Power Bank Kesayangan, Cerpen Cinta Romantis

"Power Bank", bisa dikatakan cerpen cinta romantis terbaru ini sangat romantis. Di cerpen cinta ini dikisahkan kebaikan dan keikhlasan yang dibalas dengan kebaikan, tulus memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan ternyata mendapat hadiah perasaan cinta. 


Power Bank Kesayangan, Cerpen Cinta Romantis

Ya, cerpen cinta romantis berikut ini mengisahkan awal terjadinya pertemuan yang berkesan dan bersemi bunga-bunga cinta diantara dua insan. Kisahnya terlihat lebih menekankan kepada rasa tulus dalam membantu orang lain. 

Memang sudah semestinya kita selalu berbuat baik dan menolong siapapun yang membutuhkan. Terlihat dalam cerita tersebut digambarkan bahwa perbuatan baik yang tulus akan mendapatkan balasan yang setimpal. Paling tidak, kebaikan memang akan menebarkan kebahagiaan dimanapun. 

Dalam cerita cinta romantis ini terdapat kejadian-kejadian yang menegangkan, mengharukan sekaligus menjadi inspirasi. Ceritanya segar dan sangat cocok untuk yang masih berjiwa muda. Ada pengalaman yang dibagikan, ada nasehat sekaligus unsur estetis. Lebih baik kita baca langsung ceritanya.


Power Bank Kesayangan
Cerpen oleh Irma

Aku sama sekali tidak perduli jika ada yang memberi power bank terbaik sekalipun. Aku sudah memiliki power bank yang bagus, yang bukan hanya berfungsi dengan baik namun juga memiliki kenangan tersendiri. Ada story-nya kalau kata teman-teman sebayaku.

Memang, harga powerbank yang aku miliki tersebut tidaklah se-mahal yang lain namun sekali lagi, barang yang satu ini memang merupakan salah satu yang sangat aku sayang. 

Bukan hanya untuk menambah daya perangkat smartphone yang aku miliki, bahkan ia mampu menambah daya semangatku dalam menjalani hari-hari.

Ceritanya panjang, kala itu aku sedang mengikuti kegiatan alam, berkemah dengan beberapa teman lain di sebuah lokasi yang cukup bagus dan terkenal. Lokasi perkemahan, tentu saja setelah sampai disana tidak ada listrik dan itu berarti kami hanya mengandalkan media penyimpanan daya tersebut untuk kebutuhan smartphone kami.

Ya, memang si, berwisata di areal perkemahan yang alami dan indah tentu kami tidak akan sibuk dengan smartphone, tetapi bukan berarti kami sama sekali tidak membutuhkan ponsel pintar tersebut.

Awalnya semua kegiatan berjalan dengan lancar, aku menghabiskan waktu untuk menikmati pemandangan dan berbagai tumbuhan serta binatang disana. 

“Lihatlah bunga itu, sangat indah sekali, apalagi dengan kondisi lingkungan di sekitarnya, aku harus mengabadikannya”, ucapku ketika menemukan sebuah bunga langka.

Aku tidak sendiri, ada beberapa rekan lain yang juga melihat bunga tersebut dan ikut mengambil foto disana. Selain tumbuhan, aku juga sempat mengabadikan sejumlah pemandangan nan elok ketika kudapati beberapa ekor ikan melompat-lompat melewati batuan, semua itu berkat smartphone yang senantiasa ada di tanganku.

Sedang asyik aku menikmati berbagai keindahan alam disana tiba-tiba aku melihat seorang gadis duduk dengan sangat murung. “Eh, siapa itu, bukannya menikmati suasana kenapa kok duduk termenung begitu”, pikirku.

“Hei, kenapa duduk sendiri…”, aku mencoba menyapa gadis itu. Di luar dugaan, ia hanya sekilas memandang ke arahku dan tetap terdiam. “Cantik…”, pikirku. Aku mendekati gadis itu dan mencoba menanyakan apa yang terjadi.

“Kamu salah satu rombongan dari kota itu ya, lumayan jauh juga kalian berlibur”, aku mencoba membuka percakapan. Sekali lagi, ia hanya menoleh sebentar, kali ini ia langsung membuang pandangannya ke arah ikan yang berlompatan di sela bebatuan sungai itu.

“Bagus ya, di tempat lain tidak ada ikan yang bisa berenang bebas seperti disini”, ucapku padanya.
“Itulah yang membuatku sedih…” ucapnya

“Kenapa, melihat pemandangan bagus kok sedih?”, aku bertanya padanya
“Jelaslah, aku yang jauh-jauh kesini hanya untuk melihat langsung keindahan taman wisata ini tapi tidak bisa mengabadikan satupun keindahan tersebut”, ucapnya dengan nada yang lebih keras.

Sejenak aku terdiam mencoba menerka apa yang sebenarnya terjadi padanya. Tak lama aku mencoba bertanya kembali. “Memang kenapa, kamu tidak bawa kamera?”, tanyaku menebak
“Enggak….”, jawabnya singkat. “Loh, kok bisa, jauh-jauh dari kota kok sama sekali gak bawa kamera?”, tanyaku penasaran

“Tadinya aku ingin menggunakan smartphone untuk mengabadikan semua keindahan disini, tapi…”, ia pun tertunduk dan tidak melanjutkan kalimatnya. “Sialnya, semua power bank yang sudah aku siapkan untuk smartphone ku ternyata tertinggal, power bank hippo, power bank vivan, power bank energizer bahkan power bank blackberry juga berada dalam satu tempat”, ia melanjutkan kalimatnya sesaat kemudian.

“Jadi, itu masalahnya, begitu saja kok sampai murung begitu”, pikirku. “Kan, lain kali kamu juga bisa kesini lagi?” ucapku memberi solusi. “Ini kesempatan pertama dan terakhir, setelah ini aku tidak bisa lagi karena orang tuaku akan pindah ke luar negeri”, jelasnya.

Aku mencoba berpikir keras untuk membantu memberikan solusi pada gadis itu. Kemudian aku teringat pada power bank di saku celanaku. “Tapi, smartphone ku juga sebentar lagi butuh daya”, pikirku ragu. “Tapi, gadis secantik ini, jelas aku tak tega melihatnya murung”, ucapku dalam hati.

“Tenang, aku punya power bank terbaik di dunia, mau coba? Cukuplah untuk mengisi daya smartphone mu untuk beberapa gambar, mau?”, ucapku spontan. Sesaat kemudian ia menoleh dan memandangku. “Tapi syaratnya kenalan dulu ya, aku Anton, nih power bank-nya…”, ucapku sambil mengeluarkan power bank milikku.

“Kamu yakin, kamu kan juga butuh ini?” ucapnya
“Iya, tidak apa-apa, lagian aku sudah mendapatkan beberapa gambar, lagian juga tempat tinggalku tidak jauh dari sini, jadi aku bisa kapan saja kesini lagi…”, jelasku padanya

Ia pun tersenyum simpul, saat itulah, aku menemukan sebuah bunga yang sangat, sangat indah – mungkin bunga terindah di dunia ini.

Akhirnya, tanpa berkata-kata lagi ia langsung beraksi, mengisi smartphone miliknya dan memulai petualangan. Ku lihat dia begitu senang, berlari ke sana kemari dengan sesekali menoleh dan tersenyum ke arahku. Aku pun melepas dia dengan tatapan penuh makna.

Sore harinya, setelah seluruh daya tak tersisa ia pun menemuiku. “Terima kasih banyak, Anton”, ucapnya sambil tersenyum. Ia mengembalikan power bank milikku dengan sebuah kartu nama terselip, sebuah kartu nama yang dibagian belakangnya terdapat tulisan pena biru “you’re my angel”.

--- Tamat ---

Back To Top