Pertandingan Bulu Tanggkis Pertamaku

Cerpen singkat pengalaman olahraga bulu tangkis berikut ini adalah hasil karya dalam proses belajar menulis sebuah karangan fiksi. Ceritanya kita akan belajar membuat cerita pendek (cerpen) berdasarkan pengalaman.


Mungkin pengalaman adalah hal yang paling dekat dengan kita yang bisa dijadikan bahan tulisan. Kan, semua orang pasti punya banyak pengalaman dalam hidup. Termasuk mengenai olahraga. Waktu kecil, di masa sekolah atau bahkan ketika sudah dewasa. 

Ada yang saking tidak sukanya olahraga. Ada juga yang sangat hobi atau ada juga kejadian lucu, menyenangkan, mengesankan atau bahkan memalukan yang terjadi saat sedang main bulu tangkis. Yuk, kita baca cerita ini bersama!

Pertandingan Bulu Tanggkis Pertamaku
Cerpen Pengalaman Singkat

Ya sebelumnya perkenalkan nama aku ARIF fuCkinG alamat aku Bandung Baru dan aku bekerja menjadi menager di suatu perusahaan terbesar di Hongkong dan aku memiliki hobi badminton (bulu tangkis)

Ngomong - ngomong soal hobi aku jadi ingin menceritakan hobi aku. Yak hobi aku sang sudah aku sebut tadi, ya benar.. badminton. Aku memiliki hobi ini baru baru ini kurang lebih dari kelas 4 SD. Kenapa aku menyukai (hobi) permainan ini? 

Karena bagi aku permainan ini sangat mengasikkan selain haya mengasikan permainan ini sangat cocok untuk melatih kecepatan, kejelian mata, titik fokus, pola berpikir cara mengecoh lawan.

Karena aku amat menggemari pemain asli dari Indonesia yaitu Topik Hidayat ini lah sosok yang menjadi aku semangat dan tak pandang lelah. 

Pertama kali saat aku perkenalan cara memegang raket itu terlihat sekali orang bodoh. Itu pun baru megang belom main.

Setelah itu aku pun di beri pengarahan oleh atasan kami dan kami suruh bergerak gerak sendiri seperti orang bodoh di pinggir jalan.

Katanya untuk pelemasan tangan. Ya memang benar sih, setelah itu aku pun langsung di tes untuk memain kan permainan tersebut dengan atasan aku.

Karena kok enggak pernah terbang di atas hanya jatuh kebawah melulu begitu kakak atasan aku dapet peluang servis tanggung langsung saja cemees. 

“Stoook…!”, kenak jidat aku. Pada saat itu kan aku masih agak lumayan cupu dan dan aku pun langsung kapok dan tak mau ikut lagi. Aku langsung pulang dan prasaan aku ya marah ya jengkel ya malu ya takut, pokok nya serba salah deh. 

Hari keesoknya aku pun tidak ikut dan dari esoknya lagi pun aku tidak ikut kembali dan aku hanya meegangi raket di daam kamar.

Mungkin karena aku 3 hari hanya bias pegang raket sendiri dan tangan aku tampaknya ulai rasa gatel ingin bermain raket walaupun belum bisa. 

Hari berikutnya, tepatnya pada hari minggu, kebetulan libur sekolah. Aku langsung ikut nimbrung kembali dan tampaknya aku tidak di ejek, “alhamdulilah…” batinku. Aku pun langsung di ajak kembali main olek orang yang lebih bias dari aku dan aku pun menjawab “oke …!” 

Aku pun main mulai merasa takut dan akhirnya aku emberanikan diri tanpa ada rasa takut sedikit pun dan aku mulai bisa dan sampai beberapa bulan aku ikut trerus dan sampai saat ini. Di saat usiaku sekitar 15 tahun aku sudah mulai menguasai kurang lebih 45%. Teman aku pada kumpul di GSG. 

Sampai di sana pun aku langsung di ajak separingan sama teman aku. Dan aku melayani, dan pada babak perama aku unggul dan pada babak ke dua aku tertinggal 19 – 21. 

Walaupun tipis aku pun tak terima dan pada penentuan cemes yak dan akhirnya aku unggul dan memenangkan permainan tersebut dengan poin 13 - 21 telak sekali. 

Teman aku pun tidak mau mengkui kekalahanya dan teman aku mengjak bĂȘte kembali dia mengajak kurang lebih 250 saat itu uang yang cukup lumayan besar. Teman teman aku menyuport aku, “ayo ws gapopo lawan wae tak botoi lah kue…!” 

Aku semakin semangat, “ayok lah gk sah kesuen…! kataku. Berjalanya pertandingan di babak pertama aku kalah 17-21. Lawan aku pun tertawa terlawa latah seolah olah meremehkan aku, menghina aku. 

Babak kedua aku sempat tertinggal 11- 5. Pada saat itu aku kurang konsentrasi dan setelah itu aku termenung sejanak dan dipikiran, aku harus menang karena aku tdak mau ngecewain teman aku. 

Aku pun mulai redup tingkat keemosianku dan aku pun mulai bangkit dan akhirnya aku memenangi permainan tersebut. kami pun pesta, Teman aku hanya bisa diam membisu tanpa kata, menangisi kekalahan.

---oOo---

Back To Top