Cerpen Singkat: Penuh Dosa, Pantaskah Surga Untukku -Tak ada yang mampu mengalahkan cerpen singkat yang terbaru. Ada hikmah, ada pelajaran dan ada hiburan dari cerita cerpen sangat singkat berikut.
Cerpen religi ini menggambarkan perjuangan hidup seseorang yang begitu gelap. Bukan untuk mengumpulkan harta kekayaan namun untuk bersujud di hadapan pencipta.
Anda mungkin belum pernah mendapatkan sebuah cerita yang sangat singkat sekali seperti yang akan diberikan berikut ini. Cerita sederhana ini merupakan hasil imajinasi liar penulis yang sudah tak terbendung lagi.
Bagi anda yang hobi menikmati cerita pendek singkat bisa segera membacanya. Sekaligus, anda bisa mencari beberapa kisah inspirasi lain yang ada di bagian bawah. Website contohcerita.com ini akan selalu memanjakan anda dengan berbagai cerita menarik dan penuh makna.
Sebagai bahan hiburan, inspirasi dan juga kekuatan dalam mempertahankan indahnya dunia. Jati diri hidup bisa anda kuak jika anda memperhatikan berbagai pesan moral yang disampaikan penulis. Segera, bagi yang membutuhkan silahkan baca cerpen judul "pantaskah surga untukku" di bawah ini.
Perih di pelupuk mata seperti tak akan pernah sirna, lelaki itu terus meratapi hidup yang tak seberapa. Dari raut mukanya yang sayu terlihat jelas bahwa ia mengutuk kerasnya hidup yang harus dijalani.
Ia sendiri bukanlah orang yang tanpa Tuhan atau tanpa keyakinan. Di dalam lubuk hatinya masih tersimpan se-titik keyakinan bahwa Tuhan itu ada.
Ia mengaku sulit mendekatkan diri kepada Tuhan bukan lantaran tak memiliki niat yang kuat tapi ia kerap tak berdaya menghadapi kerasnya dunia dan susahnya hidup.
Tak heran memang, bayangkan saja betapa sulitnya bagi dia untuk sholat tepat waktu dimana pekerjaannya menjadi pemungut sampah. Lantaran pekerjaan itu ia benar-benar merasakan berat untuk bersimpuh di pangkuan Tuhannya. Lelaki yang kuat, dengan beban berat itu ia tak pernah berhenti berusaha.
Sore itu langit begitu gelap, mendung sepertinya menjadi pelengkap segala kedukaan yang ia alami sepanjang hari ini.
Kumandang azan dikejauhan masih begitu memekakkan telinga meski deru mesin seperti tak jemu berusaha menyumbat nurani. Kaki-kainya yang sepertinya mulai bosan menyangga badannya yang tak seberapa itu tetap diseretnya menuju Masjid itu.
"Au...", sebuah kerikil tajam dari galian tiang telepon menancap di kaki kanannya yang tanpa alas. Berdarah-darah, bersimbah peluh, akhirnya keinginannya mengadu kepada sang pencipta pun terpenuhi.
Mengapa begitu berat
Anda mungkin belum pernah mendapatkan sebuah cerita yang sangat singkat sekali seperti yang akan diberikan berikut ini. Cerita sederhana ini merupakan hasil imajinasi liar penulis yang sudah tak terbendung lagi.
Bagi anda yang hobi menikmati cerita pendek singkat bisa segera membacanya. Sekaligus, anda bisa mencari beberapa kisah inspirasi lain yang ada di bagian bawah. Website contohcerita.com ini akan selalu memanjakan anda dengan berbagai cerita menarik dan penuh makna.
Sebagai bahan hiburan, inspirasi dan juga kekuatan dalam mempertahankan indahnya dunia. Jati diri hidup bisa anda kuak jika anda memperhatikan berbagai pesan moral yang disampaikan penulis. Segera, bagi yang membutuhkan silahkan baca cerpen judul "pantaskah surga untukku" di bawah ini.
Penuh Dosa, Pantaskah Surga Untukku?
Cerpen oleh: Irma
Perih di pelupuk mata seperti tak akan pernah sirna, lelaki itu terus meratapi hidup yang tak seberapa. Dari raut mukanya yang sayu terlihat jelas bahwa ia mengutuk kerasnya hidup yang harus dijalani.
Ia sendiri bukanlah orang yang tanpa Tuhan atau tanpa keyakinan. Di dalam lubuk hatinya masih tersimpan se-titik keyakinan bahwa Tuhan itu ada.
Ia mengaku sulit mendekatkan diri kepada Tuhan bukan lantaran tak memiliki niat yang kuat tapi ia kerap tak berdaya menghadapi kerasnya dunia dan susahnya hidup.
Tak heran memang, bayangkan saja betapa sulitnya bagi dia untuk sholat tepat waktu dimana pekerjaannya menjadi pemungut sampah. Lantaran pekerjaan itu ia benar-benar merasakan berat untuk bersimpuh di pangkuan Tuhannya. Lelaki yang kuat, dengan beban berat itu ia tak pernah berhenti berusaha.
Sore itu langit begitu gelap, mendung sepertinya menjadi pelengkap segala kedukaan yang ia alami sepanjang hari ini.
Kumandang azan dikejauhan masih begitu memekakkan telinga meski deru mesin seperti tak jemu berusaha menyumbat nurani. Kaki-kainya yang sepertinya mulai bosan menyangga badannya yang tak seberapa itu tetap diseretnya menuju Masjid itu.
"Au...", sebuah kerikil tajam dari galian tiang telepon menancap di kaki kanannya yang tanpa alas. Berdarah-darah, bersimbah peluh, akhirnya keinginannya mengadu kepada sang pencipta pun terpenuhi.
Mengapa begitu berat
jalankan segala perintah Mu
Begitu banyak rintangan
tuk mengarahkan wajah
bersujud kepada Mu Tuhan
wooo ooo
Meski siang tadi dia tak sempat bersujud namun dia bisa tidur dengan sedikit senyum yang tersungging dibibirnya. Tak dapat menutupi kelegisahan di hati memang tapi itu saja sudah cukup untuk membuatnya tidur pulas.
Esok adalah hari dimana dia harus kembali untuk menaklukkan dunia. Mengukur jalan demi sebungkus nasi, mengais sampah demi sedikit uang untuk hidup.
Untuk pekerjaan ia tak pernah merasa gentar, dia sanggup melakukan pekerjaan terberat sekalipun. Ia memang pria hebat dengan hati gundah. Jauh dalam angannya dia bertekad untuk tidak mati dalam kenistaan hidup.
Pagi buta dia sudah menjejakkan kaki di jalanan, tapi bukan hari ini, hari ini adalah hari dimana dia terlalu menikmati mimpi. Angannya yang dijejali kehidupan fana ini tak mampu mengingatkannya akan kewajiban, awal waktu pun ditinggalkan.
Sejujurnya dalam hati ia menjerit, meronta ingin terbebas dari ketidakberdayaan hidup. Pagi, siang, sore bahkan malam dia berusaha dan terus berusaha merubah takdir bahkan sampai sering lupa siapa yang memberinya hidup.
Diangan itu ingin rasanya ia menjadi sosok yang beraroma lebih harum dari bak sampah. Singkat, sangat singkat sekali diangan itu sering terlihat gemerlap dunia yang beberapa kali pernah dia tinggalkan.
"Indahnya dunia ini, membuat orang terlena. Aku bekerja terus bekerja, tak kenal waktu dan tak kenal lelah"
Dunia memang bisa membutakan semua mata, bahkan untuk orang buta sekalipun. Ia tak pernah tahu arti harta benda karena memang dia tak memilikinya namun keinginan dan harapan telah memperbudak pikirannya, membuat dia gila akan usaha memperkaya diri. Tapi ia sadar, "suatu saat aku ingin menangis, memohon padanya".
Ditengah gurat hidup yang sedang dikaisnya, ada ketakutan yang sangat besar yang selalu menghantarkannya untuk bersimpuh, meski tak pernah sesuai tuntunan. "Pantaskah surga untukku?" Sebuah pertanyaan yang selalu menjadi kesimpulan atas segala dosa yang sedang dijalani.
"Gema adzan Subuh, aku lelap tertidur, gema adzan Dhuhur, aku sibuk bekerja, gema adzan Ashar, aku geluti dunia. Tuhan, pantaskah surga untukku?" hatinya selalu saja menjerit, takut!
Esok adalah hari dimana dia harus kembali untuk menaklukkan dunia. Mengukur jalan demi sebungkus nasi, mengais sampah demi sedikit uang untuk hidup.
Untuk pekerjaan ia tak pernah merasa gentar, dia sanggup melakukan pekerjaan terberat sekalipun. Ia memang pria hebat dengan hati gundah. Jauh dalam angannya dia bertekad untuk tidak mati dalam kenistaan hidup.
Pagi buta dia sudah menjejakkan kaki di jalanan, tapi bukan hari ini, hari ini adalah hari dimana dia terlalu menikmati mimpi. Angannya yang dijejali kehidupan fana ini tak mampu mengingatkannya akan kewajiban, awal waktu pun ditinggalkan.
Sejujurnya dalam hati ia menjerit, meronta ingin terbebas dari ketidakberdayaan hidup. Pagi, siang, sore bahkan malam dia berusaha dan terus berusaha merubah takdir bahkan sampai sering lupa siapa yang memberinya hidup.
Diangan itu ingin rasanya ia menjadi sosok yang beraroma lebih harum dari bak sampah. Singkat, sangat singkat sekali diangan itu sering terlihat gemerlap dunia yang beberapa kali pernah dia tinggalkan.
"Indahnya dunia ini, membuat orang terlena. Aku bekerja terus bekerja, tak kenal waktu dan tak kenal lelah"
Dunia memang bisa membutakan semua mata, bahkan untuk orang buta sekalipun. Ia tak pernah tahu arti harta benda karena memang dia tak memilikinya namun keinginan dan harapan telah memperbudak pikirannya, membuat dia gila akan usaha memperkaya diri. Tapi ia sadar, "suatu saat aku ingin menangis, memohon padanya".
Ditengah gurat hidup yang sedang dikaisnya, ada ketakutan yang sangat besar yang selalu menghantarkannya untuk bersimpuh, meski tak pernah sesuai tuntunan. "Pantaskah surga untukku?" Sebuah pertanyaan yang selalu menjadi kesimpulan atas segala dosa yang sedang dijalani.
"Gema adzan Subuh, aku lelap tertidur, gema adzan Dhuhur, aku sibuk bekerja, gema adzan Ashar, aku geluti dunia. Tuhan, pantaskah surga untukku?" hatinya selalu saja menjerit, takut!
Gema adzan Maghrib, aku di perjalanan
Gema adzan Isya', lelah tubuhku Tuhan
Tak pernah lagi ku baca firman Mu
Tuhan tolonglah hamba Mu uuhuu
Tuhan
Ada secercah harap, setiap selesai sujud lelaki penuh dosa tersebut merasakan bebannya berkurang. Ketakutan akan azab sedikit tersingkir. Jika memang usahanya tak cukup untuk membeli surga tapi setidaknya dia tak harus membeli neraka.
Itulah tujuan tertinggi dalam perjalanan hidupnya yang mungkin tinggal sebentar. Benih kanker yang selama ini menemaninya mungkin tak akan membiarkannya lagi bertahan.
Ada renungan yang bisa diambil dari Cerpen Terbaru Penuh Dosa, Pantaskah Surga Untukku tersebut. Saya tidak bisa mengatakan apa yang harus dipelajari namun jika anda membaca cerita singkat di atas tentunya anda bisa mencerna dan mengkaji lebih dalam tentang apa yang disampaikan.
Itulah tujuan tertinggi dalam perjalanan hidupnya yang mungkin tinggal sebentar. Benih kanker yang selama ini menemaninya mungkin tak akan membiarkannya lagi bertahan.
oOo
Ada renungan yang bisa diambil dari Cerpen Terbaru Penuh Dosa, Pantaskah Surga Untukku tersebut. Saya tidak bisa mengatakan apa yang harus dipelajari namun jika anda membaca cerita singkat di atas tentunya anda bisa mencerna dan mengkaji lebih dalam tentang apa yang disampaikan.