Cerpen Singkat: Rangkaian Kata, Manis Berbisa - Seperti yang sudah-sudah, yang ini juga merupakan salah satu koleksi cerpen baru yang menggambarkan tentang perjalanan cinta seseorang. Cerpen ini adalah tentang cinta yaitu khususnya cerpen patah hati.
Seseorang biasanya akan benar-benar sedih dan terpuruk saat putus cinta tapi bagaimana dengan tokoh "aku" dalam Cerpen Singkat berjudul "Rangkaian Kata, Manis Berbisa" tersebut?
Ya, sama saja, tak ada yang mampu menampik kesedihan yang diberikan dari kegagalan cinta. Semua pasti sedih dan semua pasti merasa menderita. Begitu juga pada cerpen singkat kali ini.
Si "aku" sebagai tokoh utama digambarkan mengalami cobaan cinta yang begitu berat, diceritakan bahwa ia berkali-kali gagal dalam membina sebuah hubungan yang dijalaninya dengan serius.
Kalau sebelumnya dalam cerpen bahasa Inggris terbaru sang tokoh harus merasakan pahit-nya perselingkuhan, pada cerpen berjudul Rangkaian Kata, Manis Berbisa ini sang "aku" harus merasakan kepedihan karena kekasihnya tidak dapat membuktikan kata cinta yang pernah terucap. Bagaimana serunya cerpen terbaru kali ini, simak selengkapnya berikut!
Rangkaian Kata, Manis Berbisa
Cerita oleh; Irma
"Sejak dulu beginilah cinta, deritanya tiada akhir", itulah kata-kata yang selalu saja diucapkan untuk mengejek nasib buruk yang selalu saja aku alami. Bahkan ada satu teman yang menyebut aku sebagai "orang dengan seribu kesialan cinta".
Memang wajar si, semua itu bukan tanpa alasan karena aku memang salah satu yang selalu saja gagal dalam hal percintaan.
Entah mengapa, aku juga tak tahu pasti, yang jelas aku memang sudah pernah gagal lebih dari lima puluh kali. Tapi untungnya semua itu tidak membuatku jera untuk jatuh cinta.
Kalau bisa ku tunjukkan kepada kalian, hatiku mungkin sudah tak rupa, penuh dengan tambalan plester dan jahitan disana sini. Kisah percintaan terakhir ku pun berakhir tragis sampai berdarah-darah, dan lukanya pun juga membekas dihati.
Mungkin susah setengah kebal disakiti, aku bisa sembuh dari patah hati hanya dalam minggu. Aku mampu melupakan perih dan mampu memandang langit dan jatuh cinta.
Terakhir, hatiku terpaut pada seorang lelaki sederhana yang tak begitu tampan namun menjadi rebutan. Seperti terbawa arus kompetisi hatiku pun ikut berpacu, berjuang mendapatkan perhatian darinya.
Pertama kenalan aku melihatnya duduk menghabiskan senja dengan menyanyikan sebuah tembang kenangan. Suaranya yang sedikit sember sempat membuatku tertawa, tapi ia menyanyikan lagu yang sangat indah sangat romantis.
Aku memang sedang tak ada kesibukan kala itu sehingga akhirnya kuputuskan untuk menghampirinya. Menyadari ada orang yang mendekat ia pun menghentikan lagunya.
"Suaramu...", ucap ku sambil sedikit menahan tawa
"Ehemm....iya, maaf ya, suaraku memang tak sebagus lagu yang ku nyanyikan", ucapnya sambil tersipu
"Aduhai....senyum tipis dengan wajah sedikit merona, manis sekali....", gumamku dalam hati. Tanpa membahas lagi mengenai suaranya yang sudah jelas cempreng itu aku pun duduk dan memperkenalkan diri padanya.
Dari perkenalan itu aku mendapatkan beberapa informasi penting, pertama nama lelaki itu adalah "Davidz", dengan huruf "z" dibelakang "d" - begitulah dia menjelaskan namanya. Kedua, ia adalah seorang mahasiswa akhir jurusan sastra Indonesia yang sedang menyusun tugas akhir dan yang terakhir dia juga memberikan nomor handphone-nya padaku.
Entah mengapa ada seberkas kebahagiaan yang kurasakan sore itu, "sore yang begitu indah", akhirnya aku mengakhiri senja itu dengan senyuman.
Berawal dari pertemuan itu akhirnya aku semakin dekat dengan orang yang bernama Davidz tersebut. Singkat cerita, akhirnya kami pun berpacaran. Awal perjalanan cinta kami sangat indah, sama dengan kisah-kisah di novel atau film remaja. Kami menghabiskan hari dengan canda, kami melewatkan malam dengan mimpi indah.
Favidz adalah seorang pekerja seni, selain kuliah ia juga bekerja sebagai penyiar di sebuah radio ternama. Dari radio itu aku akhirnya tahu bahwa dia jago dalam hal membuat kata-kata indah nan romantis.
Sering, setiap kali ia siaran aku selalu mendengarkannya dari rumah, ikut menikmati berbagai kata-kata indah yang sering ia berikan tapi sebagai pendengar bukan sebagai pacar.
Dia selalu bisa membuat pendengar tertegun dengan berbagai kalimat yang diucapkannya, saat siaran bahkan sering ada acara interaktif yang menjadi ajang bagi para penggemar untuk menelpon nya. Banyak yang meminta dibuatkan kata indah, puisi atau bahkan kata mutiara.
Sebagai kekasih tentu saja aku juga selalu mendapatkan banyak kalimat romantis, tapi anehnya tak ada satu kata pun yang berulang, kata-kata romantis yang ia ucapkan selalu baru dan itulah yang membuatku semakin terpesona pada dirinya.
Dengan perasaan yang semakin tumbuh besar aku sangat berharap kisah ini abadi dan aku tak kan berpisah dengannya. Hubungan romantis yang kami miliki memang mampu bertahan lama sampai suatu saat dimana aku ingin membuktikan semua yang pernah dia ucapkan padaku.
Setahun berlalu akhirnya dia lulus kuliah, aku pun merasa lega dan aku berpikir tak kan ada lagi yang menghalangi hubungan kami untuk menuju ke jenjang yang lebih indah yaitu menikah. Meski masih ragu aku mulai memberanikan diri untuk menuntut janji. Aku mulai memaksanya menjadi sosok pendamping hidup, "aku ingin kita menikah", ungkapku dalam hati.
Awalnya ia terlihat senang, sepertinya ia juga mendambakan hal yang sama seperti yang aku harapkan. Tapi...aku tak tahu awal kisah pertengkaran kami sesungguhnya. Beberapa kali terjadi perdebatan panjang tentang hal yang tak begitu jelas.
Awalnya marah kecil namun lama-lama terakumulasi. Hari itu kami bertengkar hebat, itu semua gara-gara aku tak bisa menemaninya touring, maklum waktu itu ada banyak pasien yang sedang aku tangani dan sayangnya aku tak mampu bercerita panjang padanya.
Sebenarnya kami telah sama-sama dewasa tapi entah kenapa pertengkaran itu bisa terjadi begitu hebat. Mulai saat itulah ada jarak diantara kami.
Aku sangat kecewa, pernah suatu kali aku paksa dia menemani aku menangani satu pasien darurat tapi ia menolak. Ku ingatkan janjinya, ku ingatkan kata manis yang sering id ucapkan, tapi...
Kau pernah bilang cinta
Akulah satu-satunya
Kau bilang ku sempurna
Kau cinta aku selamanya
Dan kau tuliskan lagu
Semua tentang diriku
Kau katakan padaku
Jangan ragukan cintamu
Semua hanya rangkaian kata
Yang kau sebar ke semua wanita
Ooh bodohnya aku sempat percaya
(Lirik by: Gita Gutawa - Rangkaian Kata)
Ternyata semua itu hanya bualan, "rangkaian kata manis berbisa", itulah yang ia berikan padaku. Aku tak tahu kenapa semua itu bisa terjadi.
Aku benar-benar tak tahu kenapa dia begitu cepat berubah. Seorang teman pernah bilang bahwa dia sedang dalam keadaan tertekan, aku pun sebenarnya tahu hal itu, aku mengerti benar bahwa ia baru saja lulus kuliah dan ingin lebih mandiri, mungkin juga ingin sukses meniti karir.
Aku tahu semua itu tapi sama sekali aku tak pernah berniat mengganggunya dengan semua kesibukan yang ia miliki.
Sekalipun aku tak pernah memandang rendah atau meremehkan dia. Dengan keadaan yang sekarang pun aku benar-benar menerima dan senang karena meski baru lulus ia sudah bisa membuktikan bahwa ia bertanggung jawab, ia bekerja sebagai presenter radio.
Aku benar-benar tak tahu dia mendapatkan tekanan dari mana dan apa yang membuatnya berubah. Aku hanya bisa bersedih dan menangis...
Kamu..
Sempat buatku berpikir semua
Yang kita punya nyata
Kamu..
Dan semua kata-katamu semua
Palsu
Kau pernah bilang aku
Istimewa di hidupmu
Tak kan ada yang mampu
Gantikan cintaku padamu
Kau tatap mataku
Kau bilang hatimu untukku
Kau berjanji padaku
Takkan pernah pergi dariku
(Lirik by: Gita Gutawa - Rangkaian Kata)
Meski sering ku ungkapkan kata manis yang dulu sering ia berikan, meski sering ku ingatkan janji indah yang pernah ia berikan namun seolah dia benar-benar lupa. Ia tak peduli lagi dengan semua itu, sungguh, aku benar-benar luka karenanya.
Beberapa bulan akhirnya hubungan kami terkatung, tak jelas. Berbekal kegagalan yang sudah sering aku alami akhirnya aku pun belajar melepasnya. Aku membenamkan diriku dengan segala kesibukan yang ada.
"Dari pada aku larut dalam ketidakpastian darinya lebih baik aku meniti karir, berjuang untuk orang lain, mengabdi pada masyarakat melalui klinik kesehatan yang sudah aku buka beberapa bulan lalu.
Biarlah luka ini aku pendam sendiri, biarlah aku menjadi orang dengan seribu kesialan cinta, biar ku dekap semua, aku percaya suatu hari nanti ada jodoh yang akan membahagiakan seluruh hidupku. Jadi, saat ini aku masih sendiri, menanti datangnya kamu...
oOo
Tak ada dendam, cucuran air mata pun lebih cepat mengering, sang "aku" pada Cerpen Singkat: Rangkaian Kata, Manis Berbisa di atas sepertinya telah dewasa oleh pengalaman.
Begitu tebah sehingga seperti tak terlihat gurat kesedihan meski untuk kesekian kalinya ia harus jatuh terjerembab dalam cinta. Ini adalah nasehat bahwa memang sebaiknya kita menjalani hidup dengan rasa optimis dan pantang menyerah.
Jangan biarkan perasaan menghancurkan segala mimpi. Jangan biarkan kekecewaan memenggal harga diri dan cita-cita kita untuk bahagia. Semoga, ada hikmah yang bisa kita ambil dari cerpen tersebut.