Cerpen
Cinta pada Pandangan Pertama: Saat Kau Temukan Aku - Cinta bisa datang kapan saja
dan dimana saja, seperti yang dialami oleh seorang gadis remaja bernama Ria
dalam cerita ini. Cerpen cinta berjudul “saat kau temukan aku” menceritakan
sebuah kisah menarik pertemuan Ria dengan seorang pria yang begitu tampan dan
menarik hatinya.
Sebuah pertemuan antara dua orang yang baru kenal sehingga
menimbulkan benih-benih asa yang mulai tumbuh. Sederhana, lucu dan mengalir
begitu saja tanpa ada campur tangan orang lain. Hanya sebuah sentuhan kecil
seorang sahabat, akhirnya cerita pun dimulai. Cerita dalam karya ini cukup
menyegarkan apalagi untuk para rekan remaja.
Tidak rumit, dan jauh dari konflik cinta yang membuat pusing
dan sakit hati. Kisah dalam cerpen cinta berikut memang seperti diilhami oleh
kejadian-kejadian nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi didukung
dengan gaya bercerita yang natural.
Karya cerita cinta terbaru ini cocok untuk anda yang masih
lajang, remaja anak sekolah atau bahkan rekan mahasiswa sekalipun. Mungkin juga
karya ini bisa dijadikan inspirasi dan juga bahan belajar dalam membuat
karangan sendiri berdasarkan apa yang ada dan apa yang dirasakan.
Tentu diharapkan karya ini bisa menjadi bahan bacaan yang
bermanfaat baik untuk sekedar hiburan maupun bahan belajar. Apakah cerita
tentang Ria tersebut bagus, apakah bisa memberikan pesan atau nasehat cinta,
anda bisa menemukan jawabannya dengan menyimak langsung cerpen berikut.
Saat Kau Temukan Aku
Cerpen
Cinta pada Pandangan Pertama
Embun menetes, matahari masih malu menampakkan wajahnya yang
garang, pagi indah menghiasi, aku baru terbangun dari tidur. Mata masih berat
untuk bisa dibuka. Sementara teman menelpon, ingin mengajakku pergi jalan-jalan
ke sebuah pusat perbelanjaan pagi ini. Aku pun menuruti permintaan temanku, dia
memaksa.
Apa mau di kata, mata begitu berat untuk dibuka. Aku tidur
kembali tanpa memperdulikan apapun yang ku dengar. Tidak sadar, aku membuat
janji dengan temanku. Tak lama kemudian setelah tertidur ada suara teriakan
memanggilku. Masih terlalu pagi untuk mendengar teriakan, malas rasanya.
Aku tidak tahu itu dimana, karena aku sedang melayang di
atas mimpi yang tidak ada satupun orang di dalamnya. “Ria..!”, suara itu
terdengar lagi, aku pun mencarinya tetapi tidak kutemui.
Aku merasa tubuhku ada yang me-noel tetapi aku pun tidak tahu siapa yang me-noel-ku. Badan ini terasa geli dan hingga akhirnya aku terbangun
dari tidurku. Ternyata temanku sudah datang menemuiku.
“Ini anak dari tadi dibangunin enggak bagun-bangun”, ungkap
temanku.
“Iya ini sudah bangun”, ungkapku lalu pergi ke kamar mandi.
Aku pun mandi, sementara temanku menunggu di kamarku. Aku
mandi dengan santainya sementara temanku berkata,”Ria, sudah belum mandinya,
sudah siang”, ungkap temanku.
“Iya ini sebentar lagi”, ungkapku. Tak lama kemudian aku keluar
dan berkata,”Sabar dong cantik”, ungkapku. “Ini sudah siang Ria”, ungkap
temanku. “Iya iya”, ungkapku.
Aku pun memakai baju dan kemudian menyisir rambut. Usai
menyisir rambut aku merias wajahku dan memakai sepatu. Kami pun berangkat ke
pusat perbelanjaan untuk berjalan-jalan. Kami berangkat dengan menggunakan
mobil temanku.
“Kita mau ngapain si di maal, mana pagi-pagi lagi, ganggu
orang tidur”, ungkapku.
“Tenang dulu dong, aku mau mengenalkan kamu sama teman aku”,
ungkap temanku.
“Siapa.?”, ungkapku.
“Cowok ganteng banget”, ungkap temanku.
“Cowok lagi..!, aku mau turun sajalah”, ungkapku.
“Jangan.!, sudah kamu ikut saja, pasti kamu enggak nyesel”,
ungkap temanku.
Dengan terpaksanya aku pun mengikuti mau dari pada temanku
untuk menemui pemuda yang hendak di kenalkankepadaku. Tak lama kemudian aku pun
sampai di sebuah pusat perbelanjaan. Kami turun dari mobil. Kami pun masuk ke
tempat perbelanjaan tersebut menemui pemuda yang hendak di kenalkan kepadaku.
Setelah menaiki tangga 2 kali sampailah aku di tempat makan.
di sana sudah menunggu seorang pemuda. Tampan si, persis seperti apa yang di
katakan oleh temanku. Tetapi aku tidak bisa memberikan hatiku langsung sebelum
aku mengenalnya lebih dalam lagi.
Kami pun menghamiri pemuda tersebut,”Hay Rio”, ungkap
temanku kepada pemuda tersebut.
“Hay”, ungkap pemuda tersebut. Kami pun duduk bersamanya.
“Sudah lama ya”, ungkap temanku.
“Baru kok, ini siapa”, ungkap Rio sambil menunjuku.
“Ini yang kemarin aku ceritain sama kamu, Ria ini Rio teman
aku”, ungkap temanku.
“Ria”, ungkapku sambil berjabat tangan.
Kami pun memesan makanan dan kemudian memulai makan bersama.
Sementara itu kami asyik mengobrol satu sama lain. sekilas pemuda tersebut
tampak baik dan begitu asyik untuk mengobrol. Aku dan dia mengobrol banyak
tentang pengalaman peribadi dan pekerjaannya.
Sementara itu aku melihat temanku Ayu begitu berniat sekali
menjodohkanku dengan Rio. Bahkan dia berkata di depan kami, “Kalian itu
pasangan yang cocok lo, Rio dan Ria”, ungkap temanku.
Aku pun menjawab,”Jadian aja belum, kamu ini:, ungkapku. Temanku
pun tertawa, dan tak lama kemudian Ayu pamit hendak pergi ke toilet dan meninggalkan
kami berdua di meja tersebut. “Rio dan Ria, aku ke toilet dulu ya”, ungkap
temanku. “Ya sudah jangan lama-lama ya”, ungkapku. “Iya sebentar kok, kalian
lanjutin aja ngobrolnya”, ungkap temanku dan langsung pergi menuju toilet.
Sementara aku terus mengobrol dengan Rio.
“Rio rumah kamu belah mana”, ungkapku kepadanya.
“Tidak jauh dari sini kok, lurus dari sini terus belok
kanan, mampir aja kalau lewat”, ungkap Rio.
“Iya terimaksih”, ungkapku.
“Minta nomermu dong”,ungkap Rio.
“Ni catet saja di ponsel”, ungkapku sambil memberikan
ponselku.
Rio pun mencatat nomer tersebut dengan sabarnya. Sementara
itu Ayu kembali lagi menghampiri kami usai dari toilet.
“Sudah ke toiletnya”, ungkapku.
“Iya sudah”, ungkapnya.
“Ini ponselnya”, ungkap Rio mengembalikan ponselku.
“Ciye, tukeran nomer hanpone”, ungkap Ayu.
Aku dan Rio pun hanya tersenyum mendengar apa yng dikatakan
oleh Ayu. “Pulang yok sudah siang”, ungkap Ayu. “Ayok”, ungkapku. “Rio kami
pamit dulu ya”, ungkap Ayu. “Iya”, ungkap Rio.
Kami pun beranjak dari tempat duduk kami dan bergegas keluar
dari tempat tersebut. setelah itu kami masuk mobil dan kemudain berjalan untuk
menuju pulang. Pertemuan yang singkat tetapi cukup meneyenangkan dan cukup
membuatku terpesona.
“Bagaimana..? Rio, ganteng kan”, ungkap Ayu sambeli
menyetir.
“Ganteng si tetapi.?”, ungkapku.
“Tapi apa, dia baik kok orangnya enggak seperti Bagas mantan
kau dulu”, ungkap Ayu.
“Tapi aku masih takut mau jalanin hubungan Yu”, ungkapku.
“Ya sudah temanan saja dulu, bila sudah siap baru pacaran”,
ungkap ayu.
“Iya maunnya si gitu”, ungkapku.
Tak lama kemudian sampailah aku di rumahku.”Mampir dulu
yok”, ungkapku kepada Ayu. “Iya lain kali sajalah, aku sudah di tunggu sama
orang tuaku”, ungkap Ayu. ‘Ya sudah”. “Duluan ya”, uangkap ayu dan kemduian
pergi.
Aku pun mausk ke rumah dengan perasan sedikit bahagai. Aku
tidak tahu apakah ini pertanda aku menemukan cinta sejatiku. Tetapi untuk saat
ini aku tidak bisa langsung menyimpulakn aku suka padanya. Karena aku memang
masih terauma menjalani kisah cinta.
Kini biarkan waktu yang berjalan dan menentukan semuanya.
Yang pasti siapapun jodohku aku harap dia adalah orang yang baik dan bisa setia
denganku.
Aku duduk sejenak di ruangan tamu sambil memakan makanan
ringan. Tak lama kemudian ada sebuah pesan masuk .
“Hay Ria, lagi apa sekarang”, ungkap pesan tersebut.
“Ini nomernya siap ya”, ungkapkan.
‘Ini Rio”, ungkapnya.
“O Rio, lagi dudukan saja Yo”.
“Oh, sudah sampai rumah tah..?”, ungkap Rio.
“Iya ini baru sampai, kamu sudah ulang belum”, ungkapku.
“Ini juga baru sampai”, ungkap Rio.
Lama kami mengobrol lewat chat sms. Hingga aku tak sadar aku
belum makan. Aku masuk ke ruang makan dan selanjutnya memulai untuk makan.
Meski tadi sudah negmil tetap saja lapar belum terobati bila belum makan nasi. Aku
pun mengambil nasi dan membiarkan nasi
tersebut dingin terlebih dahulu. Setelah itu aku mengambil lauk dan sayur.
Setelah di rasa nasi sedikit dingin aku pun mulai
menyantapnya. Sendok demi sondok aku masukan kemulutku. Sementara itu pikiranku
terbayang Rio, yang menurutku dia adalah pemuda yang baik. Dia juga tipekal
orang yang penyayang itu semua tentu membuatku terkesima dengannya.
Tak lama kemudian ketika sedang asyik memikirkan Rio, lidahku
tergigit karena tidak konsen makan. Hal tersebut membuatku harus berhenti
mengunyah sejenak, karena lidahku berdarah. Setelah sedikit lebih baik aku pun
melanjutkan makan lagi, tentunya dengan pikiran yang lebih konsentrasi lagi.
---
oOo ---