datang dan memulai acara belajar
mengajar di sekolah. Ketua kelas memimpin doa dengan begitu lantang. Sementara
murid yang lain begitu hikmat menundukan kepala sambil berdoa. Guru berdiri dan
menggoreskan sepidol di papan tulis. Kata demi kata di rangkai dan berbentuklah
kalimat yang akan memberikan kami wawasan.
Guru menjelaskan kata yang di tulisnya dan bisa di sebut
dengan materi. Dengan bahasa yang sangat di mengerti ibu guru tidak berhenti
menjelaskan dan terus menjelaskan apa yang tertulis di papan tuis. Sedangkan
kami para siswa begitu antusias mengikuti pelajaran yang diterangkan oleh guru.
Tidak terasa begitu asyik mengikuti pelajaran, hari sudah
siang dan bel dibunyikan tanda istirahat. Kami para murid keluar dengan begitu
gembiranya. Aku berjalan di barisan paling akhir ketika keluar. Hal tersebut
memudahkanku untuk berjalan mengigat bila aku di depan tentu desak-desakan.
Setelah semua siswa keluar melewati pintu aku mengikutinya keluar.
“Dor...!”, kekasihku mengagetiku di depan kelas. Aku begitu
kagetnya dan begitu paniknya ketika kekasihku mengagetiku. “Heee untung gak
jantungan”, ungkapku dan langsunng menarik tangannya menuju ke kantin. Aku
berjalan bersama menuju ke kantin dengan kekasihku.
Tak lama aku sampai di depan pintu kantin, dan ternyata
kantin suda begitu ramai dengan para siswa
yang lebih dahulu sampai. Dengan mata yang jeli aku mencari tempat yang masih
kosong dengan terus menengok ke kanan dan ke kiri. Sementara itu kekasihku
memesan makanan untuk kami berdua.
Setelah cukup lama aku mencari tempat, aku menemukan dua
bangku kosong di paling belakang. Aku menghampirinya dan kemudian duduk di
tempat tersebut. Aku meletakan makanan tersebut dan mengepaskan posisi kursi
agar nyaman saat aku makan.
Aku mulai menyantap makanan yang sudah kekasihku pesan ini.
Dengan lahap aku mekananya.
“Sayang, aku begitu kesel deh tadi di dalam kelas, ada anak
yang sok kecakepan”, ungkap kekasihku sambil menikmati makanan. Sambil terus
mengunyah aku berkata,”Alah biarin aja, anak alay itu”, ungkapku.
“Tapi ngeselin banget anaknya”, ungkpanya dengan kening yang
tertekuk. Aku terus melanjutkan makan hingga habis.
“Sebentar lagi mau lulus, kamu mau kuliah apa kerja”, ungkap
kekasihku sambil melihatku yang sedang begitu lahap melahap makanan. “Aku mau
ngelamar kamu”, jawabku sambil tersenyum dengan mengunyah makanan.
“Ih kamu sow swit banget si, main cinta aku jadinya”,
ungkapnya sambil tersenyum.
“Heheh paling aku kuliah dulu yank, kalau kamu gimana..?”,
ungkapku.
“Iya aku juga kuliah kok, kamu mau kuliah di mana, bareng
sama aku aja di kampus deket rumah aku, ada biaya siswanya lo”, ungkap
kekasihku.
‘Ada prodi tehnik informasi gak..?”, ungkapku.
“Iya ada, lengkap di sana”.
“Ya sudah boleh itu”.
Usai melahap makanan akhirnya makana di mangkuk ini sudha
habis tanpa tersisa. Kini perut sudah tidak bernyanyi karena sudah mendapatkan
jatahnya. Aku minum minuman teh dingin untuk menghanyutkan makanan yang ada di
perutku. Aku tersenyum melihat wajah kekasihku dan tanpa berkedip.
Dengan groginya dia berkata,”Apa si lihat-lihat”, sambil
menghalangi pandanganku dengan tangannya. Aku tidak menjawabnya dan terus
melihatnya. Dia berbalik badan karena sangat malu aku lihat. Aku tertawa dengan
begitu puasanya karena sudah bisa membuat kekasihku grogi. Sementara itu
kekasihku hanya tersenyum.
“Ke kelas yuk”, ungkapku kepada kekasihku.
“Ayok”, berdiri dan berjalan menuju kasir. Aku membayar
makanan yang sudah kami pesan. “Berapa buk, bakso dua”, ungkapku sambil berdiri
di depan meja kasir. “30 ribu dek”, ungkap pedagang kepadaku. Aku mengambil
uang dari dalam dompetku dan kemudian memberikanya kepada kasir tersebut.
Kami berjalan dan menuju ke kelas dengan riang dan saling
canda tawa. Sesampainya di depan kelasku kami kembali berpisah. Dengan
tersenyum dia berkata,”Dah”, sambil mengangkat tangannya. Aku juga
berkata,”Dah”, sambil menggerak-gerakan tanganku.
Hati begitu bahagia selalu ada hadirmu di sekolah ini.
Kebahagiaan ini selalu membuatku tersenyum dan bersemangat dalam menjalani
proses belajar yang hanya tinggal sebentar lagi. Terlukis sudah dalam bayangan
setelah aku lulus mau kemana aku dan kamu.
Bayanganku mengatakan aku akan hidup bahagia denganmu. Kita
akan menjadi keluarga yang begitu bahagia di dunia. Aku akan selalu menyayangi
kamu dan aku harap kamu juga selalu bisa menyayangi aku. Hingga sampai tua kami
saling menyayangi.
Semua itu akan aku dapatkan setelah aku menyelesaikan
studyku di perguruan tinggi. Mudah-mudahan karir dan cintaku tetap bisa
berjalan dengan baik. Karena 2 hal tersebut adalah hal yang paling berharga di
dalam hidupku.
---
oOo ---