Contoh Cerpen Horor Paling Mengerikan - Malam hari aku berkumpul dengan teman-temanku. Kami di
temani sebuah minuman mineral dan sebuah jajanan ringan. Dengan begitu asyik
kami semua bercanda tawa dan ngobrol ngalor
ngidul. Sementara itu aku menuangkan minuman tersebut dan meminumnya dan
begitu nikmat serta menghilangkan dahaga.
“Hey kemarin aku ngelihat setan di pos kampling depan”,
ungkap temanku. “Ah yang bener Ri, mana ada jaman sekarang setan”, ungkapku dan
kedua temanku. “Kalian gak percaya..?”, ungkap Ari. “Gak”, jawab kami dengan
begitu serentak.
Obrolan kami pun tambah seru, kami terpancing dengan apa
yang teman kami ceritakan. Aku dan teman lain pun semakin penasaran. “Mau saya
panggilkan untuk kalian”, ungkap Ari lagi. “Emang bisa”, ungakapku dan kedua
temanku.
“Bisa dong, aku dulu pernah diajari cara memanggil setan
sama kakekku”, ungkap Ari.
“Wah berarti kamu dan keluarga kamu suka mainan hal-hal gaip
ya”, ungkapku kepada Ari.
Dia mengambil dompetnya dan menunjukan sesuatu kepada kami. “Jimat-jimat
ini di kasih sama kakek”, ungkap Ari sambil menunjukan ajimatnya. “Wih banyak banget
Ri”, ungkapku dan kedua temanku dengan perasaan kagum.
“Iya dong, jimat ini adalah jimat paling di takuti oleh
setan, jadi setan gak akan macam-macam kalau ketemu aku”, ungkap Ari.
“Tapi kapan kita mau manggil setan ni..?”, ungkap Sholeh
salah seorang temanku yang juga sedang duduk bersama kami.
“Iya nanti jam 12 malam kita manggil setan, ini jam
berapa.?”, melihat jam ditangannya,”Nah satu jam lagi, sekarang sudah jam 11.
“Santai saja setan akan bertepuk lutut ketika bertemu
denganku,”Ungkap Ari dengan begitu sombongnya.
Kami melanjutkan makan-makan lagi menunggu hingga tengah
malam tiba. Aku meminum-minuman kemasan botol ini lagi dan memakan- makanan
yang memang sudah kami sediakan. Dan begitu kenyang perut ini dari tadi tidak
hentinya mengunyah makanan. Sementara itu aku dan teman-temanku yang lain juga
selalu melihat jam berharap waktu sudah tiba.
Tidak di sangka 1 jam sudah kami menunggu, kami berangkat menuju
pos kampling untuk membuktikan ucapan Ari. Kami menghidupkan motor kami dan
kemudian berangkat menuju pos kampling. Pos kampling di desa kami memang begitu
sepi dan sedikit tersembunyi, meskipun tidak jauh dari permukiman namun
tempatnya begitu menyeramkan.
Kami berhenti setelah sampai di pos kampling dan
menyandarkan motorr kami.”Dah Ri sekarang panggil setannya”, ungkapku kepada
Ari. “Oke siap”, ungkapnya dan mengambil posisi duduk bersila.
Dia duduk bersila dan sambil meletakan tangannya di dada
serta memejamkan mata. Sementara itu kami menunggu duduk di pos kampling dan
melihat Ari yang sedang memanggil setan.
Terlihat begitu kencang mulut Ari berkomat-kamit membacakan
mantranya. Dengan yakinya dia terus membaca mantra.
Sementara itu sudah 3 menit kami menunggu dan belum ada
reaksi apa-apa dari mantra yang di bacakan Ari. Belum ada pocong yang datang,
sundel bolong yang melintas, ataupun kuntilanak yang tertawa dengan begitu
riangnya.
Setelah sekitar 10 menit Ari membaca mantra, angin berubah menjadi
begitu cepat. Sementara itu aku melihat bayangan orang yang begitu cepatnya
terbang di atas dahan demi dahan. Tetapi bayangan tersebut seperti kilat dan
begitu cepat, sehingga aku tidak bisa melihat wujud aslinya.
Tak lama kemudian datanglah sosok wanita dan sedang duduk di atas pohon. Dengan
begitu kerasnya suara membuat bulu kuduk kami merinding. “Ih, ih, ih”, suara
perempuan berambut panjang dan berbaju putih.
Semnetara itu Ari bangun dari tapanya dan melihat setan di
depannya. Kami bertiga pergi meninggalkan Ari dan mahluk astral tersebut, kami
begitu takut dengan suaranya dan wujudnya.
Dengan begitu tergesa-gesanya aku dan kedua temanku berlari
menuju pulang. Kami seolah tidak lelah meski jarak lari yang begitu jauh.
Sesampainya di rumah kami baru sadar bahwa Ari tertinggal.
“Aduh gimana dong Ari di sana sendiri”, ungkapku kepada
kedua temanku.
“Ya dia sendiri si yang manggil. Tapi tenang aja lagi,
diakan banyak tu jimatnya, kata dia itu semua bisa buat ngusir setan”, ungkap
Sholeh kepadaku.
“Iya juga si, ya sudahlah kita tunggu saja di sini, sampai
dia datang”, ungkapku kepadanya.
Sementara itu sudah 2 jam lebih kami menunggu dan Ari belum
juga kembali dari pos kampling. Sedangakan kami yang menunggu begitu berat
untuk membuka mata karena begitu ngantuk. Kami bertiga tertidur di teras tanpa
kasur yang empuk dan tanpa selimut yang hangat. Kami tidur dengan gaya kami
sendiri, ada yang tidur dengan kaki terlentang ada yang tidur kakinya menumpang
di tubuh yang lain, dan ada pula yang tertidur dengan mendengkur.
Pagi tiba aku terbangun dan membuka mataku dan terlihat kaki
sholeh yang berada di atas dadaku. Aku langsung menyingkirkan kaki soleh dari
dadaku dan membangunkan Sholeh dengan Umar.
“Hey bangun”ungkapku sambil menampar perlahan muka Sholeh.
“Hey bangun”, ungkapku sambil menampar perlahan muka Umar.
Mereka bangun setelah aku membangunkannya. “Ini bagaimana,
sudah pagi Ari belum juga kembali”, ungkapku. “Iya-iya terus gimana..?”, ungkap
kedua temanku.
“Bagaimana kalau kita susul ke pos kamling”, ungkapku.
“Yah serem Ndi, ada setannya”, ungkap kedua temanku.
“Serem apa si, siang-siang gini setan sudah kembali ke
habitatnya”, ungkapku.
“Emang hewan habitat”, Ungkap Umar.
“Ayok”, sambil berjalan dan menarik tangan kedua temanku.
Kami berjalan menuju pos kampling dan hendak memastikan
keadaan Ari. Dengan begitu cepat kami berjalan hingga akhirnya kami sampai di
pos kampling. Setelah kami sampai di pos kampling kami di kagetkan dengan
keadaan di pos tersebut. Karena kami tidak mendapati Ari dan hanya motor kami
yang terparkir di pos kampling tersebut.
“Aduh Ari dimana ya..?”, ungakpku kepada kedua temanku.
“Jangan-jangan dia di culik sama mahluk menyeramkan tadi
malam”, ungakap Umar.
“Kita samperin dulu ke rumahnya yuk, siapa tahu dia sudah
ada di rumah”, ungkapku kepada kedua temanku.
“Iya”.
Kami berjalan mendekati motor kami dan kemudian
menghidupkannya. Kami perjalan menuju rumah Ari. Sesampainya di rumah kami
tidak menemukan Ari di rumah, dan orang tua Ari syok setelah kami menceritakan
kejadian yang menimpa Ari.
Kami sedikit merasa bersalah dengan hilangnya Ari, dimanakah
kiranya Ari berada, apakah mungkin ada kaitannya dengan mahluk yang kami lihat
semalam.
Keberadaan Ari belum juga di ketahui oleh kami, meskipun 1
minggu sudah Ari menghilang. Hal ini membuat orang tua Ari begitu terpukul
dengan kejadian yang menimpa anaknya. Kami bahkan sudah mencarinya di
tempat-tempat lain yang biasa menjadi tempatnya bermain. Tetapi tidak juga kami
menemukan Ari.
Dan berita Ari kini sudah menyebar luas hingga pelosok desa
kami. Dan desa kami turut berduka cita dengan hilangnya Ari.
---
oOo ---