Ada kalanya kita merasa jenuh dan bosan dengan kisah cinta
yang datar dan bisa ditebak. Berbeda dengan cerpen biasanya, Amara, adalah
sebuah cerpen pengkhianatan cinta yang cukup menyedihkan dan memilukan.
Salah satu pasangan berkhianat, salah satunya tidak bisa
dipercaya, lainnya suka dengan sahabat dan seterusnya. Apakah semua itu masih
cukup menarik, tidak bagi anda yang sering membaca cerita-cerita cinta, namun
contoh cerpen cinta kali ini dikemas dengan sedikit berbeda, bukan
perselingkuhan atau pengkhianatan tetapi kesalahpahaman.
Dua orang kekasih, berseteru, saling caci dan saling maki
karena salah satunya – dianggap – telah mengkhianati cinta yang sudah lama
dibangun. Tentu saja semua dipertaruhkan, tentu saja keindahan dan kebersamaan
bisa saja hilang dalam sekejab mata.
Tapi, siapakah sebenarnya Amara, apakah ia adalah wanita
yang disakiti atau sebaliknya, seorang kekasih yang mengkhianati cintanya? Untuk
menemukan jawaban dari pertanyaan itu lebih baik kita baca cerpen cinta
tersebut di bawah ini.
Amara
Cerpen oleh Irma
“Sudahlah, aku sudah tidak tahan lagi!”, ucap Amara sambil
berlalu meninggalkan Yudi. Tentu saja Yudi berusaha menahan sang kekasih, tetapi
nampaknya kali ini kesabaran Amara sudah benar-benar habis.
Akhirnya, Yudi hanya bisa melepas kepergian Amara dengan
tatapan mata penuh penyesalan. Bagaimana tidak, kekasih yang sudah setia
menemaninya selama 1 tahun terakhir sepertinya benar-benar terluka hanya karena
kesalahpahaman saja.
Saat itu, Amara mendapati sebuah pesan singkat mesra dari
seseorang di ponsel milik Yudi. Melihat pesan yang seolah datang dari kekasih
tentu saja Amara curiga. Yudi yang tidak merasa berkirim pesan mesra kepada
siapapun tentu saja menolak dituduh.
Terjadi pertengkaran, dan salahnya tanpa sengaja Yudi menyebutkan
nama seorang wanita yang sebelumnya belum pernah Amara dengar. Kemarahannya pun
akhirnya memuncak dan tidak dapat dibendung lagi, Amara pun pergi meninggalkan
kekasihnya.
“Aku sungguh tidak percaya engkau seperti itu, apa
salahku?”, ucap Yudi dalam hati. Karena rasa sayangnya, ia mencoba menyambung
tali yang putus, ia mencoba menambal luka hati yang terbuka.
Di malam minggu, dengan membawakan bunga, coklat dan
senyuman, Yudi pergi menemui Amara. Kebetulan sekali di rumah Amara sedang ada
Udin – teman lama Amara yang baru saja pulang dari luar negeri.
Melihat ada seorang lelaki yang duduk di samping Amara
kekasihnya, maka Yudi mengurungkan niatnya. Ia terpukul, “mungkinkah semua itu
hanya alasan dia saja marah padaku?”
Yudi tak dapat menahan amarah, ponselnya di keluarkan,
segera ia menghubungi Amara, “rupanya semua itu hanya sandiwara saja, lempar
batu sembunyi tangan, engkau yang berkhianat aku yang disalahkan!”, ucap Yudi
penuh makna.
“Apa maksud kamu, tiba-tiba nelpon bicara seperti itu!”,
ucap Amara kesal. “Dasar pengkhianat, ucap Yudi, ternyata dibelakangku kau
bersama lelaki lain!”, teriak Yudi.
Yudi tak bisa menahan diri lagi, segera dihidupkan motor
miliknya dan pergi meninggalkan rumah Amara tanpa seorang pun tahu. Di depan,
Yudi menatap merah jalanan yang ia lalui. Udara sore yang sedikit sejuk terasa
menyesakkan dadanya. “Kini berakhir sudah!”, ucap Yudi sambil mempercepat laju
motornya.
“Biarlah cinta ini abadi di hatiku selamanya”, beberapa
detik kemudian Yudi sudah tidak sadarkan diri. Ia mengalami kecelakaan, motor
yang ia kendarai hancur, tapi nyawanya masih terselamatkan.
Di rumah, Amara yang sedang berbincang dengan Udin pun
menerima firasat aneh. Tiba-tiba tangannya bergetar, ponsel yang dari tadi
masih dipegangnya pun jatuh.
“Ada apa Amara?”, tanya Udin
“Entahlah, perasaanku tiba-tiba tidak enak”, jawab Amara
“Memang kenapa?”, tanya Udin lagi
“Entah, sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada Yudi”, ucap
Amara
“Oh, yang tadi itu?”, tanya Udin penasaran
“Iya, Yudi adalah kekasihku Din, tapi tadi dia berbicara
aneh…”, jawab Amara
Sejurus kemudian Amara mendapatkan telpon dari seseorang.
“Hallo selamat malam, apa benar ini Amara?”, tanya orang di ujung telepon. “Iya
benar”, jawab Amara. Ternyata orang yang menolong Yudi dari kecelakaan, ia
memberi kabar bahwa Yudi kritis dan belum ada keluarganya yang datang.
Udin dan Amara pun langsung meluncur ke rumah sakit. Dengan
pikiran yang tidak tenang dan kalut ia meminta Udin mempercepat kendaraannya
hingga sampailah mereka di rumah sakit.
Sesampainya disana, Amara langsung mencari keberadaan
kekasihnya. Setelah itu ia terduduk lemas ketika melihat Yudi tidak sadarkan
diri dengan tubuh penuh perban.
Berhari-hari, akhirnya Yudi yang memang sudah tidak memiliki
keluarga, siuman. Ia telah mendapatkan donor darah dari Udin, dan berkat
bantuan Udin akhirnya nyawa Yudi bisa tertolong, sampai akhirnya ia pun sudah
siuman.
“Kenapa kamu ke sini, untuk apa dia disini!”, ucap Yudi sinis.
“Kamu ini bilang apa Yud, aku dari kemarin disini
menjagamu”, jawab Amara sambil memegang tangan Yudi dengan erat.
“Buat apa, bukankah kamu sudah punya dia, penggantiku”,
jawab Yudi sambil melihat ke arah Udin.
Akhirnya Amara sadar bahwa selama ini telah terjadi salah
paham diantara keduanya. Yudi mengira bahwa Udin adalah kekasih gelap Tamara.
Selama ini Yudi menganggap bahwa Amara sudah berkhianat.
“Kamu salah paham sayang, dia adalah Udin, teman aku sejak
kecil, Amara, Sebuah Cerpen Pengkhianatan Cinta. Ia kesini karena di utus oleh kakek ku untuk mengajak kamu kerjasama
bisnis”, ucap Amara.
Kesalahpahaman hilang, perselingkuhan dan pengkhianatan pun
sirna. Tak ada kisah sedih, tak ada saling menyakiti, akhirnya Amara dan Yudi
bersatu kembali.
--- Tamat ---