Cerpen tentang kekasih yang setia ini khusus untuk memberikan semangat bagi yang sedang punya pasangan. Kebahagiaan tidak akan mungkin diraih dengan ketidakjujuran. Sebaliknya, kesetiaan akan memberikan ruang penuh bagi cinta berkembang.
Setialah pada pasangan karena kesetiaan itu akan kembali pada kita sendiri. Kesetiaan adalah kebaikan yang kita tanam untuk kita petik hasilnya dikemudian hari.
Cerpen cinta kali ini diharapkan bisa menjadi teman santai di kala senggang. Mudah-mudahan kisah yang diangkat bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita. Semoga bisa menjadi bahan belajar kita dalam menulis cerpen.
Gemuruh suara kendaraan yang begitu menusuk kuping dan pikiran. Debu dan asap berterbangan mengenai muka hingga terlihat kusam. Jalan begitu lambat karena begitu banyaknya pengendara yang melintas. Sabar menjadi penyelesaian masalah yang kini sedang aku alami.
Kau terus dengan sabar menunggu kendaraan yang ada di depan kita berjalan. Satu meter berjalan dengan pelan dan berhenti lagi. Begitu terus berulang-ulang hingga membuatku bosan.
Sedikit demi sedikit akhirnya kami bisa sampai rumah meski sangat memakan waktu dan tenaga kami. Aku dan kekasihku duduk di halaman depan rumahku sambil melepas penat dan lelah sehabis mengendara.
Cerpen cinta kali ini diharapkan bisa menjadi teman santai di kala senggang. Mudah-mudahan kisah yang diangkat bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita. Semoga bisa menjadi bahan belajar kita dalam menulis cerpen.
Hingga Akhir Waktu
Cerpen Kekasih Setia
Kau terus dengan sabar menunggu kendaraan yang ada di depan kita berjalan. Satu meter berjalan dengan pelan dan berhenti lagi. Begitu terus berulang-ulang hingga membuatku bosan.
Sedikit demi sedikit akhirnya kami bisa sampai rumah meski sangat memakan waktu dan tenaga kami. Aku dan kekasihku duduk di halaman depan rumahku sambil melepas penat dan lelah sehabis mengendara.
Aku melihat mukamu begitu deras mengalir air keringat.
Dengan begitu lembutnya aku mengelap keringat yang menyucur deras di dalam
keningmu.
Sesosok tawa kecil keluar dari mukamu menghargai perhatianku. Aku berdiri dan berjalan ke rumah untuk membuatkan minuman dingin pengobat rasa panas di teggorokan.
Sesosok tawa kecil keluar dari mukamu menghargai perhatianku. Aku berdiri dan berjalan ke rumah untuk membuatkan minuman dingin pengobat rasa panas di teggorokan.
Aku hendak membuat minuman dingin dengan begitu hati-hati
dan berharap kekasihku menyukainya. Sementara itu aku mulai memotong buah
satu-persatu dan kemudian memasukannya ke mesin blender.
Pisau menghancurkan buah hingga terlihat buih di dalam wadah belender. Aku memencet tombol berhenti dan kemudian mengmbilnya dan menuangkan di gelas.
Pisau menghancurkan buah hingga terlihat buih di dalam wadah belender. Aku memencet tombol berhenti dan kemudian mengmbilnya dan menuangkan di gelas.
Kini 2 minuman dingin pengobat rasa haus siap untuk di
sajikan. Aku membawa minuman dingin ke keluar. Dengan begitu hati-hati aku
membawa minuman tersebut. Aku keluar dari pintu dan berjalan lagi menuju tempat
kekasihku. “Minuman datang”, ungkapku sambil terus berjalan mendekat kekasihku.
Dengan tersenyum kekasihku berdiri dan berkata,”Wah tau saja
si sayang, aku lagi haus”. “Iya dong, gak nyesel tentunya kamu jadiin aku
pacar”, ungkapku sambil menurunkan minuman ke tanah.
Dengan satu tangan terbuka aku berkata,”Silahkan diminum jusnya”. Kekasihku meminum jus yang sudah aku buat dengan begitu cepatnya.
Dengan satu tangan terbuka aku berkata,”Silahkan diminum jusnya”. Kekasihku meminum jus yang sudah aku buat dengan begitu cepatnya.
Aku mengambil minuman yang sudah aku buat, dan kumasukan ke
dalam mulutku. “Berr..”, begitu segar ketika cairan masuk ke dalam tenggorokan.
Sementara itu kekasihku sudah menghabiskan minuman yang susdah aku buat.
“Ini bocor apa yank..?”, ungkapku begitu terheran-heran
karena minumannya sudah habis dengan begitu cepatnya. “Enggak kok, aku haus”,
dengan tersenyum.
Aku tertawa hingga tak terkendali dan tak kuasa untuk
berhenti. Kekasihku hanya tersenyum dan memandangi aku yang sedang tersenyum.
Wajahku berubah menjadi merah ketika dia memandangku. Dengan tersenyum dan mengacungkan jari telunjuknya dia berkata,”Itu kenapa mukanya merah lebam haha”. Aku hanya tertawa dan berusaha menyembunyikan kegrogianku.
Wajahku berubah menjadi merah ketika dia memandangku. Dengan tersenyum dan mengacungkan jari telunjuknya dia berkata,”Itu kenapa mukanya merah lebam haha”. Aku hanya tertawa dan berusaha menyembunyikan kegrogianku.
Kami duduk santai lagi sambil menikmati semilir angin yang
menghembus di bawah terik matahari. Suasana begitu nyaman lagi tenang dan sejuk
luar dan dalam.
Sejuk di luar ketika angin menghembus membuat kulitku begitu segar. Sejuk di dalam ketika aku melihat kekasihku tersenyum denganku.
Sejuk di luar ketika angin menghembus membuat kulitku begitu segar. Sejuk di dalam ketika aku melihat kekasihku tersenyum denganku.
Matahari sudah mulai ke barat dan panas sudah tidak terlalu
menyengat. Angin semakin kencang meniup kami, hingga aku harus berulang kali
merapihkan rambutku yang berantakan terkena angin. Sementara kekasihku tetap
tersenyum melihatku dengan gaya coolnya.
“Apa lihat-lihat”, ungkapku melihat kekasihku yang sedang
tersenyum
“Enggak”, berdiri dan berlari mengejarku.
Tanganku mendorong ke atas dan membuat berdiri tubuhku. Aku
berlari karena di kejar oleh kekasihku. Aku terpleset dan kakiku tergilir
kemudian tubuhku terpental menyentuh tanah. Sambil terus memegang kakiku aku
merintih kesakitan,”Aduh...! kakiku tolong”.
Sementara itu kekasihku langsung menghampiriku dan berkata,”Aduh ini akibatnya ngeledek si”. kekasihku melepas sepatu yang terpasang di kakiku.
Dia mengurut kakiku dengan begitu lembutnya. Setelah di urut dia menarik kakiku dan membuatku berteriak,”Aduh..! pelan-pelan”. Kekasihku melepaskan kakiku dari tangannya dan berkata,”Sudah sembuh”. Dengan perlahan aku menggerakan kakiku, ajaib kakiku sudah sembuh dan tidak sakit lagi.
Sementara itu kekasihku langsung menghampiriku dan berkata,”Aduh ini akibatnya ngeledek si”. kekasihku melepas sepatu yang terpasang di kakiku.
Dia mengurut kakiku dengan begitu lembutnya. Setelah di urut dia menarik kakiku dan membuatku berteriak,”Aduh..! pelan-pelan”. Kekasihku melepaskan kakiku dari tangannya dan berkata,”Sudah sembuh”. Dengan perlahan aku menggerakan kakiku, ajaib kakiku sudah sembuh dan tidak sakit lagi.
Aku berjalan ke bawah pohon lagi dengan dipapah oleh
kekasihku. “Makasih ya”, ungkapku kepadanya. “Iya, jangan terlalu banyak
bergerak dulu, biar cepat sembuh”, ungkap kekasihku sambil melihatku.
“Aku pulang dulu ya sudah sore”, ungkap kekasihku.
“Terus aku jalan masuk ke rumah gimana..?”, ungkapku.
Dia memapahku lagi dan masuk ke rumah. Aku duduk di bangku
ruangan tamu dengan sedikit merasakan nyilu. Kekasihku berdiri di depanku dan
berkata,”Aku pulang ya, cepet sembuh ya”.
Dengan tersenyum aku berkata,’Iya, hati-hati ya”.
Kekasihku berjalan
keluar pintu menuju ke halaman. Terlihat dan kaca jendela kekasihku
sedang memakai helm dan naik motor dari jendela.
Dia menghidupkan motor dan berjalan keluar gerbang. Sementara kau tetap duduk manis di kursi ini. Tidak banyak yang bisa aku lakukan karena kakiku belum bisa terlalu banyak bergerak.
Dia menghidupkan motor dan berjalan keluar gerbang. Sementara kau tetap duduk manis di kursi ini. Tidak banyak yang bisa aku lakukan karena kakiku belum bisa terlalu banyak bergerak.
Aku begitu bahagia berkat urutan dari kekasihku aku tidak
menderita berkepanjangan. Meskipun aku juga tidak boleh bergerak terlalu banyak
setelah di urut. Setidaknya kakiku bisa sembuh lebih cepat dan uratku bisa
berfungsi sebagaimana semestinya.
Hari sudah sore dan begitu gelap, berbeda dengan siang hari
yang begitu panas. Cuaca begitu mendung dan terlihat awan hitam yang menutup
cerahnya langit. Angin terus bertiup menerpa semua yang ada di depannya.
Tidak lama kemudian hujan turun dengan begitu derasnya.
Badai mengeluarkan suara yang begitu keras di sertai sebuah cahaya yang sekejab
hilang. Sementara aku terkaget dengan suara petir yang keluar. Dengan begitu
lambatnya aku berjalan menuju arah kamar karena badai semakin besar.
Aku mematikan ponselku dan mematikan televisi yang hidup.
Aku duduk di kamar dengan tenangnya. Setelah itu aku pergi ke kamar mandi dan
mandi.
Suasana begitu dingin di iringi dengan hujan yang begitu deras di luar. Usai mandi aku keluar dan memakai bajuku. Aku duduk di kasur dan membungkusnya dengan selimut yang tebal.
Suasana begitu dingin di iringi dengan hujan yang begitu deras di luar. Usai mandi aku keluar dan memakai bajuku. Aku duduk di kasur dan membungkusnya dengan selimut yang tebal.
Tubuh ini begitu dingin dan membuat bulu kuduk berdiri. Aku
mengambil buku dan membacanya sebagai penghilang rasa sepi.
Sedikit lebih nyaman membaca buku di tengah petir yang begitu keras malang melintang. Tetapi aku tidak memperdulikannya aku terus terfokus kepada bacaanku.
Sedikit lebih nyaman membaca buku di tengah petir yang begitu keras malang melintang. Tetapi aku tidak memperdulikannya aku terus terfokus kepada bacaanku.
Malam datang hujan belum juga reda. Petir sudah bersembunyi
di gelapnya malam dan yang ada hanya suara rombongan tetesan hujan dari langit.
Aku belum juga selesai menikmati dan menyimak subtansi sebuah buku bacaan. Dingin malam semakin menusuk kulit.
Aku belum juga selesai menikmati dan menyimak subtansi sebuah buku bacaan. Dingin malam semakin menusuk kulit.
Aku berjalan ke dapur dengan penuh kedinginan untuk membuat
minuman. Dengan telaten aku mengambil gelas dan dengan jalan yang sangat
perlahan.
Aku memasukan gula dan teh lalu aku siram dengan air panas. Aku membawanya kembali ke kamar untuk aku meinum dengan menikmati isi dari buku yang aku baca.
Aku memasukan gula dan teh lalu aku siram dengan air panas. Aku membawanya kembali ke kamar untuk aku meinum dengan menikmati isi dari buku yang aku baca.
Sementara itu aku ingat dengan kekasihku, sedang apa ya dia
sekarang ungkap dalam hati kecil. Aku begitu nyaman dekat di sampingnya dan
gundah ketika sedang seperti ini. Aku ingin selalu dekat dengan kekasihku.
---
oOo ---