Judulnya saja sudah membuat merinding, cerpen "hantu penghuni mall" ini memang sebuah contoh karya cerpen dengan tema horor. Cerpen ini memiliki cerita yang unik dan cukup menarik, cocok sekali untuk anda baca di kala senggang. Selain itu ceritanya masih cukup baru dan belum pernah diterbitkan sama sekali.
Dalam cerpen ini anda akan ikut merasakan suasana mencekam yang bisa membuat anda takut. Dikemas dengan alur yang sedikit lucu, cerpen ini bisa menjadi pilihan waktu santai anda. Lalu bagaimana dengan alur cerita yang disajikan oleh karya terbaru ini?
Karya kali ini mengangkat kehidupan remaja yang suka berbelanja atau suka jalan-jalan di perbelanjaan. Nah, mungkin juga bisa disimpulkan ada unsur sindiran dalam cerita yang diberikan.
Namun begitu karena memang bertema hantu maka ceritanya tentu akan membuat anda takut. Apa sebenarnya yang terjadi dalam kisah ini?
Sedikit gambaran, ada beberapa remaja yang sedang jalan-jalan untuk melihat-lihat berbagai pakaian dan hal baru lainnya di sebuah mall. Tidak disangka, ketika mereka sedang asyik melihat-lihat ternyata salah satu dari mereka melihat penampakan bayangan yang tidak wajar.
Di tempat yang sangat ramai, ada bayangan hitam yang tinggi besar, dan juga suara yang hanya bisa didengar oleh satu orang. Sang remaja tersebut tentu ketakutan dan pulang ke rumah. Ternyata ceritanya tidak selesai sampai di situ, seperti apa akhir kisah ini baca saja cerpen berikut!
Karya kali ini mengangkat kehidupan remaja yang suka berbelanja atau suka jalan-jalan di perbelanjaan. Nah, mungkin juga bisa disimpulkan ada unsur sindiran dalam cerita yang diberikan.
Namun begitu karena memang bertema hantu maka ceritanya tentu akan membuat anda takut. Apa sebenarnya yang terjadi dalam kisah ini?
Sedikit gambaran, ada beberapa remaja yang sedang jalan-jalan untuk melihat-lihat berbagai pakaian dan hal baru lainnya di sebuah mall. Tidak disangka, ketika mereka sedang asyik melihat-lihat ternyata salah satu dari mereka melihat penampakan bayangan yang tidak wajar.
Di tempat yang sangat ramai, ada bayangan hitam yang tinggi besar, dan juga suara yang hanya bisa didengar oleh satu orang. Sang remaja tersebut tentu ketakutan dan pulang ke rumah. Ternyata ceritanya tidak selesai sampai di situ, seperti apa akhir kisah ini baca saja cerpen berikut!
Hantu Penghuni Mall
Cerpen Oleh Irma
“Kamu harus pergi, kamu tidak punya uang, kamu dilarang ke
mall”, suara aneh itu terus saja terdengar di telinga Rafa. Tapi herannya Octa dan
Dandra sama sekali tidak mendengar apapun selain kebisingan mall tersebut.
“Hei, kalian dengar suara aneh itu tidak?”, tanya Rafa
kepada kedua temannya. “Suara aneh apa sih, kamu ini ada-ada saja”, jawab Octa.
“Iya nih, ada-ada saja kamu!”, ucap Dandra menimpali.
Menyadari kedua temannya tidak mendengar suara itu akhirnya
Rafa pun diam, ia melanjutkan langkah kakinya melihat-lihat model pakaian yang
bagus-bagus. Tiba-tiba ia tersentak kaget ketika melihat sosok tinggi besar
berwajah hitam berdiri tepat di samping kasir yang terlihat dari kejauhan.
Ia coba melihat dengan lebih jelas ke arah sosok itu dan ia
bisa memastikan tatapan matanya yang seperti silet. “Aduh, apa lagi itu”,
ucapnya dalam hati. Ocata dan Dandra yang sedang asyik melihat-lihat baju tidak
menyadari raut muka cemas sahabatnya.
“Yang ini bagus Fa, Rafa, hei di mall malah melamun!!”, ucapnya
kesal.
Rafa pun tersentak kaget dan menoleh ke arah temannya. Ia
hanya terdiam, kembali ia layangkan pandangannya ke sosok tadi, “ah sudah tidak
ada”, ucapnya lirih.
“Beli sesuatu, atau aku akan ikut denganmu”, terdengar suara
berbisik di telinga Rafa. Ia pun menoleh, dilihatnya sosok yang tadi, kali ini
seolah sosok itu tadi menghampirinya dan sekarang pergi menjauh.
Tubuhnya jangkung dengan pakaian yang terurai panjang,
rambutnya sampai ke kaki, seluruh tubuhnya terlihat hitam kusam, sontak seluruh
tubuh Rafa pun merinding ketakutan.
Tanpa sadar tangan kirinya langsung mengambil sesuatu di
rak, celana dalam pria, ia langsung menuju ke kasir dan mengeluarkan sejumlah
uang. Pandangan matanya tak lepas mengamati arah sosok tadi menghilang.
“Ini enggak salah Mbak?”, ucap kasir menanyakan barang yang
Rafa beli. “Tidak, tidak salah”, jawab Rafa singkat sambil terus mencari sosok
yang tadi ia lihat. Ia pun akhirnya pulang meninggalkan dua sahabatnya Octa dan
Dandra.
“Kemana Rafa?”, tanya Octa
“Entahlah, anak itu enggak beres!” balas Dandra
Akhirnya mereka pun pulang. Sesampainya di rumah mereka
melihat Rafa yang tidur sambil berkerudung selimut. “Hei, parah kamu, pulang
enggak bilang!” ucap Dandra. Melihat tak ada jawaban Octa menyikap selimut yang
Rafa gunakan. Betapa terkejud mereka melihat sahabatnya dengan wajah pucat dan
menggigil.
“Rafa, kamu kenapa?”, tanya Octa dengan rasa takut
“Iya, kamu ini kenapa Fa?”, tanya Dandra
“Aku melihat penampakan di mall tadi, bahkan bayangan itu
tidak mau hilang dari pikiranku”, ucap Rafa sambil gemetar
“Ah kamu ini, salah lihat mungkin, sore begini mana ada
hantu!”, ucap Dandra
“Benar, bahkan aku mendengar suara aneh”, lanjut Rafa
“Suara apa?”, tanya Octa penasaran
“Hantu itu menyuruhku pulang karena aku tidak punya uang,
parahnya ia mengatakan jika aku tidak beli apapun ia akan ikut denganku sebagai
gantinya. Semua pengunjung yang hanya cuci mata akan diganggu oleh dia”, jawab
Rafa
Dandra dan Octa pun saling beradu pandang, jelas mereka
takut karena dari mall tadi mereka juga tidak membeli apapun. “Ah, kamu yang
benar saja!”, ucap Octa dengan nada takut.
“Terus kalian beli apa tadi”, tanya Rafa
“Kami tidak beli apa-apa”, jawab Octa
Sejenak kemudian mereka pun beradu pandang. “Ah sudahlah,
jangan bicara yang macam-macam, lebih baik kita tidur sudah malam” ucap Ocata
takut.
Octa dan Dandra pun langsung masuk ke selimut yang digunakan
oleh Rafa. Belum sempat mereka tertidur tiba-tiba mereka merasakan keanehan.
“Aduh, bau apa ini?”, ucap Rafa berbisik. “Kok seperti bau kemenyan”, ucap
Octa. “Bukan, bau bangkai”, jawab Dandra.
Semakin lama aroma itu semakin menusuk hidung. Mereka coba
mengabaikan aroma tak sedap itu tetapi akhirnya mereka tidak tahan. Mereka pun
membuka selimut dan sejurus kemudian mereka langsung berteriak, “Tidak…..”,
teriak mereka dengan sangat kuat.
Masing-masing dari mereka pun beranjak, berlari menuju
pintu, “buka pintunya, buruan buka”, teriak Octa kepada Dandra. Malang, pintu
tidak bisa dibuka seolah terkunci, padahal mereka sama sekali tidak mengunci
pintu itu.
Badan Rafa menggigil ketakutan, Octa memeluk Dandra dengan
sangat erat dan Dandra yang kebetulan dari tadi menahan kencing pun tidak kuasa
lagi. Air kencing mengalir membasahi lantai, pelan merambat menyentuh kaki
mereka bertiga, “apaan ini”, ucap Rafa.
Mereka bertiga langsung meloncat dan melihat kebawah, “bau
kencing”, ucap Octa. “Iya, itu…” ucap Dandra. “Kamu kencing Dandra?”, tanya
Rafa. Mereka bertiga kemudian menutup hidung masing-masing sembari melihat lagi
ke arah lemari pakaian.
“Sudah hilang”, ucap Dandra. Mereka pun berusaha membuka
pintu tetapi pintu kamar tetap tidak bisa dibuka. Akhirnya Rafa ingat sesuatu,
“apa mungkin”, dengan ragu kemudian Rafa mencari bungkusan plastik yang ia beli
tadi.
Ia kemudian membuka bungkusan tersebut, “Loh, kok kamu beli
celana dalam untuk pria sih”, tanya Octa kaget. “Entah, aku tidak tahu, tadi
aku asal ambil saja”, jawab Rafa.
Rafa segera membuka bungkusan itu, dia mengambil salah satu
pakaian itu dan memberi sahabatnya masing-masing satu. “Mudah-mudahan ini
menjadi penolak hantu, pegang ini, kita tidur lagi”, ucap Rafa dengan serius.
“Tidak ada pilihan lain, Octa dan Dandra pun memegang kedua
pakaian itu dan mengikuti Rafa menuju tempat tidur. Dengan masing-masing memeluk
pakaian dalam itu, mereka akhirnya tertidur, Rafa dan Octa saling peluk
sementara Dandra menahan dingin karena celananya basah.
--- Tamat ---